Menuju konten utama

Lumpuhkan Nyamuk dengan Menyalakan Lagu Skrillex

Menurut penelitian, lagu "Scary Monsters and Nice Sprites" membikin berkurangnya intensitas gigitan nyamuk.

Ilustrasi Pengeras suara dan gelombang suara. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Pengusir nyamuk jenis apa yang Anda gunakan di rumah?

Krim, cairan semprot, atau bakar adalah jenis pengusir nyamuk yang jamak kita pakai. Belakangan, muncul metode usir nyamuk berbasis teknologi, seperti lampu, gelang, stiker, bahkan suara. Benarkah alat-alat tersebut memiliki kemampuan menangkal nyamuk?

Ragam teknologi pengusir nyamuk itu selain banyak dijual di retail besar maupun kecil, juga ditawarkan di berbagai platform seperti Play Store. Jika Anda mengetik kata kunci “nyamuk” atau “ mosquito”, akan muncul deretan aplikasi yang diklaim memancarkan suara pada frekuensi tinggi, sehingga berguna untuk mengusir nyamuk. Saya mencoba memasang salah satunya pada ponsel saya.

“Perangkat ini memiliki dua pengaturan frekuensi, 17,4 kHz dan 8 kHz,” begitu detail info pada aplikasi tersebut, merujuk tingkat suara yang dihasilkan perangkat untuk mengusir nyamuk.

Saat perangkat diaktifkan, keluar suara berdenging yang lengkingannya bergantung pada tingkat frekuensi yang dipilih. Alih-alih mengusir nyamuk, dengingan yang keluar justru membikin sakit telinga. Nyatanya, dilansir laman BBC, kepercayaan terhadap ultrasound sebagai pengusir nyamuk telah muncul sejak 40 tahun lamanya.

“Setidaknya satu ulasan ilmiah tentang penangkal nyamuk jenis ini diterbitkan pada tahun 1974,” tulis situsweb berita tersebut.

Sinyal ultrasound dianggap bisa mengusir nyamuk betina karena mereplika frekuensi kepakan sayap nyamuk jantan. Namun, Bart Knols, ahli entomologi yang berkiprah di Dutch Malaria Foundation mengatakan tidak ada bukti ilmiah terkait kemampuan ultrasound mengusir nyamuk. Nyamuk jantan memiliki frekuensi suara sampai 700 Hz, jauh lebih rendah dibanding frekuensi yang dihasilkan perangkat tersebut.

“Nyamuk betina punya sensitivitas yang lebih rendah dari itu,” kata Knols. Frekuensi suara seekor nyamuk betina mencapai 400 Hz, sementara ketika kawin, nyamuk jantan dan betina bisa menghasilkan suara hingga 1.200 Hz.

Sebuah penelitian yang terbit di Journal of Vector Ecology (2010) juga sempat meneliti keampuhan Electronic Mosquito Repellents (EMR) dalam mengusir nyamuk. Frekuensi suara berbeda dari 9,6 kHz sampai 11,8 kHz diuji korelasinya dengan jumlah gigitan Aedes aegypti selama tiga menit. Hasilnya, saat dinyalakan, perangkat tersebut justru meningkatkan peluang gigitan nyamuk sebanyak 20-50 persen.

Studi lain berjudul "Evaluation of Commercial Products for Personal Protection Against Mosquitoes" (2013) menunjukkan bahwa patch transdermal, stiker, gelang, dan EMR tidak memberi perlindungan signifikan terhadap gigitan nyamuk.

Bagaimana dengan Musik?

Baru-baru ini, pada Maret 2019 lalu, penelitian Hamady Dieng, dkk. yang dipublikasikan di jurnal Acta Tropica menyimpulkan bahwa lagu elektronik "Scary Monsters and Nice Sprites" dari Skrillex mengurangi gigitan dan mengurangi keberhasilan perkawinan nyamuk Aedes aegypti.

Mereka menempatkan 10 nyamuk betina dan satu jantan selama 10 menit dalam ruangan berisi satu hamster. Sebelumnya, nyamuk-nyamuk itu dibuat kelaparan selama 12 jam. Pada ruangan pertama tanpa lagu, nyamuk-nyamuk itu langsung mengerubungi hamster dalam waktu 30 detik. Pada ruangan dengan lagu, ketika musik dinyalakan, nyamuk butuh waktu 131,3 detik untuk merespons hamster dan waktu gigitan pertamanya 191,7 detik.

Ketika musik dimatikan, nyamuk betina merespons kehadiran hamster rata-rata 35,22 detik dan waktu gigitan pertama 82,44 detik. Nyamuk menggigit hamster 11,72 kali ketika musik dimatikan dan hanya tujuh kali ketika musik dinyalakan. Frekuensi kawin pada nyamuk dewasa juga berkurang ketika berada di lingkungan dengan lagu Skrillex.

“Ini akan menjadi cara baru mengurangi risiko penularan penyakit dari gigitan nyamuk,” tulis peneliti.

Infografik Skrillex Vs Nyamuk

undefined

Mengapa lantunan musik EDM Skrillex memiliki efek berbeda dibanding EMR?

Jawabannya adalah kombinasi suara berisik, tekanan dan getaran kuat, dengan nada yang terus meningkat. Peneliti menduga dentuman keras dan bising lagu tersebut membuat nyamuk bingung.

Ketika kawin, nyamuk jantan harus menyelaraskan ketukan sayap dengan nyamuk betina menggunakan sensitivitas pendengaran. Lagu milik Skrillex menghasilkan frekuensi suara di bawah 440 Hz, setara frekuensi suara yang dihasilkan oleh nyamuk betina.

Jika Anda menyukai Skrillex, tak perlu repot mengupayakan rupa-rupa cara untuk mengusir nyamuk. Setel saja lagu "Scary Monsters and Nice Sprites". Ia tak mengandung gas yang tak nyaman dan aman dihirup, juga tidak lengket di kulit.

Baca juga artikel terkait DEMAM BERDARAH atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Teknologi
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani