Menuju konten utama

Luhut Klaim Proyek LRT Jabodebek Bisa Hemat Rp6 Triliun

Setelah melakukan penghitungan ulang dengan perubahan teknologi yang dipakai, pemerintah menilai biaya yang bisa ditekan dalam anggaran proyek mencapai Rp6 triliun.

Luhut Klaim Proyek LRT Jabodebek Bisa Hemat Rp6 Triliun
Suasana pembangunan proyek kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT) Jabodebek di samping ruas tol Jagorawi Cibubur, Jakarta Timur, Minggu (9/7). ANTARAFOTO/Yulius Satria Wijaya.

tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bahwa pemerintah dapat menghemat proyek pembangunan Light Rail Transit Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (LRT Jabodebek). Penghematan sebanyak Rp6 triliun bisa terealisasi dengan menggunakan sistem persinyalan "moving block".

Luhut mengungkapkan, setelah melakukan penghitungan ulang dengan perubahan teknologi yang dipakai, pemerintah menilai biaya yang bisa ditekan dalam anggaran proyek mencapai Rp6 triliun.

"LRT ini sudah sempat jalan, tapi kami hitung ulang, kami lihat ada teknologi yang bisa diubah, ternyata cost (biaya) bisa kurang sampai Rp6 triliun," kata Luhut saat membuka Kongres Teknologi Nasional (KTN) 2017 di Jakarta, Senin (17/7/2017).

Menurut Luhut, penggunaan sistem persinyalan "moving block" yang mengatur jarak rangkaian kereta berdasarkan jeda waktu itulah yang menjadi sumber penghematan proyek.

Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan tadinya proyek LRT Jabodebek menggunakan sistem persinyalan "fixed block" atau yang menentukan "headway" (jangka waktu kedatangan) kereta berdasarkan jarak.

Namun, khusus LRT Jabodebek, Budi mengatakan pemerintah sudah memutuskan untuk menggunakan "moving block" yang mengatur "headway" berdasarkan waktu seperti lima menit sekali.

Dengan sistem persinyalan tersebut, dijelaskan Budi, "headway" menjadi lebih singkat sehingga kereta api yang beroperasi bisa lebih banyak.

Jumlah kereta yang lebih banyak dipastikan juga akan dapat mengangkut lebih banyak penumpang sehingga membuat biaya investasi yang lebih rendah.

"Dengan penumpang yang lebih banyak, karena penumpang adalah faktor pembagi, maka dipastikan akan dapat angka investasi yang lebih rendah sehingga mendapatkan return yang lebih pendek. Di situlah penghematan itu," katanya sebagaimana dikutip dari Antara.

Sebelumnya, pemerintah memutuskan akan menggunakan sistem persinyalan "moving block" pada LRT Jabodebek sehingga menambah rincian anggaran proyek yang telah ditetapkan pemerintah sebesar Rp21,7 triliun menjadi sekitar Rp22 triliun.

"Ada kenaikan lagi biayanya, tapi ada kenaikan spesifikasi juga. Ada tambahan sekitar Rp200 miliar sampai Rp300 miliar," katanya menjelaskan.

Mantan Direktur Utama Angkasa Pura II itu memaparkan pemerintah memang berupaya untuk merampingkan anggaran proyek transportasi massal itu.

Namun, ia memastikan efisiensi dilakukan dengan tetap memberikan manfaat sebesar-besarnya agar perjalanan tetap tepat waktu.

Sesuai arahan Presiden Jokowi, pemerintah akan tetap mengejar target penyelesaian proyek LRT Jabodebek pada awal 2019. Sementara itu, LRT Palembang ditargetkan rampung pertengahan 2018 guna mendukung Asian Games 2018.

Baca juga artikel terkait PROYEK LRT atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari