tirto.id - Film Jakarta vs Everybody sedang ramai diperbincangkan di media sosial, setelah tayang perdana di situs Bioskop Online pada 19 Maret 2022.
Seharusnya, film garapan sutradara Ertanto Robby Soediskam ini tayang pada 24 Juni 2021, namun tertunda karena pandemi COVID-19.
Hingga kini, trailer resmi Jakarta vs Eeverybody telah ditonton sebanyak 608.181 kali penayangan di YouTube dengan 10 ribu tanda suka.
Sinopsis Film Jakarta vs Everybody
Jakarta Vs Everybody dimainkan oleh Jefri Nichol. Ia berperan sebagai Dom, seorang perantau asal Padang yang sudah lama menetap di Jakarta.
Ketika orang-orang bertanya soal pekerjaannya, dengan tenang dan serius ia menjawab: "Aktor." Sejak merantau, Dom memang punya mimpi untuk menjadi seorang aktor.
Pinkan (Wulan Guritno), perempuan yang baru ia temui di minimarket, menimpali jawaban itu dengan nada tidak percaya.
Ratih (Jajang C. Noer), seorang ibu yang menyewakan kamar di rumah rusun, tertawa saat mendengar pengakuan Dom.
Kecuali Khansa (Dea Panendra), mbak-mbak pengguna narkoba yang ia jumpai di gerbong kereta, merespon Dom dengan gestur santai, seolah tak peduli pada ucapan laki-laki itu yang berada di ambang omong kosong dan kesungguhan.
Dom sudah mengerahkan cara agar mimpi menjadi seorang aktor bisa terwujud, tetapi kenyataan berkata lain.
Dalam perjalanan dan perjuangannya untuk menjadi seorang aktor, Dom mendapatkan pelecehan sehingga dia harus memendam mimpinya.
Ketika bertemu dengan pasangan sekaligus partner bandar narkoba Pinkan dan Radit (Ganindra Bimo), pilihan untuk menjadi kurir narkoba tampak lebih realistis bagi Dom yang tengah dilanda kesulitan hidup.
Ratih berusaha untuk menarik Dom kembali kepada mimpi-mimpinya. Perkenalan Dom dengan Khansa (Dea Panendra) seorang gadis perias mayat membuka mata Dom untuk meninggalkan Pinkan dan Radit. Namun Radit tidak tinggal diam.
Jakarta vs Everybody Ulas Permasalahan Anak Muda
Film panjang karya sutradara Ertanto Robby Soediskam ini menunjukkan sisi kerasnya Jakarta. Kisah di film ini dekat dengan banyak orang.
Tema sentral mengenai kerasnya wajah ibukota, lengkap dengan aneka mimpi dan sisi gelap yang menyertai, bak jemu dibicarakan dalam pelbagai karya.
Pada saat yang bersamaan, Jakarta sebagai latar tak ubahnya kanvas yang tidak pernah rampung disapu kuas. Lantas yang menjadi pertanyaan, bagaimana "Jakarta vs Everybody" meramu tema klasik agar menjadi suguhan yang istimewa.
Film ini boleh dikatakan jujur membentangkan sebagian kecil dari dinamika sosial ibukota. Dialog dengan umpatan kasar hingga adegan-adegan seks, pergerakan kamera hingga iringan musik, semua bahasa-bahasa itu ditampilkan dekat dengan realitas.
Walau begitu, "Jakarta vs Everybody" barangkali masih bisa bergerak lebih menantang seandainya kompleksitas penokohan Dom dieksplorasi dengan intens. Dom sesungguhnya tokoh yang unik, dia punya motivasi keaktoran yang bisa saja linier dengan pekerjaannya sebagai kurir narkoba.
Apalagi jika penonton menyadari bagaimana Dom memperlihatkan gerak-gerik keaktoran dengan menirukan potongan adegan film ikonik "Taxi Driver" (1976) di hadapan cermin.
Ditambah, bagaimana Dom menjalankan operasi sebagai pengantar "barang" hari demi hari dengan mengandalkan kemampuan akting dan intuisi.
Menariknya, Dom melakukan trik "keaktoran" yang beragam agar jejaknya sebagai kurir narkoba tidak tercium–mulai dari menyisipkan obat terlarang di bangku gerbong kereta, di tumpukan telur, di dalam plester, hingga menyamar sebagai pelayan hotel, sebagai pengantar pizza, sebagai waria.
Di sisi lain, karakter-karakter yang beririsan dengan Dom dalam "Jakarta vs Everybody" jauh lebih memikat. Meski fokus cerita tidak meluber dan tidak tumpang-tindih, tetapi jelas dimensi karakter lain telah menghidupkan plot.
Radit dan Pinkan, misalnya, dua karakter ini memperlihatkan bagaimana kompleksitas hubungan sebagai sepasang kekasih yang sudah bertahun-tahun hidup bersama.
Di balik tubuh besar dan penonjolan sifat maskulin, Radit cenderung pencemburu dan obsesif tetapi juga takluk di hadapan Pinkan.
Di sisi lain, Pinkan tampil sebagai perempuan yang punya power dan mendambakan kebebasan. Dan Dom sendiri, hampir selalu berada di tengah-tengah Radit dan Pinkan kala pasangan itu berkonflik.
Kontras dengan Radit-Pinkan, kehadiran peran pendukung Khansa dan Ratih–yang hanya muncul sebentar–malah menyediakan ruang bagi Dom untuk merefleksikan makna hidup melalui dialog-dialog ringan, bahkan kadang kala berusaha membawa kelakar walau gelap.
Link Nonton Film Jakarta vs Everybody
Film "Jakarta vs Everybody" bisa diakses melalui laman www.bioskoponline.com atau di link: LINK STREAMING JAKARTA VS EVERYBODY
Selain itu, bisa juga melalui aplikasi Bioskop Online yang dapat diunduh di App Store dan Google Play Store secara terbatas mulai 19 Maret 2022. Sementara tiket menonton bisa didapatkan di www.bioskoponline.com seharga Rp30 ribu.
Trailer Film Jakarta vs Everybody
Editor: Yantina Debora