tirto.id - Sekitar 500 ribu guru, pegawai negeri, hingga pengemudi kereta turun ke jalan melakukan aksi mogok massal di Inggris pada Rabu, 1 Februari 2023. Peristiwa ini merupakan demonstrasi terbesar dalam satu dekade terakhir.
Aksi mogok massal ini digelar sebagai bentuk protes atas pembayaran gaji yang tidak sesuai dengan inflasi yang tengah dihadapi Inggris. Saat ini, Inggris mengalami inflasi level tertinggi dalam empat dekade terakhir.
Seperti diwartakan BBC, sebagian besar guru sekolah negeri di Inggris dan Wales mengalami kenaikan gaji 5 persen pada tahun 2022.
Namun, serikat pekerja mengatakan, kenaikan tersebut sama saja dengan pemotongan gaji, mengingat inflasi Inggris saat ini mencapai lebih dari 10 persen. Sementara di Skotlandia, para guru menolak kenaikan gaji 5 persen.
Para demonstran menuntut kenaikan gaji di atas inflasi untuk menutupi meroketnya tagihan makanan dan energi yang telah membuat mereka kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
PCS Union, serikat pekerja yang mewakili sekitar 100.000 pegawai negeri yang mogok dari lebih dari 120 departemen pemerintah, memperingatkan akan adanya pemogokan terkoordinasi lebih lanjut.
"Jika pemerintah tidak melakukan sesuatu, saya pikir kita akan melihat lebih banyak hari seperti hari ini dengan semakin banyak serikat pekerja yang bergabung," kata Sekretaris Jenderal PCS Mark Serwotka kepada Reuters.
Sekretaris Pendidikan Inggris, Gillian Keegan mengatakan bahwa pihaknya sedang melakukan negosiasi dengan serikat pekerja. Mereka mendiskusikan sejumlah hal mengenai tuntutan yang diajukan oleh para demonstran.
"Pembicaraan dengan serikat pekerja sedang berlangsung dan saya akan melanjutkan diskusi seputar gaji, beban kerja, rekrutmen dan retensi, dan banyak lagi," kata Keegan.
Kronologi Guru dan PNS Inggris Lakukan Aksi Mogok Massal
Sebagaimana diberitakan Reuters, menurut serikat pekerja, sekitar 300 ribu di antara 500 ribu demonstran merupakan guru. Aksi mogok masal yang dilakukan para demonstran memaksa sejumlah sekolah di Inggris tidak bisa beroperasi, ini juga menyebabkan penghentian sebagian besar layanan kereta api, dan memaksa militer untuk berjaga.
Puluhan ribu pekerja pendidikan berbaris melalui pusat kota London dengan plakat dan spanduk bertuliskan "Anak-anak Layak Lebih Baik" dan "Selamatkan Sekolah Kami, Bayar".
Masih dilaporkan BBC, Departemen Pendidikan Inggris merilis data perkiraan penutupan sekolah ketika gelombang protes terjadi, data tersebut didasarkan pada data kehadiran dari 77 persen (16.400) sekolah dasar dan menengah yang didanai negara di Inggris. Berikut rincian status aktivitas sekolah di Inggris saat aksi demonstrasi terjadi:
- 43,9 persen sekolah dibuka penuh
- 42,8 persen terbuka tetapi membatasi kehadiran
- 8,9 persen ditutup sepenuhnya
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Alexander Haryanto