tirto.id - Sekitar 1,27 juta massa demonstrasi Prancis kembali turun ke jalan untuk menolak kenaikan usia pensiun pada Selasa, 31 Januari 2023.
Jumlah massa aksi protes putaran kedua ini meningkat dari sebelumnya. Aksi protes pertama kali digelar pada Kamis, 19 Januari 2023 melibatkan lebih dari 1 juta massa.
Gelombang protes besar-besaran ini terjadi akibat rencana Presiden Prancis, Emmanuel Macron yang ingin menaikkan usia pensiun menjadi 2 tahun lebih lama, dari 62 tahun menjadi 64 tahun.
Rencana kenaikan tersebut tercantum dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) yang dijadwalkan akan naik menuju parlemen pada awal bulan Februari.
Reuters memberitakan, Presiden Macron menyebut rencana kenaikan usia pensiun adalah “langkah adil dan bertanggung jawab”, yang diperlukan untuk menjaga stabilitas keuangan negara.
Kementerian Tenaga Kerja Prancis memaparkan, menaikkan usia pensiun menjadi dua tahun dan memperpanjang periode pembayaran akan membawa tambahan 17,7 miliar euro (19,1 miliar dolar AS) dalam kontribusi pensiun tahunan.
Menanggapi alasan Pemerintah, para demonstran melalui serikat pekerja menyanggah dengan berpendapat bahwa masih ada cara lain untuk membiayai pensiun, seperti mengenakan pajak pada orang super kaya atau meningkatkan kontribusi pemberi kerja atau pensiun kaya.
Sebagaimana diwartakan AP News, delapan serikat pekerja yang mengorganisir protes mengumumkan akan melakukan demonstrasi kembali pada 7 dan 11 Februari 2023.
“Menghadapi penolakan besar-besaran, pemerintah harus menarik reformasinya,” kata Patricia Drevon dari Serikat Pekerja.
Menanggapi aksi penolakan itu, Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne menunjukkan sikap tanda damai tentatif kepada pengunjuk rasa dan serikat pekerja.
Pada Selasa malam, Elisabeth Borne menulis di Twitter: “Reformasi pensiun menimbulkan pertanyaan dan keraguan. Kami mendengar mereka.”
Ini menunjukkan bahwa perubahan bisa terjadi, tetapi kemungkinan besar tanpa pembatalan penuh seperti yang diminta oleh para pengunjuk rasa.
Namun, Borne menegaskan: "memastikan masa depan sistem pensiun Prancis, itu tanggung jawab kami.”
Padahal baru akhir pekan ini, Borne, bersikeras bahwa menaikkan usia pensiun menjadi 64 tahun "tidak lagi bisa dinegosiasikan".
Sedangkan, Macron pada hari Senin tetap dengan rencananya untuk melakukan kenaikan usia pensiun dengan menyebut kebijakan itu sebagai hal yang penting untuk dilakukan.
Situasi Terkini Demo Besar-Besaran Prancis Tolak Kenaikan Usia Pensiun
Channel News Asia memberitakan, secara keseluruhan demonstrasi kedua pada hari Selasa kemarin berlangsung dengan damai. Akan tetapi, bentrok kecil antara aktivis dan polisi terjadi pada sore hari di Kota Paris. Akibatnya, polisi menahan 18 orang yang terlibat bentrok.
Efek dari demonstrasi ini menyebar luas ke seluruh negeri, jutaan orang harus menyesuaikan rutinitas sehari-hari karena para pekerja transportasi dan pendidikan melakukan pemogokan.
Perusahaan kereta api nasional SNCF mengaku telah membatalkan 65 persen kereta TGV berkecepatan tinggi dan 75 persen kereta regional.
Industri minyak Prancis sebagian besar lumpuh, dengan serikat CGT di raksasa energi TotalEnergies melaporkan antara 75 dan 100 persen pekerja melakukan aksi mogok.
Enam puluh satu persen orang Prancis mendukung gerakan protes, sebuah jajak pendapat oleh kelompok survei OpinionWay menunjukkan pada hari Senin persentase dukungan naik 3 persen dibandingkan dengan 12 Januari.
"Semakin banyak orang Prancis mengetahui tentang reformasi, semakin sedikit mereka mendukungnya," kata Frederic Dabi, seorang jajak pendapat terkemuka di lembaga Ifop.
"Ini sama sekali tidak baik bagi pemerintah."
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Alexander Haryanto