tirto.id - Para anggota polisi turun ke jalan dan melumpuhkan ibu kota Haiti, Port-au-Prince pada Kamis, 26 Januari 2023 waktu setempat, sebagai bentuk protes terhadap pembunuhan polisi oleh geng jalanan.
Seperti diberitakan AP News, total lebih dari seratus pengunjuk rasa memblokir jalan. Mereka menembakkan senjata ke udara, menerobos gerbang bandara dan rumah Perdana Menteri Haiti, Ariel Henry.
Ketegangan pun meningkat setiap hari, menurut Kepolisian Nasional Haiti, geng telah membunuh setidaknya 10 anggota polisi dalam seminggu terakhir, satu orang di antaranya hilang dan satunya lagi mengalami luka tembak yang parah.
Apa Pemicu Kemarahan Polisi?
Video yang beredar di media sosial memperlihatkan, enam pria terbaring di tanah dengan tubuh telanjang, berlumuran darah dan senjata di dada mereka.
Sedangkan video lainnya memperlihatkan dua pria bertopeng sedang merokok dari potongan tangan dan kaki orang mati. Masih menurut polisi, geng yang membunuh mereka diduga sebagai kelompok Gan Grif.
Pembunuhan itu membuat marah anggota Fantom 509, kelompok bersenjata yang diisi petugas polisi dan mantan polisi. Ada belasan orang yang berkeliling kota pada hari Kamis, mereka menggunakan seragam polisi, jaket anti-peluru, senapan dan senjata otomatis. Mereka menyita bus, memblokade jalan dan membakar ban di seluruh kota.
Seperti dilaporkan Anadolu Agency, pengunjuk rasa berpakaian sipil yang mengidentifkasi sebagai polisi juga menyerang rumah pribadi Perdana Menteri Haiti Ariel Henry untuk memprotes pembunuhan lebih dari 10 petugas bulan ini.
Menurut video yang beredar, terdengar suara tembakan dan jendela di dekat rumah Perdana Menteri pecah.
Kekerasan mulai terjadi sebelum Perdana Menteri kembali dari KTT Komunitas Amerika Latin dan Karibia (CELAG) di Argentina. Mereka ingin mencegah pendaratan pesawat Perdana Menteri Henry.
Para demonstran menyerbu bandara dan diduga hendak bertemu dengan PM Henry karena dianggap bertanggung jawab atas memburuknya situasi keamanan negara.
Menurut media lokal, orang-orang bersenjata merampok penumpang asing di tempat parkir dan merusak toko bandara. Tetapi Henry diizinkan meninggalkan terminal.
Sebagai catatan, pada tahun 2022 lalu, lebih dari 55 petugas keamanan di Haiti tewas karena berurusan dengan kekerasan geng, penculikan, perampokan, pemerkosaan, kekurangan makanan, air dan bahan bakar. Ditambah lagi dengan wabah kolera yang memperburuk krisis politik di negara itu.
Minggu ini, utusan khusus PBB untuk Haiti mendesak pemerintah AS dan Kanada agar memimpin angkatan bersenjata internasional untuk menghadapi kelompok kriminal.
Editor: Iswara N Raditya