Menuju konten utama

Daftar Negara yang Terlibat Perang dan Konflik Selama Tahun 2022

Berikut adalah daftar negara yang terlibat perang dan konflik selama tahun 2022.

Daftar Negara yang Terlibat Perang dan Konflik Selama Tahun 2022
Presiden Rusia Vladimir Putin bersama dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dan Kepala Angkatan Laut Rusia Laksamana Nikolai Yevmenov mengikuti parade Hari Angkatan Laut di Saint Petersburg, Rusia, Minggu (31/07/2022). (ANTARA FOTO/Sputnik via REUTERS/Mikhail Klimentyev/wsj/RST)

tirto.id - Perang Rusia-Ukraina menjadi salah satu perhatian utama dalam konflik negara sepanjang tahun 2022. Selain itu, ada sejumlah negara yang ikut berselisih seperti AS-China, Korut-Korsel, serta Israel-Palestina.

Tidak hanya antar negara, selama tahun 2022, terjadi pula konflik di bagian benua lain. Di antaranya Ethiopia, Somalia, Afghanistan, Yaman, hingga Myanmar.

Dalam kamus Oxford, war atau perang didefinisikan sebagai sebuah situasi dimana 2 negara atau lebih, atau kelompok orang berperang satu sama lain selama periode waktu tertentu.

Selain itu, perang juga dapat diartikan sebagai sebuah wujud persaingan yang agresif antara kelompok, perusahaan, negara, atau lain-lainnya.

Makna perang juga bisa dikatakan sebagai pertarungan atau usaha yang dilakukan dalam waktu yang cukup panjang dengan tujuan menyingkirkan atau menghentikan sesuatu yang tidak dikehendaki.

Berikut sejumlah konflik negara tahun 2022 yang terjadi di beberapa kawasan dan melibatkan sejumlah negara.

Daftar Negara yang Terlibat Konflik & Perang Selama 2022

  • Rusia-Ukraina

Menurut laporan PBB, "invasi" yang dilakukan Rusia ke wilayah Ukraina tidak hanya menciptakan perang dan konflik. Namun juga menimbulkan pergolakan secara global dan mempengaruhi kondisi dunia pada tahun 2022.

Oleh sebab itu, António Guterres, sekjen PBB mengimbau agar "semua pihak menahan diri dari tindakan dan pernyataan yang akan membawa situasi berbahaya ke dalam lubang,".

"Kita membutuhkan pengendalian dan sebuah alasan. Kami membutuhkan de-eskalasi sekarang," tambah Guterres seraya menganggap bahwa tindakan yang dilakukan Rusia itu turut menguji sistem internasional.

Perang Rusia-Ukraina tidak hanya membawa pengaruh terhadap negara pecahan Uni Soviet itu. Namun juga membuat harga bahan bakar dan makanan melonjak drastis secara global.

Dikutip dari International Crisis Group, perang di wilayah Ukraina ini bermula sejak tahun 2014, ketika Vladimir Putin, Presiden Rusia melakukan aneksasi terhadap Krimea dan mendukung aktivitas separatis di kawasan Donbass.

Keinginan Ukraina bergabung menjadi anggota tetap NATO turut memanaskan situasi di Kremlin. Memasuki tahun 2021, Putin mulai mengerahkan setidaknya lebih dari 100 ribu pasukan yang mendekati wilayah perbatasan Ukraina. Perang pun meletus di berbagai titik.

Pada 21 Februari 2022, Rusia mengakui kemerdekaan atas wilayah Donetsk serta Luhansk. Hingga 24 Februari 2022 pihak Federasi Rusia mengumumkan operasi militer secara penuh.

  • AS-China
Salah satu penyebab utama konflik AS dan China ialah terkait perebutan pengaruh di wilayah Indo-Pasifik. Presiden AS, Joe Biden merasa khawatir terhadap dominasi yang ditunjukkan China di kawasan tersebut.

Kendati tidak secara langsung terlibat konflik, AS juga memiliki kepentingan terhadap sejumlah sekutu. Oleh karenanya, Biden merasa penting untuk meningkatkan keamanan, terutama terhadap wilayah Taiwan yang masih diincar China.

Bahkan, AS secara terang-terangan turut memberikan dukungan terhadap beberapa negara Asia Tenggara atas klaim wilayah maritim di Laut China Selatan.

Yang semakin membuat situasi memanas, AS membuat pakta kerja sama terbaru dengan Australia dan Inggris atau yang disebut AUKUS demi "menghadapi" China.

Dalam perjanjian itu, pihak Australia bakal memperoleh bantuan kapal selam bertenaga nuklir yang ditujukan sebagai antisipasi terhadap China.

  • Korut-Korsel
Konflik negara tahun 2022 juga masih terjadi di semenanjung Korea. Korea Utara terus saja melakukan uji coba misil selama tahun 2022 hingga membuat PBB berkali-kali mengeluarkan pernyataan kecaman.

Pada Maret 2022, PBB menganggap uji coba rudal jarak jauh yang dilakukan Pyongyang telah melanggar resolusi Dewan Keamanan. Tidak hanya itu, peluncuran rudal di atas wilayah Jepang pada Oktober 2022 juga disebut sebagai suatu tindakan yang sembrono.

Menurut Al-Jazeera, Korea Utara telah melepaskan total 70 rudal balistik sepanjang tahun 2022, termasuk 8 rudal berjenis ICBM (Intercontinental Ballistic Missiles) alias rudal balistik antarbenua.

Selama ini, Pyongyang dilaporkan telah melakukan usaha modernisasi terhadap kekuatan militer demi menanggapi "provokasi" yang dilakukan Korea Selatan dan sekutu utamanya, Amerika Serikat.

  • Israel-Palestina
Konflik Israel-Palestina juga masih terjadi sepanjang tahun 2022, bahkansempat memuncak ketika Israel mengeluarkan ancaman penggusuran terhadap warga Palestina di Sheikh Jarrah.

Selain itu, bentrokan juga terjadi selama bulan Ramadhan di Haram al-Sharif dan Temple Mount. Hal ini melibatkan pemuda Palestina yang hanya memanfaatkan lemparan batu melawan polisi Israel dengan senjata lengkap.

Merespons kejadian tersebut, Hamas yang mengontrol wilayah Gaza lalu melepaskan roket jarak jauh ke kawasan pendudukan Israel.

Israel kemudian melakukan serangan udara balasan yang memicu konflik selama 11 hari dan menewaskan lebih dari 250 warga, sebagian besar merupakan penduduk Palestina.

Terkait pemungutan suara yang dilakukan Majelis Umum PBB dalam menyikapi aksi pendudukan Israel atas wilayah Palestina, Benjamin Netanyahu yang kini kembali menjabat Perdana Menteri Israel menolak keras terhadap usulan tersebut.

Menurut penguasa dari Partai Likud itu,"Orang-orang Yahudi bukanlah penjajah di tanah mereka sendiri atau penjajah di ibu kota abadi Yerusalem dan tidak ada resolusi PBB yang dapat mendistorsi kebenaran sejarah tersebut."

Pada hasilnya, 87 negara setuju terhadap rencana PBB yang akan meminta ICJ (International Court of Justice) atau pengadilan tertinggi di dunia untuk memberikan resolusi terhadap konsekuensi atas "pendudukan, pemukiman, dan aneksasi oleh Israel di wilayah kota suci Yerusalem.

Di lain sisi, Israel, AS, beserta 24 negara lain menolak keras rencana ini dan 53 negara lain memilih absen.

"Waktunya telah tiba bagi Israel untuk menjadi negara yang harus tunduk pada hukum, dan dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan terhadap rakyat kami," tegas Nabil Abu Rudeineh, yang mewakili Presiden Palestina, Mahmoud Abbas.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Politik
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Alexander Haryanto