tirto.id - Militer Korea Selatan pada hari Senin, 5 Desember 2022 mengatakan Korea Utara menembakkan sekitar 130 peluru yang diduga artileri ke perairan dekat perbatasan laut, wilayah barat dan timur.
Seperti diberitakan AP News, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan senjata itu jatuh di sisi utara zona penyangga yang dibuat berdasarkan perjanjian antar-Korea 2018 untuk mengurangi ketegangan militer.
Sampai saat ini, belum ada laporan langsung tentang peluru yang jatuh di dalam perairan teritorial Korea Selatan dan tidak jelas kapan insiden itu terjadi.
Militer Korea Selatan mengaku sudah menyampaikan peringatan lisan kepada Korea Utara atas peristiwa tersebut dan mendesaknya untuk mematuhi perjanjian tersebut.
Apa Penyebabnya?
Washington Post memberitakan, kemungkinan, penembakan Korea Utara ini sebagai respons terhadap latihan artileri Korea Selatan yang dijadwalkan dari Senin hingga Rabu di dekat kota perbatasan pedalaman Cheorwon.
Penembakan itu juga terjadi beberapa hari setelah Amerika Serikat, Korea Selatan dan Jepang mengumumkan sanksi simbolis terhadap beberapa orang dan lembaga Korea Utara yang dituduh melakukan kegiatan terlarang untuk membiayai program senjata nuklir dan rudal negara itu.
Peristiwa penembakan itu adalah kali pertama Korea Utara menembakkan senjata ke zona penyangga maritim sejak 3 November, ketika sekitar 80 peluru artileri mendarat di sisi zona Korea Utara di lepas pantai timurnya.
Perseteruan Korsel dan Korut bukan kali ini saja. Sebelumnya, tepat pada awal Oktober 2022, Amerika Serikat dan Korea Selatan melakukan serangkaian latihan menembak rudal sebagai respons terhadap peluncuran rudal balistik Korea Utara.
Kala itu, rudal balistik jarak menengah Korea Utara diduga terbang sejauh 4.600 km dan jatuh di Pasifik. Ini adalah penerbangan terpanjang untuk uji coba Korea Utara. Militer Korsel dan AS meresponsnya dengan menembakkan empat rudal ke permukaan laut.
Lantas, bagaimana sejarah konflik Korea Selatan dan Korea Utara?
Seperti dikutip History.com, dalam sejarahnya, Korut dan Korsel memang pernah berperang. Pertempuran itu terjadi pada 25 Juni 1950. Dulunya, Korut yang bernama Republik Rakyat Demokratik Korea adalah negara yang didukung Uni Soviet. Sedangkan Korsel, yang bernama Republik Korea adalah pro-Barat.
Waktu itu, sekitar 75 ribu tentara Korut melintasi wilayah paralel ke-38, perbatasan antara Korut dan Korsel. Pada bulan Juli, pasukan Amerika ikut dalam perang atas nama Korsel. Amerika mengklaim, itu adalah perang melawan kekuatan komunisme internasional, di mana Korut tergabung di dalamnya.
Pertempuran sempat terhenti karena jumlah korban semakin meningkat. Memasuki bulan Juli 1953, perang Korea pun berhenti total yang secara keseluruhan menewaskan sekitar 5 juta tentara dan warga sipil.
Editor: Iswara N Raditya