Menuju konten utama

Kerusuhan di Brasil: Pakai Kode di Medsos untuk Organisir Massa

Para perusuh di Brasil memakai kode tertentu untuk mengorganisir massa dan mengelabuhi aparat.

Kerusuhan di Brasil: Pakai Kode di Medsos untuk Organisir Massa
Para pengunjuk rasa, pendukung mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro, menduduki gedung Mahkamah Agung di Brasilia, Brasil, Minggu, 8 Januari 2023. (Foto AP/Eraldo Peres)

tirto.id - Dalang di balik kerusuhan Brasil disebut menyusun rencana secara online untuk menggalang massa sebelum menyerbu kantor Kongres, Mahkamah Agung dan Istana Presiden pada Minggu, 8 Januari 2023.

Mereka yang ikut dalam aksi protes ini berasal dari beberapa negara bagian Brasil dan diangkut menggunakan bus menuju ibukota untuk melakukan kerusuhan.

Polisi setempat telah menangkap seribu orang lebih, meskipun 684 di antaranya sudah dibebaskan dengan berbagai alasan.

Perusuh Pakai Kode di Telegram untuk Organisir Massa

Penyerbuan terhadap kantor Kongres, Mahkamah Agung dan Istana Presiden Brasil dilakukan para pendukung mantan Presiden Jair Bolsonaro. Mereka memprotes terpilihnya Luiz Inacio Lula da Silva sebagai presiden baru.

Sebelum melakukan aksi pada Minggu, 8 Januari 2023 lalu, sejumlah laporan menyebutkan bahwa para pendukung Bolsonaro sudah menyiapkan rencana secara terorganisir untuk menggelar demonstrasi di ibukota.

Mereka menggunakan sejumlah kode dan frasa tertentu supaya rencana demonstrasi tidak tercium oleh petugas.

Seperti diberitakan AP News, pendukung Bolsonaro membuat sebuah peta perjalanan dan mengelabuhinya dengan frasa "Beach Trip". Peta itu dibagikan ke dalam grup Telegram berisi 18 ribu anggota.

Terdapat "43 tanda" di dalam "Beach Trip", yang diartikan sebagai kota-kota untuk mengangkut massa menuju ibukota Brasil dengan bus. Anak-anak dan para lansia dilarang ikut. Hanya orang dewasa saja yang bisa mengikuti acara tersebut.

Sejumlah "kode" tersebut digunakan demi menghindari kecurigaan petugas setempat, lantaran otoritas di Brasil memiliki wewenang untuk menangkap seseorang dengan alasan antidemokrasi.

Pemberontakan Ibukota Brasil

Polisi mengambil posisi saat pendukung mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro meninggalkan sebuah kamp di luar markas Angkatan Darat di Brasilia, Brasil, Senin, 9 Januari 2023. Sejak Bolsonaro kalah dalam pemilihan ulang dari Luiz Inácio Lula da Silva pada 30 Oktober, dia pendukung telah berkumpul di seluruh negeri menolak untuk mengakui kekalahan dan meminta angkatan bersenjata untuk campur tangan. (AP Photo/Eraldo Peres)

Selain itu, para influencer sayap kanan di Brasil juga memanfaatkan media sosial untuk mengkampanyekan agenda yang disebut "war cry party" pada Minggu, 8 Januari 2023.

Dari keterangan Washington Post, para influencer menyerukan untuk ikut serta dalam acara "Festa da Selma". "Selma" yang dimaksud adalah "Selva".

"Selva" merupakan istilah militer untuk ajakan sebuah perang. Sedangkan "Festa" ialah pesta. Pergantian kata "Selva" menjadi "Selma" itu pun dilakukan demi mengelabui petugas.

Selain itu, di Telegram juga sempat beredar rencana "Liberty Caravans", lengkap dengan tanggal, waktu, dan rute. Mereka akan mengantarkan para pendukung dari 6 negara bagian di Brasil menuju ibu kota.

Di dalamnya juga terdapat tulisan: "Perhatian Patriot! Kami menyiapkan ribuan bus. Kami membutuhkan 2 juta orang di Brasilia."

Klarifikasi Pihak Telegram

Merespons aksi tersebut, pihak Telegram mengeluarkan pernyataan dan telah memblokir sejumlah akun. Remi Vaughn, perwakilan Telegram menyatakan: "Telegram ialah platform untuk kebebasan berbicara dan protes secara damai."

Telegram menegaskan,"seruan untuk melakukan kekerasan sangat dilarang dan belasan komunitas telah diblokir di Brasil dalam sepekan terakhir, sesuai ketentuan layanan maupun tanggapan atas perintah pengadilan."

Pada Senin, 9 Januari 2023, atau sehari setelah kejadian, Meta sebagai induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp juga bereaksi terkait kerusuhan di Brasil.

Mereka siap menghapus konten yang mendukung maupun memuji tindakan yang dianggap melanggar itu.

Meta menyebutkan: "Sebelum pemilu, kami sudah menetapkan Brasil sebagai lokasi berisiko tinggi. Kami sudah menghapus konten yang menyerukan orang-orang untuk mengangkat senjata atau menyerbu Kongres, Istana Presiden, dan Gedung Federal lainnya."

"Kami secara aktif mengikuti situasi dan akan terus menghapus konten yang melanggar kebijakan kami," lanjut mereka.

Sementara Lula da Silva sebagai Presiden Brasil pada Rabu, (11/1), menyatakan bahwa para perusuh yang terlibat dalam aksi penyerbuan harus siap menerima hukuman.

Di lain sisi, ia menyayangkan sikap Jair Bolsonaro yang tidak terima terhadap hasil pemilu dan menyebut mereka yang melakukan penyerangan ke gedung-gedung pemerintah sebagai tindakan yang gila.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Politik
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Alexander Haryanto