tirto.id - Konflik di Brasil tampaknya belum mereda meskipun sekitar 1.500 perusuh dari massa pendukung mantan Presiden Jair Bolsonaro ditahan karena menyerang kantor penting pemerintahan.
Ribuan pendukung Bolsonaro itu menyerbu Kongres, Mahkamah Agung dan Istana Presiden sehingga menyebabkan kerusuhan dan perusakan.
Tindakan tersebut mereka lakukan untuk memprotes pelantikan Lula da Silva sebagai Presiden. Bolsonaro adalah sayap kanan, sedangkan Presiden yang baru dilantik, Lula da Silva adalah sayap kiri.
Sekarang ini, giliran massa lain yang menggelar demonstrasi dengan cara turun ke jalan Rio de Janeiro dan Sao Paulo, demikian seperti diberitakan AP News pada Selasa, 10 Januari 2023.
Sambil menyanyikan yel-yel “no amnesty, no amnesty, no amnesty”, merekamenuntut pada perusuh yang sudah ditangkap itu dipenjara.
Nyanyian itu adalah tuntutan pembalasan terhadap para pendukung Bolsonaro yang menyerbu ibu kota Brasil pada hari Minggu, dan menyebabkan kerusuhan.
Mereka juga menuntut agar pemerintah mengusut semua pihak yang bertanggung jawab, termasuk orang yang memerintahkannya dan orang yang memberikan dana untuk melakukan aksi kerusuhan tersebut.
Masih dilaporkan Ap News, Menteri Kehakiman Flávio Dino bersumpah akan mengadili mereka yang bertindak di belakang layar, yang menjadi dalang pendukung di media sosial, dan membiayai transportasi.
Dia menyebut mereka bisa dituduh terlibat dalam kejahatan terorganisir, melakukan kudeta, dan penghapusan kekerasan atas aturan hukum yang demokratis.
Pihak berwenang juga sedang menyelidiki tuduhan bahwa petugas keamanan setempat membiarkan kerusuhan tersebut terjadi.
“Kami tidak bisa dan tidak akan berkompromi dalam memenuhi tugas hukum kami, pemenuhan tugas ini sangat penting agar kejadian seperti itu tidak terulang kembali,” kata Dino.
Tragedi ini kemudian membuat Lula da Silva menandatangani sebuah dekrit, yang memerintahkan pemerintah federal untuk memegang kendali keamanan di Ibu Kota.
Situasi Terbaru Kerusuhan di Brasil
Menyusul penangkapan para perusuh, sejumlah nama dan tokoh penting di Brasil diperintahkan untuk ditangkap atas tuduhan kelalaian dan kegagalan yang mereka lakukan.
Reuters melaporkan pada 11 Januari bahwa Hakim Alexandre de Moraes memerintahkan penangkapan Anderson Torres, yang merupakan menteri kehakiman era Bolsonaro, yang jabatannya resmi dicopot pada Minggu.
Namun, pada saat kerusuhan dan perintah penangkapan terjadi, Torres tidak berada di kota, karena diketahui sedang berada di Florida sejak awal bulan ini.
Dalam sebuah posting di Twitter pada hari Selasa, dia mengatakan akan kembali ke Brasil dari Orlando, tempat dia berlibur bersama keluarganya, dan menyerahkan diri ke pengadilan.
Moraes juga meminta penangkapan Fabio Augusto Vieira, kepala polisi militer Brasil, salah satu dari sejumlah pejabat yang bertanggung jawab melindungi gedung-gedung utama pemerintah Brasil.
Dalam surat perintah penangkapan, Moraes mengutip kegagalan mereka untuk memastikan pasukan keamanan untuk berjaga. Dia juga menganggap otoritas yang mereka miliki telah gagal karena membiarkan 100 bus dengan pendukung Bolsonaro di dalamnya masuk ke kota.
Moraes juga menyebut bahwa mereka telah gagal menutup kamp tempat para loyalis mantan presiden berkumpul selama berbulan-bulan.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Alexander Haryanto