Menuju konten utama

Kerusuhan di Peru Sebabkan 13 Orang Tewas, Apa Pemicunya?

Kerusuhan di Peru sebabkan 13 orang tewas dan lebih dari 40 orang terluka dipicu oleh massa yang menuntut pemilu ulang dipercepat.

Kerusuhan di Peru Sebabkan 13 Orang Tewas, Apa Pemicunya?
Seorang pendukung Presiden terguling Pedro Castillo berhadapan dengan polisi anti huru hara selama protes di Lima, Peru, Kamis, 8 Desember 2022. (Foto AP/Fernando Vergara)

tirto.id - Situasi di Peru lagi-lagi memanas memasuki pekan kedua Januari 2023. Aksi protes anti-pemerintah kembali terjadi pada Senin (9/1/2023) di Kota Juliaca, San Roman, Peru.

Namun di tengah-tengah aksi protes, terjadi bentrokan antara demonstran dan aparat di depan Bandara Julaica. Otoritas setempat mengungkapkan bahwa kerusuhan di Peru itu sebabkan 13 orang tewas dan lebih dari 40 orang terluka.

Kantor Ombudsman Hak Asasi Manusia (HAM) menyatakan bahwa dari total korban tewas dua diantaranya merupakan remaja berusia 17 tahun.

Melansir AP News, ini merupakan jumlah korban tewas terbanyak sejak kerusuhan yang dimulai pada awal Desember lalu. Menyusul laporan tersebut saat ini total sudah ada 34 orang lebih yang tewas akibat gelombang protes yang terjadi di Peru sejak beberapa pekan terakhir.

Lebih lanjut, pihak Ombudsman juga mengecam jatuhnya korban jiwa dalam aksi protes tersebut. Mereka mendesak pemerintah untuk melakukan klarifikasi terhadap penegak hukum.

"Kami meminta penegak hukum untuk menggunakan kekuatan yang legal, perlu, dan proporsional dan kami mendesak Kantor Kejaksaan untuk segera melakukan penyelidikan guna mengklarifikasi kejadian tersebut," kata lembaga negara tersebut.

Pemicu Kerusuhan dan Gelombang Protes di Peru

Beberapa pekan terakhir situasi dalam negeri Peru sedang tidak stabil. Melansir Reuters, hal ini menyusul pemecatan dan penangkapan mantan Presiden Peru, Pedro Castillo.

Ia merupakan politikus baru yang di memperoleh kursi lewat pemilu 2021 dengan kemenangan tipis. Hal ini menyebabkan terguncangnya pendirian politik Peru yang mengakibatkan perpecahan sengit antar penduduk.

Mengutip AA, Castillo dilengserkan dan ditangkap atas tuduhan korupsi dan mengatur pemberontakan—yang ia sangkal. Ia juga dituduh mencoba membubarkan kongres secara ilegal untuk menghentikan pemakzulannya sendiri.

Ia resmi mengundurkan diri pada 30 Juni 2022 dari partai Free Peru. Pengunduran dirinya ini terjadi setelah diminta oleh komite partai karena dianggap melanggar nilai-nilai Free Peru.

"Kami juga menyoroti bahwa kebijakan yang diambil oleh pemerintahnya tidak sejalan dengan apa yang dijanjikan selama kampanye pemilihan dan apalagi dengan program partai," kata Vladimir Cerron, selaku Presiden Partai Free Peru seperti yang dikutip dari People Dispatch.

Pencopotan Castillo dari jabatannya juga didukung oleh Presiden yang menjabat saat ini, Dina Boluarte. Ia merupakan mantan pendamping Castillo selama menjabat.

Namun, sebagian masyarakat justru mengkritik Boluarte dan menuntut pembubaran kongres. Mereka juga menuntut dilakukannya pemilu ulang.

Menyusul gelombang protes yang terus terjadi, Castillo kini ditahan selama 18 bulan pra-sidang atas tuduhan upaya mengatur pemberontakan.

Sayangnya, tensi publik tidak mudah diredam mengingat peristiwa pencopotan Castillo terjadi di tengah-tengah krisis pasca pandemi dan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM).

Situasi ini mengakibatkan ribuan pengemudi truk dan persatuan guru di Peru mogok kerja sebagai bentuk protes. Hal ini menimbulkan sektor bisnis dan pendidikan di Peru menjadi lumpuh.

Tidak lama kemudian Boluarte menegaskan akan mendukung rencana untuk pemilu ulang dalam rangka pemilihan presiden dan kongres pada 2026 mendatang.

Ia turut memberikan dukungan untuk penyelidikan yudisial menyusul kecurigaan publik bahwa pasukan keamanan turut terlibat kekerasan pada aksi demonstrasi beberapa pekan terakhir.

Namun, massa menolak solusinya dan menuntut bahwa pemilu ulang harus dilakukan secepatnya. Aksi protes sempat mereda di tengah jeda libur Natal dan Tahun baru yang singkat.

Setelah itu, gelombang protes kembali terjadi di 13 persen provinsi di Peru. Para demonstran memblokir jalanan dan menyabotase jalur distribusi produk pangan.

Akibat gelombang demonstrasi ini, truk pengiriman tidak bisa mengirimkan barang-barang belanjaan ke pasar.

Ribuan aparat penegak hukum diturunkan untuk mengawal demonstrasi. Sayangnya, terjadi insiden bentrok yang menewaskan belasan orang.

Pedo Castillo sendiri mendapat banyak dukungan dari kalangan masyarakat kelas bawah. Melansir France24, ia digadang-gadang sebagai 'Presiden Termiskin Peru' karena tidak pernah mengambil gajinya selama menjadi presiden.

Selama menjabat, ia hidup lewat gajinya sebagai guru. Penggulingannya dari kursi presiden tentu banyak menuai protes, khususnya dari kalangan simpatisan.

Baca juga artikel terkait KERUSUHAN PERU atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Iswara N Raditya