Menuju konten utama

KPK Periksa Kepala Satuan IPP PLN dalam Kasus Suap PLTU Riau-1

"Yang bersangkutan diperiksa sebagai saksi untuk tersangka JBK [Johannes B. Kotjo]," kata Kepala Biro Humas KPK Febri Diansyah.

KPK Periksa Kepala Satuan IPP PLN dalam Kasus Suap PLTU Riau-1
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ,Jakarta. tirto.id/Tf Subarkah

tirto.id - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus mendalami kasus dugaan suap terkait kesepakatan kontrak kerja sama pembangunan PLTU Riau-1. Kali ini KPK akan meminta keterangan dari Kepala Satuan Independent Power Producer (IPP) PT PLN M Ahsin Sidqi pada Kamis (23/8/2018).

Rencananya Ahsin akan diperiksa sebagai saksi untuk tersangka Johannes B Kotjo yang merupakan pemegang saham PT Blackgold Natural Resources.

"Yang bersangkutan diperiksa sebagai saksi untuk tersangka JBK [Johannes B. Kotjo]," kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah lewat keterangan tertulisnya (23/08/2018).

Selain memeriksa Ahsin, hari ini KPK pun memeriksa tiga orang pihak swasta masih dalam kasus yang sama.

Johannes ditetapkan sebagai tersangka bersama Wakil Ketua Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai Golkar Eni Maulani Saragih setelah sebelumnya yang bersangkutan diamankan dalam operasi tangkap tangan Juli 2018 lalu.

Dalam penyidikan kasus ini, KPK juga telah memeriksa Direktur PLN Sofyan Basir sebagai saksi untuk tersangka Johannes pada Selasa (7/8/2018).

Febri menyatakan, KPK membutuhkan keterangan Sofyan terkait mekanisme kerja sama dengan pembangunan PLTU Riau-1 dan juga sejauh mana pengetahuannya tentang pertemuan-pertemuan dengan tersangka ataupun pihak lain.

"Termasuk apakah saksi mengetahui atau tidak tentang aliran dana. Jadi, itu perlu diperinci lebih lanjut dan juga mengkonfirmasi beberapa dokumen-dokumen yang disita sebelumnya tentu yang ada kaitannya," ungkap Febri kemarin.

KPK telah mengamankan sejumlah barang bukti yang diduga terkait kasus itu, yaitu uang sejumlah Rp500 juta dalam pecahan Rp100 ribu dan dokumen atau tanda terima uang sebesar Rp500 juta tersebut. Diduga, penerimaan uang sebesar Rp500 juta merupakan bagian dari komitmen fee" 2,5 persen dari nilai proyek yang akan diberikan kepada Eni Maulani Saragih dan kawan-kawan terkait kesepakatan kontrak kerja sama pembangunan PLTU Riau-1.

Penerimaan kali ini merupakan penerimaan keempat dari Johannes kepada Eni dengan nilai total setidak-tidaknya Rp4,8 miliar, yaitu Desember 2017 sebesar Rp2 miliar, Maret 2018 Rp2 miliar, dan 8 Juni 2018 Rp300 juta.

Diduga uang diberikan oleh Johannes Budisutrisno Kotjo kepada Eni Maulani Saragih melalui staf dan keluarga.

Adapun peran Eni adalah untuk memuluskan proses penandatanganan kerja sama terkait pembangunan PLTU Riau-1.

Sebagai pihak yang diduga pemberi Johannes Budisutrisno Kotjo disangkakan melanggar pasal 5 ayat 1 huruf a atau huruf b atau pasal 13 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 juncto Pasal 64 ayat (1) KUHP.

Sedangkan sebagai pihak yang diduga penerima Eni Maulani Saragih disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau pasal 12 huruf b atau pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999 yang diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto pasal 64 ayat (1) ke-1 KUHP.

Baca juga artikel terkait KASUS SUAP PLTU RIAU 1 atau tulisan lainnya dari Mohammad Bernie

tirto.id - Hukum
Reporter: Mohammad Bernie
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Maya Saputri