tirto.id - Harga emas PT Aneka Tambang Tbk atau Antam, PT Pegadaian (Persero) dan UBS kompak mengalami kenaikan pada Rabu (5/3/2025). Harga 1 gram emas batangan Antam di Butik Emas LM Grahadipta, Jakarta, yang tercatat di laman logammulia.com senilai Rp1,71 juta. Harga tersebut belum termasuk tarif pajak penghasilan (PPh) Pasal 22 yang ditetapkan sebesar 0,25 persen dari harga jual emas.
Sementara itu, harga 1 gram emas Antam yang dijual di Galeri 24 milik Pegadaian lebih mahal, yakni mencapai Rp1,75 juta—dengan harga beli kembali (buyback) senilai Rp1,57 juta. Harga emas Pegadaian sendiri di Galeri 24 diperdagangkan di harga Rp1,68 juta dan harga buyback Rp1,57 juta.
Selanjutnya, harga 1 gram emas UBS di Galeri 24 dijual seharga Rp1,69 juta, dengan harga buyback hanya sebesar Rp1,57 juta.
Sejak 26 Februari 2025 hingga sepekan terakhir, harga emas yang dicatat laman logammulia.com mengalami kenaikan sebesar Rp20.000, dari sebelumnya sebesar Rp1,69 juta. Jika dibandingkan dengan harga 2 Januari 2025 yang senilai Rp1,52 juta, harga 1 gram emas telah melonjak hingga Rp190 ribu.
“Kenaikan harga emas domestik mengikuti kenaikan harga emas internasional yang kembali mencatatkan rekor ATH [all time high/harga tertinggi] minggu lalu,” kata analis komoditas dan mata uang, Lukman Leong, kepada Tirto, Rabu (5/3/2025).
Mengutip Tradingview, harga emas berjangka di pasar global sempat mencapai puncak tertinggi sepanjang masa pada 24 Februari 2025 dengan nilai mencapai 2.952,06 dolar Amerika Serikat (AS) per troy ons. Kenaikan harga emas dunia ini tak lain didorong oleh kebijakan tarif 25 persen yang ditetapkan Presiden AS, Donald Trump, kepada Kanada dan Meksiko.
Kemarin, Selasa (4/3/2025), setelah Gedung Putih resmi mematok tarif perdagangan tinggi pada dua negara tetangganya itu, harga emas batangan dunia mulai turun ke level 2.917,85 dolar AS per troy ons. Kemudian, harganya kembali turun tipis menjadi 2.914,41 dolar AS per troy ons pada Rabu (5/3/2025) pagi.
Seiring dengan dimulainya kembali kebijakan perang dagang oleh Trump, banyak masyarakat global yang memilih menyimpan asetnya ke instrumen investasi yang lebih aman. Logam mulia adalah salah satunya. Dengan kondisi ini, harga emas batangan dunia diperkirakan dapat melompat melewati level 3.000-5.000 dolar AS per troy ons.
“Jadi, medium dan long term [harga emas] masih bullish [naik]. Hanya saja, saat ini, sedang koreksi. Wajar pascarekor di ATH-nya,” ujar Analis Komoditas sekaligus Founder Traderindo.com, Wahyu Tribowo Laksono, saat dihubungi Tirto, Rabu (5/3/2025).
“Kebijakan Trump bisa memicu volatilitas dan bisa menguntungkan emas,” imbuhnya.
Harga Emas Domestik Terdongkrak
Tren kenaikan harga emas dunia itulah yang kemudian mengerek harga emas di pasar domestik. Sama halnya dengan emas dunia, harga emas Antam, Pegadaian, dan UBS juga masih berpotensi menguat.
Hal itu didukung kebijakan moneter bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), yang masih akan cenderung melakukan pelonggaran suku bunga acuan, yang kemudian akan diikuti pula oleh bank-bank sentral di kawasan Eropa.
Kemudian, ada pula stimulus besar-besaran yang diberikan oleh Pemerintah Cina untuk menumbuhkan perekonomian domestiknya di tengah era perang dagang baru dengan AS, terus berlanjutnya ketegangan geopolitik di kawasan Rusia-Ukraina serta Israel-Palestina, hingga kebijakan proteksionisme Trump terhadap negaranya yang berpotensi menimbulkan ketidakpastian dan volatilitas harga di pasar komoditas dan keuangan global.
“Apalagi, kalau dalam jangka waktu yang lebih panjang ke belakang, emas Antam jelas cenderung lebih baik dari emas global karena ‘dua mata pisau’,” ujar Wahyu.
Dalam hal ini, harga emas domestik akan mengalami kenaikan seiring dengan adanya peningkatan harga emas dunia saat pelemahan dolar terjadi. Hal tersebut dapat terlihat sejak awal pekan ini, ketika rupiah ditutup menguat pada perdagangan Senin (3/3/2025) di level 16.595 per dolar AS.
Rupiah melanjutkan penguatannya pada penutupan perdagangan Selasa (4/3/2025), dengan posisi Rp16.445 per dolar AS. Sedangkan, pada perdagangan Rabu (5/3/2025) pagi, rupiah dibuka di harga Rp16.418 per dolar AS, menguat 0,16 persen.
Selain itu, harga emas domestik juga bisa mengalami kenaikan jika dolar AS menguat dan emas global melemah. Hal ini tak lain karena emas domestik merupakan lindung nilai (hedging) rupiah terhadap dolar AS.
“Emas Antam bisa naik karena IDR melemah dan emas Antam menjadi hedge IDR terhadap dolar AS. Kecenderungannya, emas Antam selalu naik tiap tahunnya, bahkan biasa naik ke rekor baru per tahunnya. Itulah maksud saya dengan dua mata pisau,” jelas Wahyu.
Di sisi lain, faktor domestik—seperti pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stagnan di kisaran 5 persen, pelemahan daya beli, hingga maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK)—bukan faktor besar naik turunnya harga emas domestik. Pun, dengan telah diresmikannya Pegadaian dan BSI sebagai bank emas (bullion bank) pertama dalam sejarah Indonesia oleh Presiden Prabowo Subianto pada Rabu (26/2/2025) lalu.
Bahkan, untuk saat ini, pelemahan rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) juga lebih disebabkan oleh fundamental global, khususnya sebagai respons terhadap kebijakan kontroversial AS.
Apalagi, meningkatnya ketidakpastian global karena kebijakan AS di bawah Trump membuat investor lebih memilih masuk ke pasar obligasi AS atau mengamankan asetnya ke instrumen safe haven.
“Pembentukan Bullion Bank enggak signifikan. Tanpa itu, bisa dipastikan emas Antam dan global tetap naik. Emas global masih potensial bullish, IDR sedang lemah, jadi emas Antam masih potensial bullish juga,” imbuhnya.
Dengan kondisi saat ini, Wahyu memperkirakan harga emas domestik akan berada di level 1,55-1,85 juta per gram hingga akhir 2025. Sedangkan, untuk jangka pendek, harga emas Antam, Pegadaian, dan UBS diperkirakan dapat mencapai rentang harga Rp1,68-Rp1,7 juta.
Analis komoditas dan mata uang, Lukman Leong, pun memprediksi harga emas dunia masih akan mengalami kenaikan hingga level 3.000-3.250 dolar AS per troy ons. Sedangkan, harga emas Antam dapat mencapai di atas level Rp1,8 juta.
“Investor bisa buy hold atau buy on weakness [beli saat koreksi],” tutur Wahyu.
Bullion Bank
Yang tak boleh luput pula, harga emas tetap punya potensi menurun. Apalagi, rupiah kini perlahan menunjukkan penguatan. Hal itu didukung dengan perbaikan PMI Manufaktur Indonesia yang pada Februari 2025 meningkat ke level 53,6 dari 51,9 pada bulan sebelumnya.
Bahkan, ketika bullion bank dan juga Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara efektif beroperasi, analis komoditas dan mata uang, Ibrahim Assuaibi, menilai rupiah dapat menguat hingga di bawah level Rp16.000 per dolar AS.
“Kenapa kok logam mulia di Indonesia itu harganya tinggi, ya karena rupiahnya kan melemah. Jadi, enggak ada sangkut-pautnya dengan Bullion Bank,” kata Ibrahim kepada Tirto, Rabu (5/3/2025).
Meski begitu, adanya bullion bank dinilai akan membuat minat investasi masyarakat terhadap logam mulia lebih tinggi. Sebab, ekosistem investasi emas akan menjadi lebih inklusif dan berkelanjutan.
Pada saat yang sama, berdirinya bullion bank juga akan semakin memperluas cakupan layanan emas, termasuk simpanan emas, pembiayaan emas, perdagangan emas, hingga penitipan emas.
“Kami ingin memastikan bahwa emas Antam tidak hanya menjadi pilihan utama bagi masyarakat, tetapi juga menjadi bagian dari sistem keuangan yang lebih luas melalui inisiatif Bullion Bank Indonesia. Dengan produk yang terjamin keasliannya serta kualitas yang tidak diragukan, kami optimis dapat meningkatkan kepercayaan dan minat masyarakat dalam berinvestasi emas,” ucap Direktur Utama Antam dalam keterangan resminya, dikutip Rabu (5/3/2025).
Seiring dengan harga emas yang kini sedang menjelang tinggi, Ibrahim menyarankan agar masyarakat tidak terburu-buru menginvestasikan modalnya pada logam mulia. Apalagi, jika uang sebagai modal investasi adalah uang untuk kebutuhan sehari-hari (uang panas) atau dari utang. Sebab, dalam jangka pendek, harga emas masih sangat berpotensi turun.
“Jangan dulu [beli]. Harga sudah cukup tinggi. Karena apa? Ada ketakutan nanti pada saat mau dijual, mereka [investor] pasti mengalami kerugian. Kita harus punya strategi, pada saat nanti misal di Rp1,6 juta, ya bolehlah kita beli. Karena sebetulnya ada [selisih] Rp100 ribu per gram jika dijual kembali. Nah, bagaimana supaya jangan rugi, supaya untung? Berarti [harga emas] harus koreksi dulu,” jelas Ibrahim.
Selain itu, untuk mendapat hasil investasi maksimal, investor setidaknya dapat menabung atau menyimpan emasnya 5-10 tahun. Ibrahim juga tidak menyarankan investor membeli emas dengan skema cicilan karena ada biaya tambahan, seperti biaya admin dan juga bunga. Hal ini, membuat harga beli emas semakin mahal dan ketika dijual, jika tidak rugi, keuntungan yang diperoleh hanya sedikit.
“Nah, kalau dihitung secara matematis, ini [total harga emas cicilan] gede banget. Tidak sesuai dengan harga yang ada di Antam, di Pegadaian, dan sebagainya,” sambung Ibrahim.
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan (PBKN) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae, menilai bahwa bullion bank memang tidak berpengaruh terhadap harga emas domestik. Namun, ia bisa mengoptimalkan nilai tambah sumber daya emas yang ada di Indonesia hingga Rp30-50 triliun, baik itu emas hasil tambang maupun stok emas yang dimiliki masyarakat.
Tak heran, jika usaha bank emas berpotensi meningkatkan konsumsi emas ritel.
“Oleh karena itu, potensinya tentu akan sangat besar didukung dengan ekosistem pengembangan usaha bullion bank yang ada saat ini antara lain produsen, refiner, manufacturer, wholesales, dan retailers, serta masyarakat yang menjadikan logam mulia sebagai sarana investasi dan pengembangan bisnis,” ujar dia dalam jawaban tertulisnya, dikutip Rabu (5/3/2025).
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Fadrik Aziz Firdausi