tirto.id - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat konsentrasi partikulat (PM2.5) di beberapa daerah khususnya Jabodetabek mengalami peningkatan pada Juni-Agustus 2022. Kualitas udara buruk atau tidak sehat tersebut terjadi pada waktu-waktu tertentu.
Data itu berdasarkan pemantauan Air Quality Monitoring System (AQMS) KLHK sepanjang 2022.
Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK Sigit Reliantoro menjelaskan kualitas udara dipengaruhi sumber emisi seperti kendaraan bermotor dan industri.
"Faktor kondisi alam juga dapat memengaruhi peningkatan konsentrasi parameter PM2.5 dan debu," kata Sigit dikutip dari Antara, Jumat (23/9/2022).
Merujuk pada Juni-Agustus 2022 sebagai puncak musim kemarau di Indonesia, Sigit mengatakan dalam periode tersebut hujan tidak turun dalam waktu yang lama. Hal itu ditambah udara yang stagnan dengan kelembaban yang cukup tinggi serta kecepatan angin yang rendah memungkinkan partikel tetap mengapung di udara.
Kondisi tersebut dapat menyebabkan terbentuknya konsentrasi polutan yang tinggi khususnya debu termasuk PM2.5.
"Selanjutnya memasuki bulan September, konsentrasi polutan mulai menurun dikarenakan sudah mulai turun hujan sehingga terjadi proses rain washing yang menyebabkan konsentrasi partikel yang mengapung di udara berkurang," kata Sigit.
Sigit memastikan KLHK terus melakukan berbagai langkah untuk meningkatkan perbaikan kualitas udara di Indonesia. Langkah perbaikan itu termasuk dengan melakukan pembinaan kepada pemerintah kabupaten/kota dan evaluasi terhadap kinerja pengelolaan kualitas udaranya.
Editor: Gilang Ramadhan