tirto.id - Deputi Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Ade Palguna Ruteka, mengatakan bahwa KLH bakal melakukan pemanggilan terhadap perusahaan makanan atau minuman yang menggunakan bungkus plastik terhadap produk-produknya. Ade beralasan, penggunaan kemasan berbahan tersebut mengandung banyak lapisan plastik sehingga sulit terurai.
“Bisa enggak mereka mengubah packaging-nya (kemasannya)? Karena kalau misalnya kita cuma ngomong, enggak memanggil pada produsen, misalnya ada kan yang banyak produkya, nah kita harus ngomong soal produk,” kata Ade saat ditemui wartawan usai mengikuti konferensi Pers ‘Akhiri Open Dumping Sampah’ yang digelar di Kantor Kementerian LH, Jakarta Timur pada Senin (10/3/2025).
Dia menilai, penggunaan plastik ini mau-tidak-mau harus segera dilakukan oleh para produsen di Indonesia agar permasalahan plastik berangsur menemukan solusi. Oleh karena itu, Ade meminta agar para produsen dapat berinovasi dalam penggunaan kemasan selain plastik.
“Produsen itu harus dipaksa. Supaya semuanya nggak pusing sama plastik,” ucap Ade.
Ade mencontohkan salah satu produk makanan mie yang banyak digemari oleh banyak masyarakat Indonesia. Dia menyebut bahwa bungkus yang digunakan mie instan itu multilayer dan susah terurai.
Selain itu, menurut Ade, atas permasalahan ini semua pihak perlu berkontribusi agar penggunaan plastik dapat terkendali, khususnya Kementerian Perindustrian selaku pembina industri.
“Supaya kita juga aware terhadap ‘Jangan dipake gitu’ Karena itu bikin pusing. Bikin pusing kita semua,” ujar Ade.
Dalam kesempatan yang sama, Ade juga menanggapi potensi sampah makanan yang disebabkan oleh Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Dalam hal ini, menurut dia, dapat di ilustrasikan bahwa makanan sehat adalah makanan tidak berasa.
“Tapi banyak orang yang bilang itu makanan sehat itu nggak enak. Kayak makan di rumah sakit kan nggak enak,” ucap dia.
Oleh karena itu, Ade menyebut akan memberikn input kepad Badan Gizi Nasional (BGN) agar mengoptimalkan rasa dalam Makan Bergizi agar enak meskipun makanan yang dirancang merupakan makanan sehat.
“Jadi kita akan komunikasi dengan Badan Gizi. Untuk konteks-konteks makan bergizi gratis ini. Kita kasih input hanya mereka. Input kita berdasarkan data yang kita teroleh dari berbagai titik yang kita kunjungi pada saat makan bergizi gratis, nanti kita informasikan. Yang jelas itu adalah makan sehat masih kurang enak,” jelas Ade.
Penulis: Rahma Dwi Safitri
Editor: Andrian Pratama Taher