Menuju konten utama

Kingsman: Nasib Sekuel yang Tak Sebaik Film Orisinal

Film Kingsman: The Golden Circle berpeluang jadi film sekuel yang tak mulus mengukir kesuksesan seperti pendahulunya.

Kingsman: Nasib Sekuel yang Tak Sebaik Film Orisinal
Taron Egerton. FOTO/REUTERS

tirto.id - Kingsman: The Golden Circle memang sudah salah sejak adegan pertama. Ia dibuka dengan pertemuan Eggsy (Taron Eagerton) dan Charlie (Edward Holcroft) di depan toko Kingsman, sebuah agensi mata-mata independen yang berkedok sebagai toko jahit.

Eggsy ini si tokoh utama, yang dalam film pertama adalah murid yang terpilih seleksi jadi agen Kingsman. Sementara Charlie ini tak lulus. Ia juga harus kehilangan pita suara dan lengan kanannya gara-gara Eggsy. Pertemuan mereka tentu saja mengarah ke adegan tarung. Dan di sanalah kesalahan pertama itu muncul.

Eggsy menggeret Charlie ke dalam taksinya, lalu bertarung di sana. Aksi itu cukup keren di beberapa bagian, tapi terlalu lama sehingga penonton akan sadar kalau pertarungan mereka sangat mustahil. Belum lagi sentuhan computer generated imagery (CGI) yang tidak terlalu mulus—tangan robot Charlie terasa sangat kartun—membuat pembukaan sekuel ini kalah satu poin dari film orisinalnya, Kingsman: The Secret Service (2014). Film itu dibuka adegan penyergapan teroris di Timur Tengah, yang sederhana, singkat, dan menegangkan; kesan-kesan yang hilang dari pembukaan The Golden Circle.

Baca juga:Seluk Beluk Teknologi CGI

Hal ini mungkin sepele kalau terjadi di film lain. Pasalnya, The Secret Service terkenal karena adegan tarungnya yang gahar, kejam, dan menegangkan, dibalut dengan sinematografi long-shot yang mantap. Adegan pembantaian di gereja dalam film itu bahkan dijuluki sebagai salah satu adegan tarung terbaik dalam 15 tahun terakhir. Imbang-imbang dengan adegan tarung di Kill Bill Vol.I dan The Protector, yang jadi bahan obrolan massa untuk beberapa pekan setelah tayang.

Kritik pedas itu bukan cuma datang untuk adegan tarungnya. Namun, juga pada keseluruhan film, terutama di dek naskah dan pemilihan aktor dan aktris.

Kingsman, yang diadaptasi dari serial komik berjudul sama (2012) karangan Mark Millar dan Dave Gibbons, memang diangkat ke layar lebar dengan genre comedy-thriller oleh sang sutradara Matthew Vaughn. Adegan sadis, seperti tubuh tercincang, peluru menembus kepala, atau pisau ditancapkan ke mata, adalah jualan utama mereka. Lainnya, adalah adegan-adegan jenaka, dan dialog-dialog kocak. Dua faktor utama ini memang kembali hadir di sekuelnya. Sayang, tak sekuat yang pertama.

David Edelstein dari Vultures menyebut sekuelnya sebagai tayangan bodoh jika dibandingkan film pertama. Ia bahkan menyebut The Golden Circle sebagai sebuah kekacauan. Wendy Ide dari The Guardian bahkan memberi film ini hanya satu bintang dari indikator lima bintang.

Salah satu yang paling disoroti dari naskah adalah adegan seks Eggsy dan Clara (Poppy Delevingne) di pertengahan film. Sang mata-mata memasukkan alat pendeteksi superkecil ke dalam vagina Clara, pacar Charlie, untuk bisa melacak markas sang bandit. Sejumlah kritikus menyayangkan keputusan Vaughn memasukkan adegan tersebut.

Sebab, tanpa adegan itu saja, Kingsman sudah tampil sangat misoginis, karena membunuh Roxy—satu-satunya mata-mata perempuan di Kingsman—dan membuat karakter Halle Berry cuma berakting di balik meja, tanpa adegan tarung sedetik pun. Padahal, sang aktris adalah salah satu perempuan dari sedikit sekali yang pernah memainkan peran superhero (Catwoman, 2012).

Baca juga:Dunia Butuh Lebih Banyak Pahlawan Super Perempuan

Infografik Fakta unik Kingsman

Kritik yang sama juga pernah didapat Vaughn di film pertama Kingsman. Ia dianggap misogini karena menampilkan lelucon seks anal antara Eggsy dan Putri Swedia yang diselamatkannya.

Namun, Vaughn menjawab santai kritik itu. Dalam wawancara dengan The Independent, ia bilang, “Kritik pada adegan itu mengejutkanku sebenarnya, karena film kami kan kategori Bimbingan Orang Tua.”

Ia melanjutkan, “Film-film Bond (James Bond) juga berakhir dengan ineuendo misoginis, tapi semua orang berpikir itu lucu.”

Adegan memasukkan alat pelacak itu, dinilai Michael Rougeau dari Game Spot lebih buruk dari lelucon anal seks, karena Eggsy dan Whiskey (Pedro Pascal) memutuskan lebih mudah menggoda Clara ke atas ranjang, ketimbang memasukkan alat super kecil itu ke lubang hidungnya. Di hampir ujung cerita, Eggsy dan Whiskey akhirnya tahu tempat persembunyian Charlie bukan dari alat itu. Melainkan dari sambungan telepon Clara dan Charlie.

Kalau alasannya cuma untuk melucu, cara Vaughn sangat tidak praktis dan menyinggung, kata Vaughn. “Omong-omong, (adegan itu) bisa dihapus tanpa sama sekali mengubah plot,” tulis Rougeau.

Membuat sekuel memang tak pernah mudah, dan jarang berhasil. Aktris Elizabeth Moss juga ragu membaca naskah episode 2 serial The Handmaid’s Tale, karena episode pilot mereka sangat, sangat bagus. “Kau tahu sendiri, biasanya naskah kedua kan bisa sedikit,” ia tertawa sambil menggerakkan tangannya membentuk kurva turun. Tawa Moss disambut aktris lain yang ada diwawancara dengan Hollywood Reporter itu.

Baca juga:Puritanisme dan Revolusi Iran di Balik ‘The Handmaid’s Tale’

Di Hollywood, kegagalan sebuah sekuel sudah jadi barang lazim. Meledaknya sebuah film, biasanya akan membuat para produser tergiur untuk mengulangi sukses yang sama lewat sekuel. Sayangnya, “keajaiban sering tak terjadi dua kali,” tulis Rolling Stone dalam catatan mereka tentang 20 Film Sekuel Paling Mengecewakan. The Golden Circle memang belum masuk sana, tapi punya ciri-ciri serupa untuk bisa memperpanjang daftar itu.

Meskipun dapat kritikan buruk dari segi cerita, film ini justru meraup untung lebih banyak dari film sebelumnya. Pendapatannya meningkat 8 persen, dan langsung mengalahkan It, yang sebelumnya merajai Box Office.

Baca juga:Film It dan Kenapa Badut Bisa Jadi Amat Menyeramkan

Namun, tak bisa diabaikan pendapatan bengkak itu pasti sebagian berasal dari para penggemar Kingsman yang berharap sekuel ini berhasil seperti pendahulunya. Bukan seperti yang sekarang sedang tayang di bioskop-bioskop.

Baca juga artikel terkait FILM HOLLYWOOD atau tulisan lainnya dari Aulia Adam

tirto.id - Film
Reporter: Aulia Adam
Penulis: Aulia Adam
Editor: Suhendra