tirto.id - Italia kembali dihantam resesi setelah perekonomian negara itu menyusut 0,2 persen pada kuartal keempat 2018 dan 0,1 persen pada kuartal ketiga.
Resesi merupakan penurunan aktivitas ekonomi di suatu negara yang sangat signifikan. Perekonomian suatu negara bisa dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal atau lebih.
Dikutip dari The Independent, ini adalah resesi ketiga Italia dalam 10 tahun terakhir. Ekonomi Roma melemah sejak 2017 dan terus melemah dipengaruhi oleh pelemahan ekonomi di dua mitra dagangnya Jerman dan Cina.
Pemerintah Italia juga "berseteru" dengan Brussels terkait defisit anggaran negara itu yang menurut para kritikus telah merusak kepercayaan pasar, mendorong biaya pinjaman Italia dan merusak ekonomi.
Sejumlah analis juga memperkirakan kinerja ekonomi Italia bakal turun 0,1 persen di setiap kuartal.
Menurut laporan Time, resesi yang terjadi di Italia menjadi salah satu penyebab perlambatan di zona Euro tahun 2018 dan bakal berlanjut di 2019.
Italia bukan satu-satunya alasan mengapa zona euro melambat pada 2019. Jerman, ekonomi terbesar Eropa, mengalami "kontraksi" pada kuartal ketiga karena perubahan standar emisi yang mengganggu penjualan mobil.
Selain itu, ketidakpastian atas keluarnya Inggris dari Uni Eropa telah membebani sentimen, serta ketakutan akan perang dagang global yang sebagian besar dipicu oleh meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Cina.
Meski Italia dan beberapa negara lainnya di zona Euro mengalami perlambatan ekonomi, Perancis dan Spanyol berhasil menunjukkan kinerja ekonomi positif.
Dikutip dari Forbes, ekonomi Perancis naik 0,3 persen meski dihantam gelombng protes rompi kuning di penghujung 2018.
Sedangkan ekonomi Spanyol naik 0,7 persen dan salah satu yang tertinggi dibanding negara Uni Eropa lainnya.
Secara keseluruhan pada tahun 2018, ekonomi Zona Euro tumbuh sebesar 1,8 persen, turun dari tingkat pertumbuhan dalam tiga tahun terakhir yang biasanya mencapai 2 persen atau lebih.
Editor: Agung DH