tirto.id - Imam Besar Istiqlal, KH Nasaruddin Umar mengatakan bahwa dirinya dan almarhum KH Hasyim Muzadi sering menyelesaikan konflik antar agama saat masih sama-sama terlibat dalam kepengurusan di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
"Saya ketika menyaksikan beliau waktu sama-sama pengurus NU, kami seringkali duduk bareng menyelesaikan konflik antar umat agama lain. Anehnya kok diselesaikan di NU," kata Umar saat mengenang kebersamaan dengan KH Hasyim, di rumah duka, di kompleks Pondok Pesantren Al-Hikam Kukusan Beji, Depok, Kamis (16/3/2017).
Lebih lanjut Umar menjelaskan bahwa dia masih mengingat betul kejadian beberapa kelompok agama yang bertikai dan tak mampu diselesaikan oleh internal kelompok tersebut. Namun ketika permasalahannya di bawa ke PBNU, persoalan tersebut langsung selesai.
Umar mengatakan bahwa Hasyim juga masih mau mengangkat telepon, walaupun sedang memberikan ceramah agama. "Sebentar ya saya masih berikan ceramah nanti saya telepon balik. Padahal kan sebenarnya kalau sedang ceramah tidak usah diangkat," kata Umar.
Umar yang pernah menjadi wakil menteri agama periode 2011-2014 juga menilai bahwa kepergian Hasyim terlalu cepat, sebab bangsa Indonesia masih membutuhkan sosoknya, terutama dalam menyelesaikan konflik-konflik.
"Beliau seorang pekerja serius tapi santai, artinya sebesar apapun persoalan yang kita hadapi, begitu disentuh oleh Pak Kiai (Hasyim), itu langsung mudah dengan kekuatan humornya itu. Yang tegang jadi santai, yang besar jadi kecil," kata dia.
Menurut Umar, KH Hasyim merupakan sosok yang lengkap, ia merupakan guru bangsa sekaligus guru umat, pendidik, mubaligh, politisi, dan sekaligus kiai.
Dia menjelaskan bahwa ajaran Hasyim yang paling terkenang adalah tentang Islam sebagai agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.
"Yang paling dominan dipasarkan dimana-mana adalah Islam rahmatan lil alamin. Artinya Islam yang moderat, Islam nusantara, Islam berkeindonesiaan. Islam tidak boleh jadi berbagai ancaman tapi harus jadi seluruh manusia," kata dia dikutip dari Antara.
Hasyim adalah Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) sejak 19 Januari 2015 hingga beliau menghembuskan nafas terakhirnya pada Kamis (16/3) pukul 6.15 WIB di Malang Jawa Timur.
Hasyim juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum PB NU itu lahir di Bangilan, Tuban, 8 Agustus 1944 dan wafat pada usia 73 tahun.
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto