Menuju konten utama

Kenapa Israel Serang Rafah dan Bagaimana Kondisi Palestina Kini?

Israel meluncurkan operasi serangan darat ke Rafah, Jalur Gaza. Simak alasannya dan bagaimana kondisi Palestina terkini.

Kenapa Israel Serang Rafah dan Bagaimana Kondisi Palestina Kini?
Tentara Israel mengambil posisi di dekat perbatasan Jalur Gaza di Israel selatan, Senin, (11/12/2023). (Foto AP/Ohad Zwigenberg)

tirto.id - Israel meluncurkan serangan ke Rafah, sebuah kota yang berada di Jalur Gaza, Palestina sejak Februari 2024. Hingga kini, ketegangan di wilayah tersebut terus terjadi dan menelan banyak korban khususnya di kalangan sipil.

Kondisi di Rafah yang luluh lantak akibat serangan menyita perhatian global. Hal ini membuat pengguna media sosial sehingga meramaikan tagar "All Eyes on Rafah."

Tagar tersebut mulai mencuat di berbagai platform media sosial setelah Israel menyatakan serangannya ke Rafah, Selasa (7/5/2024). Banyak warganet yang menggunakan tagar tersebut untuk mengecam tindakan Israel menyerang Rafah.

Serangan Israel ke Rafah nyatanya menyebabkan jatuhnya banyak korban. Pasalnya, kota tersebut dipadati pengungsi sejak perang Israel-Hamas terjadi sejak 7 Oktober tahun lalu.

Selain itu, warganet juga menuduh agresi Israel merupakan upaya genosida terhadap penduduk Palestina. Terkait hal ini, banyak dari mereka yang membagikan video atau foto korban serangan Israel, termasuk anak-anak yang terluka.

Lantas, kenapa Israel menyerang Rafah dan bagaimana kondisi terkini di Palestina?

Kenapa Israel Menyerang Rafah?

Israel telah bertekad untuk melancarkan serangan darat terhadap Hamas di Rafah, kota paling selatan di Jalur Gaza. Hal ini disampaikan oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

“Kami akan memasuki Rafah karena kami tidak punya pilihan lain. Kami akan menghancurkan batalion Hamas di sana, kami akan menyelesaikan semua tujuan perang, termasuk mengembalikan semua sandera kami,” ujarnya pada Selasa (7/5/2024), seperti dikutip dari AP News.

Pihak militer Israel juga mengklaim bahwa Rafah adalah benteng pertahanan utama terakhir Hamas di Jalur Gaza. Mereka ingin mengontrol Rafah setelah menghancurkan 18 dari 24 batalion kelompok militan tersebut.

Masih dikutip dari AP News, Israel menargetkan empat batalyon Hamas di Rafah. Dalam operasi serangan itu, mereka mengirim pasukan darat untuk menjatuhkan mereka. Beberapa militan senior juga mungkin bersembunyi di kota itu.

Serangan Israel ke Rafah ini ditentang oleh sekutunya–Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar–yang mendorong terjadinya kesepakatan gencatan senjata agar dapat mencegah serangan ke Rafah. Namun, Netanyahu menegaskan bahwa militer tetap akan bergerak ke Rafah “dengan atau tanpa kesepakatan” untuk mencapai tujuannya menghancurkan kelompok Hamas.

Sejalan dengan pernyataan Netanyahu, Israel telah menyetujui rencana militer untuk melancarkan serangan ke Rafah. Ia juga telah memindahkan pasukan serta tank ke Israel bagian selatan sebagai langkah persiapan.

Alasan Israel menyerang Rafah juga terkait erat dengan dampak politik yang besar bagi Netanyahu. Pemerintahannya bisa terancam runtuh jika dia tidak segera melakukannya.

Beberapa mitra pemerintahannya yang berhaluan ultranasionalis dan konservatif dapat menarik diri dari koalisi, jika dia menandatangani kesepakatan gencatan senjata yang mencegah serangan.

Para pengkritik Netanyahu mengatakan bahwa ia lebih mementingkan menjaga pemerintahannya tetap utuh dan berkuasa daripada kepentingan nasional. Meski demikian, tuduhan ini telah dibantah oleh Netanyahu.

Kondisi Terkini di Rafah dan Palestina

Dikutip dari situs Al Jazeera, serangan penuh Israel ke Rafah disebut sebagai “mimpi buruk kemanusiaan”. Pada 7 Mei 2024, kepala PBB memperingatkan bahwa invasi skala penuh ke Rafah oleh pasukan Israel akan menjadi "kesalahan strategis, bencana politik, dan mimpi buruk kemanusiaan".

Meskipun demikian, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa proposal gencatan senjata yang disetujui oleh Hamas dianggap "jauh dari tuntutan Israel". Sementara itu, sebuah delegasi telah tiba di Kairo untuk melanjutkan pembicaraan lebih lanjut.

Israel juga telah menyita dan menutup penyeberangan Rafah di Gaza sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa pasokan yang sudah langka akan semakin berkurang dan menyebabkan bencana yang "dahsyat".

Mengutip The New York Times, Kementerian Kesehatan Gaza menyebut bahwa 54 orang tewas, pada Selasa (6/4/2024), imbas serangan Israel di Rafah dalam 24 jam. Saat ini puluhan jenazah korban serangan masih berada di Rumah Sakit Rafah.

Selain korban jiwa, serangan Israel di Rafah mengakibatkan pasokan bantuan perang di wilayah lain Palestina terhambat. Para pejabat PBB telah mengatakan bahwa serangan terhadap Rafah menggagalkan operasi bantuan yang membuat penduduk di seluruh Jalur Gaza tetap hidup.

Kondisi ini berpotensi mendorong warga Palestina ke dalam kelaparan yang lebih besar dan kematian massal.

Adapun sejak serangan Israel ke Gaza pada 7 Oktober lalu, setidaknya 34.789 orang telah terbunuh dan 78.204 lainnya terluka. Serangan Hamas pada 7 Oktober juga menewaskan 1.139 orang di Israel dan masih ada puluhan yang ditawan.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Iswara N Raditya & Yonada Nancy