tirto.id - Kedisiplinan masyarakat terhadap penegakan protokol kesehatan adalah kunci utama dalam menekan penularan COVID-19.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto.
“Paling depan adalah 3M, karena penyebabnya penyakit menular yang bisa dicegah. Rute penularan dari saluran nafas oleh karenanya yang dilindungi adalah pernafasan dengan masker,” kata Yurianto dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Kamis (15/10/2020).
Yuri menjelaskan bahwa sinergi antara penanganan kesehatan di hulu dan hilir harus sama-sama kuat. Pada segi hulu, masyarakat harus dilibatkan secara aktif melalui pemberdayaan guna meningkatkan kesadaran akan kegiatan promotif preventif.
Sementara pada bagian hilir, pemerintah menyiapkan sistem kesehatan yang terpadu guna mengantisipasi terjadinya lonjakan pasien yang membutuhkan layanan kesehatan.
“Sisi hulu dari masyarakat adalah menerapkan 3M atau saya menyebutnya sekarang 3W yakni wajib pakai masker, wajib menjaga jarak, dan wajib mencuci tangan pakai sabun. Kalau hulunya bobol, maka pemerintah mendahului dengan tracing yakni melacak kontak dekat yang positif, lalu setelah ditemukan di-testing, kalau membutuhkan perawatan maka di-treatment,” kata Yurianto.
Dia menilai kasus terkonfirmasi saat ini adalah gambaran dari belum optimalnya penerapan 3M di seluruh tatanan kehidupan.
Menurutnya masih banyak masyarakat yang enggan memakai masker, atau yang memakai masker dengan tidak tepat seperti meletakkannya di dagu serta tidak menutupi hidung dan mulut secara keseluruhan.
Dalam rangka kesiapsiagaan pemerintah mengantisipasi eskalasi pasien COVID-19 sebagai dampak dari belum masifnya penerapan protokol kesehatan, Kementerian Kesehatan terus berupaya menjaga dari segi hilir yakni ketercukupan layanan di RS untuk pasien yang jatuh sakit.
Selain itu juga meningkatkan kualitas layanan kesehatan yang diukur dengan menggunakan angka kematian, serta meningkatkan angka kesembuhan.
Pemerintah juga melakukan audit terhadap RS terkait masih tingginya kasus kematian dibandingkan rata-rata angka kematian dunia. Dari audit tersebut menunjukkan bahwa banyak RS yang diisi oleh pasien dengan gejala ringan.
“Kalau tanpa gejala ya bukan di RS, bisa ke pusat karantina milik pemda atau isolasi mandiri di rumah jika memungkinkan,” terangnya.
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal dalam upaya pengendalian COVID-29, Yurianto menyebutkan fasilitas layanan kesehatan dan tenaga kesehatan tak luput dari perhatian pemerintah.
Kendati penyakit COVID-19 mudah menular, Yurianto berpendapat pada prinsipnya hampir semua virus bersifat self-limiting disease yakni dapat sembuh dengan sendirinya. Dia menyebut kunci agar pemulihan dapat berlangsung dengan cepat yaitu dengan menjaga dan meningkatkan imunitas tubuh.
Obat-obatan tertentu hanya diberikan kepada pasien dengan penyakit penyerta (komorbid) untuk mengontrol penyakitnya. Oleh karena itu, Yurianto berharap pandemi COVID-19 dapat dijadikan sebagai momentum untuk meninggalkan pola hidup lama menjadi gaya hidup baru yang lebih sehat walaupun nanti vaksin definitif COVID-19 telah ditemukan.
“Vaksin hanya melindungi kita dari kemungkinan sakit, tetapi tidak melindungi kita dari kemungkinan terpapar virus. Yang melindungi dari paparan adalah masker,” ucapnya.
Di Indonesia, untuk menciptakan kekebalan komunitas setidaknya vaksinasi harus dilakukan kepada 165 juta orang. Vaksinasi dilakukan sebanyak dua kali kepada setiap orang sehingga dibutuhkan 330 juta vaksin.
Menurut Yurianto, tidak mungkin produsen vaksin dapat memproduksi vaksin dengan jumlah besar dalam satu waktu mengingat semua negara juga membutuhkannya. Oleh karena itu produksi vaksin akan dilakukan secara bertahap.
“Tidak bisa dipenuhi semua, namun perlahan karena yang butuh vaksin semua negara. Dari 330 juta itu baru bisa tercapai seluruhnya sekitar Januari 2022,” tutur Yuri.
Dia menerangkan hingga kini belum diketahui secara pasti berapa lama kekebalan tubuh terhadap COVID-19 bisa terbentuk, namun para ahli memperkirakan kekebalan akan didapatkan dalam enam sampai 24 bulan pascavaksinasi.
Cara Pakai Masker yang Benar
Satuan Tugas Penanganan COVID-19 mengimbau masyarakat agar memakai masker dengan cara yang tepat agar fungsinya efektif, sebagai berikut:
- Sebelum memasang masker, cuci tangan pakai sabun dan air mengalir (minimal 20 detik) atau bila tidak tersedia, gunakan cairan pembersih tangan (minimal alkohol 60 persen).
- Pasang masker untuk menutupi mulut dan hidung dan pastikan tidak ada sela antara wajah dan masker. - Hindari menyentuh masker saat digunakan; bila tersentuh, cuci tangan pakai sabun dan air mengalir minimal 20 detik atau bila tidak ada, cairan pembersih tangan (minimal alkohol 60 persen).
- Ganti masker yang basah atau lembab dengan masker baru. Masker medis hanya boleh digunakan satu kali saja. - Masker kain dapat digunakan berulang kali.
- Untuk membuka masker: lepaskan dari belakang. Jangan sentuh bagian depan masker; Untuk masker 1x pakai, buang segera di tempat sampah tertutup atau kantong plastik. Untuk masker kain, segera cuci dengan deterjen. Untuk memasang masker baru, ikuti poin pertama.
- Menurut Dokter Spesialis Paru di Rumah Sakit Akademik UGM Yogyakarta, dr. Siswanto, saat menggunakan masker pastikan agar menutup hidung dan mulut. Serta pastikan masker terpasang secara benar atau tidak ada celah serta tak longgar saat digunakan.
--------------------
Artikel ini terbit atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB).
Editor: Agung DH