Menuju konten utama

Kemenkes: Kasus Antraks di Gunungkidul Sudah Bisa Ditetapkan KLB

Hingga saat ini sudah ada tiga kasus kematian terkait antraks di Gunungkidul. 

Kemenkes: Kasus Antraks di Gunungkidul Sudah Bisa Ditetapkan KLB
Seorang warga menunjukkan penyakit di tangannya yang diduga antraks di Desa Toto Utara, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Jumat (24/11/2017). ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin

tirto.id - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Imran Pambudi, menyatakan bahwa merebaknya kasus antraks di Gunungkidul, Yogyakarta, harusnya sudah memenuhi penetapan status kejadian luar biasa (KLB).

“Terkait dengan KLB, jadi ini kalau secara definisi sepertinya sudah bisa disampaikan ya, karena ada kematian,” kata Imran dalam konferensi pers secara daring, Kamis (6/7/2023).

Imran menyampaikan, hingga saat ini sudah ada tiga kasus kematian terkait antraks di Gunungkidul.

“Tapi kembali lagi ini adalah kewenangan daerah untuk bisa nyatakan KLB atau bukan,” sambung Imran.

Satu orang dinyatakan suspek karena sudah ada hasil dari pemeriksaan lab. Dua lainnya belum sempat dilakukan pemeriksaan lab karena langsung meninggal.

“Kita lakukan investigasi gejala ada dan mereka (dua korban lain) punya riwayat dengan sapi yang mati karena antraks tadi,” ucap Imran.

Adapun menurut pemaparan Imran, antraks di Gunungkidul baru-baru ini dipicu karena ada hewan ternak mati yang disembelih dan dibagikan dagingnya kepada warga.

Ia juga menjelaskan, bakteri penyebab antraks bisa berubah menjadi spora dan bertahan di tanah selama puluhan tahun. Antraks sendiri dibagi menjadi empat tipe saat menjangkit manusia, yakni antraks kulit, antraks di saluran pencernaan, antraks di paru-paru dan antraks akibat injeksi narkotika.

“Yang paling bahaya adalah antraks tipe paru-paru dengan case fatality rate capai 80 persen,” jelas Imran.

Antraks di dalam paru-paru yang telah menjadi spora bisa menyebar hingga menyerang bagian otak. Imran menjelaskan itulah mengapa ada yang mengalami meningitis akibat kondisi antraks.

“Sehingga ini yang membuat penderita tadi itu cepat meninggal karena dia masuk ke paru-paru dan beberapa kali yang mungkin terjadi adalah karena langsung di paru, maka dia bisa juga masuk ke paru-paru kemudian sporanya penyakit itu masuk ke otak,” tutur Imran.

Imran juga menyoroti pelayanan fasilitas kesehatan di Gunungkidul yang harus sigap dalam penanganan antraks. Sebab, wilayah Gunungkidul merupakan endemis antraks sehingga kasus pada manusia bisa terjadi kembali.

“Puskesmas dan rumah sakit itu memang perlu kita dengan kemampuan-kemampuan bahwa penyakit antraks, gejala antraks itu seperti apa. Karena penyakitnya ini juga musiman, makanya perlu kita ulang-ulang kembali. Apalagi selama 2 tahun itu mereka terfokus ke COVID terkadang juga susah,” ujar Imran.

Baca juga artikel terkait KASUS ANTRAKS atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Restu Diantina Putri