tirto.id - Pemerintah sedang berbenah menyiapkan Jakarta International Stadium (JIS) untuk gelaran FIFA World Cup U-17 yang akan dihelat pada 10 November - 2 Desember 2023. Dalam proses pembenahan, sejumlah ahli dalam tata ruang stadion sepak bola dihadirkan. Setelah sejumlah kunjungan dan pengamatan, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan PSSI sepakat melakukan renovasi.
Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono memperkirakan perbaikan rumput satu lapangan utama JIS menghabiskan biaya sekitar Rp6 miliar. Biaya tersebut akan dianggarkan Kementerian PUPR berbarengan dengan biaya pembangunan akses jembatan penyeberangan orang (JPO) dari Ancol. Semuanya ditargetkan akan selesai dalam jangka tiga bulan sebelum kemudian diinspeksi kembali oleh FIFA.
Juru Bicara Kementerian PUPR, Endra S Atmawidjaja menjelaskan, ada sejumlah renovasi dari hasil evaluasi pihak mereka ke JIS. Di antaranya akses, parkir dan termasuk beberapa hal di luar stadion seperti stasiun atau terminal sementara untuk kereta api, ramp tol, dan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) dari Ancol. Kemudian perbaikan rumput stadion juga menjadi perhatian utama.
Hal tersebut yang saat ini dipergunjingkan banyak orang, karena dinilai politis. Namun Endra menepis hal itu. Menurut dia, keputusan renovasi bukan hanya dilakukan oleh pemerintah, tapi melibatkan pihak luar dan paling utama adalah persetujuan dari FIFA.
“Kita akan memenuhi standar dari FIFA yang seperti kemarin kita lakukan untuk Piala Dunia U-20. Kita hanya menawarkan stadion-stadion dan nantinya stadion mana yang dipilih oleh FIFA, hanya FIFA yang menentukan. Kita akan upayakan JIS dalam tiga bulan ini untuk sama standarnya dengan stadion-stadion yang akan kita usulkan kepada FIFA,” kata dia seperti dikutip Antara.
Sejumlah protes dilayangkan oleh pendukung Anies Baswedan. Mereka menilai apa yang dilakukan pemerintah seperti sedang mencari cacat masa lalu bakal capres dari Koalisi Perubahan itu. Sehingga seakan membuat nama Anies menjadi buruk di mata masyarakat.
Deputi Bidang Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat, Kamhar Lakumani menilai, wacana renovasi itu menjadi sangat wajar jika dinilai politis untuk men-downgrade Anies. Namun, kata dia, publik sudah bisa mengakses informasi dengan baik.
“Publik kemudian membaca polemik ini by desain untuk mendapatkan kredit poin politik bagi figur tertentu," ucap Kamhar.
Bahkan Kamhar mengklaim bahwa JIS adalah warisan kepemimpinan Anies selama menjadi gubernur di DKI Jakarta. Ia seakan melupakan jasa Gubernur Fauzi Bowo, Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama. Terkait asal mula proyek JIS, baca lengkapnya dalam artikel Tirto ini.
“Semua pihak sudah mengetahui bahwa itu legacy Mas Anies, stadion kelas dunia yang telah mendapatkan pengakuan dan memenuhi standarisasi FIFA, sekalipun saat ini pemerintah sedang mempolemikkan dan mencoba menyesatkan serta menggiring opini publik seakan-akan JIS tak memenuhi standarisasi FIFA," tegasnya.
Terkait ini, Ketua Umum PSSI, Erick Thohir meminta rencana renovasi JIS tidak dijadikan polemik. Menurutnya, renovasi stadion yang berada di kawasan Sunter, Jakarta Utara itu dilakukan untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan FIFA.
“Ini yang saya rasa, mungkin polemik yang belakangan terjadi itu bukan polemik yang kita harapkan. Tetapi kita hadir ke sini sama-sama untuk membangun yang namanya stadium sesuai standar yang diinginkan sesuai (Piala Dunia) U-17,” ucap Erick.
Erick menegaskan, polemik tersebut harus dihentikan karena FIFA sendiri yang akan menentukan standar kelayakan stadion.
“Nomor satu, standar FIFA itu yang menentukan FIFA. Bukan PSSI, bukan siapapun yang di sini. Kita hanya memperbaiki meningkatkan semua yang bisa sesuai dengan standar FIFA. Karena itu, ini merupakan bagian dari yang dilakukan pemerintah, khususnya Menteri PUPR sesuai dengan tugas dari Bapak Presiden [Joko Widodo],” jelasnya.
Meski Erick telah meminta agar renovasi JIS tak ditarik le ranah politik dan menimbulkan polemik, namun sejumlah pihak tetap mengkritik Erick. Sebab, Erick dianggap lalai dengan pekerjaannya di Kementerian BUMN dan hanya terlalu fokus pada tugasnya di PSSI.
Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PKS, Mulyanto menyebut, Erick tidak bisa membagi prioritas pekerjaannya. Menurutnya, soal JIS diserahkan kepada lembaga pemerintahan lain dan Erick fokus pada tugas di kementerian lainnya.
“Apalagi sekedar mengurus perbaikan stadion sepak bola yang sebenarnya tidak perlu renovasi apa-apa. Erick Thohir harus bisa membedakan mana tugas utama dan mana tugas sampingan,” kata dia.
Renovasi JIS Tak Layak Jadi Komoditas dan Perdebatan Politik
Polemik terkait JIS bukan yang pertama kali terjadi saat akan renovasi baru-baru ini. Namun sudah dimulai sejak sebelum JIS diresmikan. Saat itu sempat terjadi adu klaim antara anggota DPRD DKI dari Fraksi PDIP, Gilbert Simanjuntak yang menyebut Anies hanya tukang gunting pita peresmian JIS. Bahkan Gilbert mengklaim Jokowi dan Ahok paling berjasa terhadap JIS.
“Pengadaan lahan terjadi di era Gubernur Jokowi dan Ahok sebagai ganti stadion Lebak Bulus. Belum sempat dibangun [Ahok] karena kalah dalam Pilkada DKI 2017, jadinya diteruskan Gubernur Anies,” kata Gilbert.
Pernyataan Gilbert kemudian dibantah oleh Wakil Ketua DPRD dari Fraksi Partai Gerindra, Muhamad Taufik [saat ini sudah meninggal]. Dia menjelaskan sejarah singkat didirikannya JIS yang awalnya sudah direncanakan sejak era Gubernur DKI Sutiyoso. Taufik yang saat itu juga menjadi petinggi klub sepak bola Persitara Jakarta Utara mengusulkan ke Sutiyoso untuk membangun stadion.
“Waktu itu saya bilang ke Sutiyoso. Pak, Jakarta itu tidak punya stadion. Gelora Bung Karno bukan punya kita (Pemprov DKI). Akhirnya ketemulah tanah BMW (lokasi JIS sekarang)” kata Taufik.
Terlepas dari perdebatan politis antara kubu pendukung atau penolak renovasi JIS, Reporter Tirto mewawancarai Head of Infrastructure, Safety and Security PSSI, Nugroho Setiawan. Dia adalah pemilik lisensi FIFA di bidang keselamatan dan keamanan.
Nugroho menjelaskan bahwa JIS memang perlu dilakukan pembenahan. Namun dia menolak menyebut bahwa JIS perlu renovasi dan cukup dengan penyempurnaan. Sehingga dengan istilah penyempurnaan bukan hanya dilakukan kepada JIS semata, tapi juga stadion lainnya termasuk Gelora Bung Karno.
“Adapun yang tepat itu penyempurnaan, meskipun saya yakin yang menyebut istilah renovasi juga tidak memiliki tendensi politik tertentu," kata Nugroho.
Nugroho menyebut pihak-pihak yang memberi rekomendasi agar JIS dibenahi adalah orang-orang yang berpengalaman dalam penyelenggaraan pertandingan sesuai standar FIFA. Oleh karenanya, dia menjamin akan objektivitas tanpa ada tendensi untuk berpihak pada golongan tertentu.
"Teman-teman dari local expert FIFA sudah memiliki checklist yang sangat objektif. Kita ingin mencari jalan keluar supaya JIS ini bisa digunakan," ungkapnya.
Dia juga meminta para pendukung Anies berbesar hati bila JIS saat ini harus diutak-atik atau dibenahi. Karena sejatinya, JIS pada awal mula pembangunan peruntukannya bukan hanya untuk pertandingan sepak bola saja. Sehingga saat harus menghadapi acara internasional sekelas Piala Dunia U-17, ada sejumlah pembenahan yang harus dilakukan agar acara bisa dilaksanakan.
"Mis-management saat pembangunan awal mungkin ada, bukan karena disengaja, tetapi karena kondisi lapangan, kondisi lokasi yang sempit. Kalau ukuran JIS diperkecil mungkin bisa sesuai dan ideal dengan sudut paparan matahari yang tepat. Tapi dalam proses perencanaan ada kepentingan dari pemilik stadion, kalau hanya digunakan sepak bola saja secara utility di Indonesia belum masuk. Jadi stadion ini didesain untuk multi event, sehingga fasilitasnya cukup menyulitkan seperti akses pemain," ungkapnya.
Dia juga mendukung apabila pintu masuk bus JIS saat ini harus dibenahi. Dia berkaca pada pelaksanaan pertandingan yang pernah dilaksanakan di JIS yang tak muat untuk dimasuki bus. Hanya bus ukuran kecil yang bisa masuk, sehingga perlu ada upaya pelebaran pintu. Padahal setiap tim pemain membutuhkan bus minimal 48 seat di setiap pertandingan.
“Tim pemain membutuhkan bus minimal 48 seat agar mereka tak terpisahkan. Karena perlu diketahui, setiap sebelum bertanding, pelatih selalu ingin bisa melihat anak didiknya dan mengawasi mereka dengan mata kepala mereka sendiri," tegasnya.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno dalam analisanya menyebut, isu JIS bukan suatu isu yang laku untuk menjadi bahan kampanye kelompok tertentu. Baik pro maupun kontra terhadap renovasi atau pembenahan stadion sepak bola itu.
Dia meminta kepada bakal capres maupun cawapres beserta pendukungnya untuk fokus mendekati masyarakat. Menurutnya, masyarakat saat ini menyukai pemimpin yang mudah dekat kepada rakyat. Bukan berpolemik atau banyak berdebat di ruang terbuka.
"Jualan JIS itu tidak laku di pilpres. Yang laku untuk pilpres adalah turun langsung bertemu rakyat. Bertemu masyarakat, door to door, berdialog dengan mereka. Kalau hanya sebatas jualan JIS itu sudah tidak laku di masyarakat. Karena masyarakat suka dengan karakter pemimpin yang dekat, bisa diajak selfie dan hentikan kegaduhan yang tidak produktif ini," kata Adi.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Abdul Aziz