Menuju konten utama

Kebijakan Energi Prabowo dan Jokowi Dinilai Sarat Kepentingan Modal

Masyarakat Indonesia akan mengalami tekanan bila pemerintah memaksakan pola penanaman monokultur untuk kepentingan biofuel.

Kebijakan Energi Prabowo dan Jokowi Dinilai Sarat Kepentingan Modal
Aktivis yang tergabung dalam Koalisi Bersihkan Indonesia melakukan unjukrasa "Bersihkan Politik Indonesia dari Batu Bara" di depan Gedung Bawaslu, Jakarta, Selasa (15/1/2019). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/wsj.

tirto.id - Pendiri Watchdoc, Dandhy Dwi Laksono meminta kedua pasangan capres-cawapres Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga memikirkan ulang kebijakan energi mereka. Sebab, menurut dia, kedua kandidat masih bergantung pada penggunaan energi seperti batu bara dan kelapa sawit (biofuel) yang tidak ramah lingkungan.

Dandhy menjelaskan, penggunaan energi yang berasal dari industri ekstraktif juga telah berlangsung sejak Orde Baru karena mudahnya mengumpulkan uang dari industri itu. Baik bagi pelaku usaha, maupun sebagai pemasukan negara.

“Inilah sumber dana mudah dari industri ekstraktif. Dalam konteks oligarki, ini sumber pundi-pundi politik,” ucap Dandhy dalam diskusi bertajuk “Menuju Debat2, Siapa Makin Kinclong?” di Ajag Ijig pada Rabu (13/2).

Dandhy juga menyoroti rencana penggunaan biofuel yang diklaim tidak lagi bersumber dari sawit seperti singkong dan berbagai macam tanaman lainnya. Ia justru semakin khawatir karena Indonesia dicanangkan sebagai salah satu produsen biofuel terbesar di dunia.

Kendati maksudnya untuk mengurangi ketergantungan pada BBM fosil, namun kata Dhandy, terdapat degradasi lingkungan yang harus ditanggung oleh generasi selanjutnya. Selain itu, masyarakat Indonesia juga akan mengalami tekanan bila pemerintah memaksakan pola penanaman monokultur untuk kepentingan biofuel.

Dandhy juga mencontohkan Brazil dan negara-negara di Eropa yang sudah belajar dari kegagalan penggunaan biofeul atau green oil yang berasal dari tanaman. “Mengatasi energi fosil dengan biofuel itu fatal. Negara-negara dunia sudah belajar dan sadar kalau biofuel itu sama jahatnya dengan fosil fuel,” ucap Dandhy.

“Gagasan besar ini tidak saya temukan. Masih sama-sama developmentalisme. Ini malah tentang bagaimana menjadi kapitalis,” tambah Dandhy.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Politik
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Alexander Haryanto