tirto.id - Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menyebut, generasi milenial memiliki pandangan tentang politik yang berbeda dari kelompok pemilih lainnya.
Dia berpendapat para kandidat di Pemilu 2019, baik caleg maupun capres-cawapres, tidak mudah merebut simpati kelompok pemilih dari generasi milenial.
Siti berkata, generasi milenial merupakan kelompok pemilih yang lebih rasional dan menyukai figur cerdas. Ia mengaku melihat fenomena ini dari pengalaman anak-anaknya sejak Pilkada DKI Jakarta 2012.
"Saya ingat pilkada DKI 2012, karena di sana ada Pak Foke [Fauzi Bowo] dan yang lain, tapi pasangan Jokowi-Ahok termasuk fenomena, dan anak saya termasuk menyukai," kata Siti di kawasan Menteng, Jakarta, pada Rabu (29/8/2018).
Menurut Siti, generasi milenial tidak bisa didikte dalam hal pilihan politiknya. Mereka juga memiliki pandangan bahwa pemimpin ideal adalah figur yang bisa meyakinkan dan mensugesti dengan baik.
"Tapi yang paling mereka benci adalah korupsi. Jadi anak muda suka pemimpin yang lugas, tegas, tapi friendly," ujar Siti.
Penilaian itu disampaikan Siti menanggapi catatan hasil survei PolMark Indonesia. Lembaga itu telah mengeluarkan catatan-catatan atas sejumlah survei yang pernah dilakukan sepanjang 2016-2018.
Pada salah satu catatannya, PolMark Indonesia menyimpulkan banyak pemilih yang saat ini tergantung dengan media elektronik dan media sosial dalam pembentukan opini. PolMark juga mencatat besarnya jumlah potensi pemilih dari kalangan generasi milenial, yakni yang berusia 19-35 tahun, di pemilu 2019.
"Generasi millenial dan Z bisa disebut sebagai generasi digital pasca-internet. Mereka hidup dalam dunia sekaligus: Dunia nyata dan maya [...] Mereka memandang dirinya otonom dan menentukan. Mobilisasi tidak akan bisa menggerakkan mereka. Mereka hanya merasa bisa digerakkan diri sendiri," tulis PolMark dalam keterangan resminya.
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Addi M Idhom