Menuju konten utama
Kapal Pengangkut 1 Ton Sabu

Kapal Wanderlust Bagian dari Jaringan Narkoba Internasional

Kepolisian berusaha untuk membongkar jaringan peredaran narkoba sindikat internasional dari penangkapan Kapal Wanderlust yang membawa 1 ton sabu-sabu.

Kapal Wanderlust Bagian dari Jaringan Narkoba Internasional
Petugas Kepolisian menggelar barang bukti narkotika jenis sabu dan tesangka kasus satu ton narkoba di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (20/7). ANTARA FOTO/Galih Pradipta.

tirto.id - Polisi berhasil mengamankan kapal Wanderlust, kapal pengangkut narkoba jenis sabu-sabu sebanyak 1 ton yang berhasil diamankan di Anyer, Banten, Kamis (13/7/2017) dini hari.

Saat ini, polisi masih berusaha untuk mendalami rute perjalanan kapal berbendera Sierra Lionne itu. Mereka pun berusaha untuk membongkar jaringan peredaran narkoba sindikat internasional, apalagi kapal tersebut sudah menjadi buronan negara lain.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menerangkan kapal Wanderlust merupakan kapal buruan di empat negara. Bea Cukai pun langsung mengerahkan tim untuk mengejar kapal Wanderlust dan berhasil menangkap satuan tersebut. Pengejaran dilakukan setelah seluruh satuan mendapat instruksi dari Presiden Jokowi.

"Kapal Wanderlust telah menjadi target operasi di 4 negara selama 2 bulan. Presiden Jokowi telah menginstruksikan kepada seluruh aparat, instansi yang memiliki kewenangan untuk bisa bekerjasama dan kita alhamdulillah pada akhirnya bisa menangkap kapal ini di perairan Indonesia dan juga menangkap barang bawaannya," kata Sri Mulyani di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (20/7/2017).

Deputi Pemberantasan BNN Irjen Arman Depari mengaku belum mengetahui detail empat negara yang menjadikan kapal Wanderlust sebagai DPO. Namun, ia mengaku sejumlah negara telah mendapati informasi bahwa ada pengiriman narkoba.

"Yang jelas negara-negara yang dilintasi ini memang sudah diinformasikan bahwa akan ada pengangkutan narkoba," kata Arman di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (20/7/2017).

Ia mengatakan ada 5 negara yang sudah diinformasikan akan dilintasi Wanderlust. Kelima negara ini adalah Thailand, Singapura, Malaysia, Indonesia, dan Myanmar. Sepengetahuan Arman, kapal tersebut memang bergerak terus.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, sumber sabu-sabu 1 ton ini tidak berasal dari segitiga emas ASEAN, yakni Burma, utara Laos dan bagian utara Thailand. Kini, barang-barang haram mulai diproduksi di Sungai Mekong.

"Sekarang bergeser ke Sungai Mekong, di sana lah sindikat ini bekerja. Termasuk ini pun diambil dari Myanmar, Laos dan Thailand," kata Arman.

Arman memastikan BNN akan mendalami jaringan peredaran narkoba 1 ton tersebut. Ia memastikan, sindikat pengedar narkoba ini akan ditindak oleh BNN.

"Semua sindikat ini akan kita telusuri sejauh mereka masih beroperasi, itu adalah kewajiban kita, sampai tuntas sampai habis," kata Arman.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan polisi terus memeriksa keadaan kapal Wanderlust. Mereka tengah memeriksa GPS guna mengetahui posisi kapal masuk dan keluar serta rute pengiriman barang haram tersebut.

"Kapal juga masih diperiksa karena pengakuan mereka belum tentu sama dengan posisi GPS dan lain-lain posisi dia masuk, saat ini sedang diperiksa," kata Tito di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (20/7/2017).

Sampai saat ini, berdasarkan pemeriksaan, kapal Wanderlust ini bergerak dari Taiwan ke Indonesia lewat Laut Cina Selatan. Kemudian mereka melintas di Johor, masuk Selat Malaka mengambil barang di perairan Myanmar.

"Setelah itu menyusuri pantai barat sehingga masuk Selat Sunda Anyer. Di situ setelah droping dilaksanakan kemudian kapal ini bergerak lagi ke Laut Jawa, Selat Karimata dan kemudian ke lewat Batam," kata Tito.

Kini, Tito mengaku Polri masih memeriksa terus kapal tersebut untuk mencari bukti-bukti yang tersisa. Mantan Kapolda Metro Jaya ini mengatakan, mereka juga mencari kemungkinan ada barang haram lain di luar narkoba. Pihak kepolisian pun juga berusaha mencari tahu berapa kali kapal Wanderlust mengirimkan barang ke Indonesia.

Direktur Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Pol Nico Afinta mengatakan, mereka tengah mendalami asal-muasal kapal Sierra Leone. Berdasarkan keterangan pemeriksaan, para pelaku mengaku disuruh seseorang.

"Kami mendapatkan keterangan dari tersangka awak kapal, mereka mengatakan mereka disuruh oleh seseorang yang masih kami dalami, membawa kapal tersebut, melalui jalur yang ditentukan, menerima barang [sabu] lalu mengantar ke Serang. Apakah ada orang yang siapa yang lainnya akan kami dalami," kata Nico di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (20/7/2017).

Kepolisian, dikatakan Nico, masih melakukan pemetaan peredaran narkoba 1 ton. Ia mengatakan pengungkapan jaringan ini cukup sulit lantaran pengedar, pengirim, dan penerima tidak saling kenal, apalagi proses pengungkapan sendiri sudah memakan waktu 1,5 bulan.

"Jadi antara awak kapal, penerima di Serang dan yang akan menerima di Jakarta yang mengendalikan di luar negeri. Masing-masing pun tidak mengenal. Ini sel terputus, tapi dikendalikan dari luar," kata Nico di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis.

Nico mengatakan para tersangka yang ditangkap di Serang tidak mengetahui kepada siapa barang tersebut akan dikirim. Pihak berwajib pun terus berupaya mengungkap aliran barang dan modal untuk pengiriman. Mereka memilih langsung untuk menggerebek saat barang bersandar karena khawatir hilang. Akan tetapi, kepolisian akan berupaya tetap mengungkap dengan menggunakan kerja sama internasional.

Peningkatan Pengawasan Laut

Dirjen Bea Cukai Heru Pambudi mengatakan, pengungkapan 1 ton narkoba ini membuat pihak bea cukai meningkatkan sinergi dan pengawasan masuknya barang ke Indonesia. Heru mengatakan, pihak Bea Cukai tengah melakukan operasi besar untuk mencegah masuknya barang ilegal lewat laut.

"Jadi kita gelar operasi dua sekarang. Yang di sektor barat itu gelar operasi Sriwijaya namanya, yang untuk operasi timur kita gelar sandi Wallacea. Kita lakukan secara berkesinambungan," kata Heru di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (20/7/2017).

Mereka melakukan operasi di tempat-tempat yang diduga sebagai pelabuhan tikus. Ia mengatakan, daerah operasi sektor barat berada di sekitar Selat Malaka dan pantai timurnya sementara Sektor timur berada di dekat Filipina, yakni antara Selat Karimata sampai sebelah timur Bitung.

"Itulah kenapa pangkalan Bea Cukai ada 2, satu di Tanjung Balai Karimun di Sektor Barat, satu lagi di Sektor timur," kata Heru.

Heru mengatakan, sekitar 189 kapal milik Bea Cukai disediakan untuk mengamankan jalur laut. Tidak lupa, mereka juga mengajak Bakamla, TNI AL, dan Polair. Mereka berupaya untuk bersinergi dengan instansi tersebut untuk mempermudah pengawasan di berbagai penjuru Indonesia.

"Kita sekarang ada 18ribu km garis pantai, pelabuhan banyak, kemudian persebaran juga luas. Tapi jangan lupa kita juga ada TNI AL, Bakamla, Polair, Bea Cukai. Nah ini yang sekarang kita lakukan sinergi bersama dan ini contoh yang bagus, kita lakukan secara bersama-bersama," kata Heru.

Di saat yang sama, Sri Mulyani meminta kepada seluruh nelayan untuk ikut berperan aktif dalam memberantas pengiriman barang ilegal. Ia menghimbau agar para nelayan untuk melaporkan adanya kegiatan kapal yang mencurigakan seperti pertemuan antar-kapal maupun angkut-muat barang di lingkungan perairan Indonesia.

"Jadi kalau nelayan kita memang mengetahui dan melihat adanya kegiatan-kegiatan yang mencurigakan untuk bisa menyampaikan kepada aparat yang berwajib. Apakah itu bea cukai, BNN, maupun Polri, TNI," kata Sri.

Sebelumnya, polisi berhasil mengamankan 1 ton sabu di Anyer, Serang, Banten. Polisi menangkap 4 orang tersangka dalam operasi tersebut. Keempat orang tersebut merupakan WNA Taiwan yakni LMH, CWC, LGY, dan HYL. LMH meninggal lantaran berusaha melakukan perlawanan saat penangkapan.

Selain menangkap keempat WNA, polisi juga mengamankan kapal yang diduga mengangkut narkoba tersebut. Polisi mengamankan 5 orang ABK dan menahan 1 kapal bernama Wanderlust. Kapal tersebut kini masih diperiksa kepolisian untuk pendalaman lebih lanjut.

Baca juga artikel terkait PEMBERANTASAN NARKOBA atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Hukum
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri & Maulida Sri Handayani