tirto.id - Wakil Presiden HM Jusuf Kalla mengatakan pemerintah bersikap tegas dalam penanganan penyanderaan Anak Buah Kapal (ABK) Indonesia di wilayah Perairan Filipina.
"Masalah sandera itu masih dalam proses, terhadap Pemerintah Filipina, kita tetap tegas dalam hal ini," kata Wapres usai berbuka puasa bersama tokoh MUI, ormas Islam dan ICMI di Istana Wapres di Jakarta, Selasa.
Karena saat ini pembebasannya masih terus diupayakan dan dalam proses maka tidak banyak yang bisa disampaikan Wapres.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi menyampaikan pihaknya telah mendapat kabar bahwa tujuh ABK Indonesia yang disandera oleh kelompok bersenjata di wilayah perairan Filipina selatan masih dalam keadaan baik.
"Sejak pernyataan terakhir pada Jumat 24 Juni lalu, komunikasi dan koordinasi terus dilakukan secara intensif dengan berbagai pihak di Indonesia maupun di Filipina. Dari hasil komunikasi dan koordinasi diperoleh informasi bahwa tujuh ABK WNI dalam keadaan baik," kata Menlu Retno di Kementerian Luar Negeri di Jakarta, Selasa.
Menlu RI menjelaskan, ketujuh ABK sebelumnya dikabarkan disandera oleh dua kelompok yang berbeda, namun berdasarkan perkembangan informasi, saat ini para sandera ABK sudah berada di dalam satu kelompok.
"Namun, mereka (para ABK yang disandera) terkadang dipindahkan dan dipecah dalam dua kelompok. Kelompok penyandera masih terus berpindah dan diperkirakan masih di sekitar Pulau Jolo," ungkap dia.
Pada kesempatan itu, Menlu RI juga menyebutkan bahwa pada Sabtu (25/6) kapal tugboat Charles telah tiba di pelabuhan Semayang, Balikpapan bersama enam ABK yang dilepas oleh kelompok bersenjata di Filipina selatan.
Menlu RI kembali menegaskan bahwa Pemerintah Indonesia akan melakukan semua cara yang memungkinkan untuk membebaskan para ABK yang disandera tersebut melalui kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah Filipina.
Sebelumnya, tujuh anak buah kapal (ABK) Indonesia disandera oleh kelompok bersenjata di Filipina Selatan pada 20 Juni 2016.
Menlu RI menyebutkan bahwa penyanderaan tehadap tujuh ABK Indonesia itu terjadi di Laut Sulu dalam dua tahap, yaitu pada 20 Juni sekitar pukul 11.30 waktu setempat dan sekitar 12.45 waktu setempat oleh dua kelompok bersenjata yang berbeda.
Penulis: Rima Suliastini
Editor: Rima Suliastini