tirto.id - Rambut memutih. Kulit keriput. Pendengaran agak menurun. Namun, perawakan kurus setinggi satu setengah meter ini masih mampu berjalan tegak. Mulutnya terus-menerus mengisap rokok kretek dan logat Betawinya kental.
Ia adalah Muhammad Yusuf Muhi alias Ucu Kambing, salah seorang jawara yang paling disegani di Tenabang. Sematan mentereng lain: Panglima perang Betawi. Namanya beken setelah memukul mundur kelompok Hercules yang pernah menguasai wilayah hitam Tanah Abang. Namun, Ucu ogah disebut preman. Ia mendaku "tokoh Tanah Abang."
Ucu memperlihatkan tato “Kill of Tanah Abang” di dada kanan kepada saya, "Bukan sembarangan ini." Ia juga menunjukkan golok yang diklaimnya pemberian dari Ryamizard Ryacudu, seorang pensiunan jenderal yang saat ini menjabat menteri pertahanan pemerintahan Joko Widodo.
Pada 2013, Ucu berperan sebagai pendamai perseteruan Ahok dan pedagang kaki lima di Tanah Abang. Berkat jasa Ucu, para pedagang mau menempati relokasi yang disediakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pemerintahan Jakarta berganti, dengan sebuah pertarungan paling sengit dalam sejarah kampanye politik di negeri ini. Jasa Ucu tetap dipakai. Awal November kemarin, ia datang ke Balai Kota Jakarta atas undangan Sandiaga Uno yang sudah keseleo lidah, beberapa hari sebelumnya, dengan menyebut akan merangkul "preman" untuk menata kawasan Tanah Abang.
Berikut petikan wawancara dengan Ucu Kambing di rumahnya, di sebuah desa kecil di kaki Gunung Salak, Kamis siang pekan lalu, mengenai kiprahnya di Pasar Tanah Abang.
Bagaimana cerita awalnya Anda diminta bertemu Sandiaga Uno?
Ada saudara saya, bekas camat Pasar Minggu, datang ke sini. Emang sudah lama (dia) enggak ketemu sama abangnya.
Dia bilang, "Bang, ane sama Sandi ngobrol-ngobrol, katanya dia pusing soal Tanah Abang."
"Ada abang saya biasa bantuin pemerintah DKI," kata saudara Abang ke Sandi. Sandi terus minta ketemu sama Abang.
Jadi, bukan Abang yang datang ke sana—salah itu. Kedatangan saudara Abang itu minta Abang untuk ketemu, diundang Sandi. Sandi yang minta. Bukan Abang yang minta ketemu.
Apa yang diperbincangkan dengan Sandiaga?
Beliau mau menata Tanah Abang. Biar bagaimanapun, gubernur sama wakil gubernur yang lalu dengan sekarang lain lain.
Abang yakin, kalau PKL membela anak dan istri, untuk mencari nafkah. Toh, mana mungkin dia berani dagang di trotoar yang dilarang kalau tidak ada Satpol PP. Masak PKL berani sama aparat?
Nah, yang mengasih PKL dagang, itu jelas preman. Tapi kalau untuk menata, tidak ada preman. Kalau memang dia preman, Abang bacok. Abang bacok. Dan apabila preman ini sadar atau ingin bantu pemerintah, bantu masyarakat untuk jangan dagang di pinggir jalan—tidak jadi masalah.
Kalau camat mengatakan ada preman, maksud lu apa ada preman? Kalau memang ada preman, lu sebagai pejabat, sebagai pimpinan wilayah Tanah Abang, basmi, dong! Kalau ada yang menata, warga Tanah Abang mau bantu pemerintah, dukung, dong. Lu juga enggak capek-capek. Jangan bicara sembarangan, dong. Kalau ada, tangkep, dong.
Jangan main ucap ada preman. Buktinya mana?
Tanah Abang tidak ada preman. Ngomong lagi deh Tanah Abang ada preman, gue babat abis, deh.
Jadi, Sandiaga meminta pendapat Anda buat menata Tanah Abang?
Memang dari dulu, apabila Pemerintah DKI minta, kami bantu. Dan, jangan kayak tahun-tahun lalu, setelah rapi ditata, lupa dengan Bang Ucu. Apalagi ada bonusnya, menjaga, mentata Pasar Tanah Abang. Beres. Dan anak-anak wilayah digunakan untuk membantu aparat setempat.
Saat ini siapa sih yang menguasai Tanah Abang?
Anak wilayah, dong. Yang tahu siang dan malam, per wilayah. Maka kita mau berdayakan anak Jati Baru, anak Jati Bunder, anak Kebon Kacang, anak Gang Tike, anak Gang Mess. Pokoknya, semua yang ada di Bundaran nanti diberdayakan. Supaya tidak ada kecemburuan.
Kabarnya ada yang menguasai keamanan di Blok G?
Kurang tahu kalau itu. Setelah kami perjuangin, setelah kami amankan Tanah Abang, PKL kami selesaikan. Dulu ente jalan saja enggak bisa dari lampu merah sampai stasiun kereta. Dulu kantor kecamatan dibakar, belum meminta bantuan ke Bang Ucu. Setelah Sutiyoso lewat Muhayat (Wali Kota Jakarta Pusat) minta ke sini, anak-anak yang ngangkutin sendiri.
"Lu pilih nih: golok gue apa kios?"
"Kios dong, Bang," kata si pedagang.
"Gue minta malam takbiran bere. Pada setuju!"
"Mereka angkut sendiri."
Sekarang sudah enggak banyak PKL?
Sedikit. Waktu dulu perjuangan Abang, masih Haryanto Bajuri (mantan Kepala Satpol PP) dan Muhayat, beres semua. Tidak dapat apa-apa Abang. Enggak dapat pesangon. Yang penting Tanah Abang tertib dan tertata, kami udah bangga. Siapa yang bakal jadi kebanggaan? Ya, Abang. Kalau enggak bisa dibina, siapa yang malu? Ya Abang, dong. Abang sebagai Panglima Perang Betawi.
Dengar-dengar Anda dapat pengelolaan keamanan di Blok F?
Sampai sekarang. Itu keponakan semua yang jadi sekuriti. Kenapa? Waktu itu Muhayat sama Prabowo Sunirman (Dirut PD Pasar Jaya) minta ke sini. Enggak pernah Abang minta-minta.
Bagaimana dengan Haji Lulung?
Die yang didik, yang tuntun, yang gedein. Temuin aja.
Haji Lulung mengelola Blok apa?
Saya kurang tahu.
Saya mau tanya lagi: Apa sebenarnya yang dibicarakan saat pertemuan dengan Sandiaga?
Beliau sebenarnya pengin menempatkan PKL di Jalan Jati Baru. Nanti sebagian jalan ditutup untuk PKL. Itu aja sudah bagus. Cocok. Kan, Abang bilang: Jangan usir PKL seperti anjing. Mereka tidak ada modal dan lain sebagainya dan kita juga harus lihat PKL ini membela anak-istrinya untuk dagang.
Kapan rencana PKL akan ditempatkan di Jati Baru?
Enggak tahu. Sekarang Abang enggak mau komunikasi (dengan Pemprov DKI). Elu yang butuh kapan waktu, gue siap. Tapi kalau suruh via telepon, aduh. Kalau memang kita disuruh datang, kita datang. Kalau memang minta dikerjakan, kita siapkan. Satu kali 24 jam. Tapi kalau kita duluan yang melakukan komunikasi, enggak.
Apakah Anda sudah komunikasi dengan anak-anak wilayah Tanah Abang?
Banyak. Kan, kemarin pada datang semua. Sekarang sikapnya masih menunggu.
Anda pernah mendapat hak pengelolaan keamanan, lalu Anda kasih ke Haji Lulung?
Iya, di Blok F. Dulu kontrak perusahaan Abang habis dan diganti ke Haji Lulung. Haji Lulung yang gedein Abang juga. Nah kontraknya habis, dari PD Pasar Jaya minta bantuan sama Abang. Ya ada jatahlah (uang dari PD Pasar Jaya).
Dari kontrak, Anda dikasih berapa dari PD Pasar Jaya?
Tiap bulan aja jatah dikirim.
Mengenai PKL, menurut Anda, apakah Satpol PP ikut bermain?
Gue enggak mau ngomong, deh. Kalau gue lihat, gue tangkep lu. Dia bilang pungli. Lu sebagai pimpinan enggak tertibkan. Lu enggak teliti atau mungkin juga lu dapat? Habis perkara!
Minggu lalu, Ombudsman merilis dugaan Satpol PP terlibat jual beli lapak trotoar buat PKL. Tanggapan Anda?
Abang sudah enggak tahu-tahu. Kenapa PKL ada? Ada udang di balik batu. Coba zaman Wali Kota Muhayat, enggak ada yang dagang di trotoar biar Abang ada di Bogor.
Jadi Tanah Abang sudah bersih dari preman?
Bohong. Ada tapi enggak seperti dulu. Kebanyakan sudah sadar. Kan, di Tanah Abang sudah Abang berdayakan: Dimasukan (kerja) di Thamrin City, kerja di hotel, di Kota. Keamanan.
Kemarin ada berita, ada yang masih meminta uang kepada PKL. Itu siapa?
Mungkin preman. Jadi kenapa PKL berani melanggar jalur (trotoar), mungkin ada preman yang suruh dagang. Ente deh pedagang kaki lima, berani enggak dagang kalau enggak ada yang nyuruh? Kalau ada yang suruh, gue yang tanggung jawab, dah. Kan begitu istilahnya.
Kalau zaman sekarang, anak-anak enggak mungkin ada yang berani. Buat apa, udah jaga di Al Ma'mur dan Bundaran itu. Emangnya gue enggak tahu gaji Satpol PP? Belum kalua dia kawin lagi, anak orang mau dikasih makan singkong? Bener enggak? Dia enggak mungkin berani dong kecuali tidak dijagain Satpol PP. Pasti preman enggak mungkin berani kalau enggak ada Satpol PP.
Apa yang akan Anda lakukan jika pengelolaan keamanan dipercayakan kepada Anda?
Kami panggil semua seperti yang sudah dilakukan yang lalu-lalu. Asal kami punya pengertian dan ubah nasib mereka. Berhasil.
Penulis: Arbi Sumandoyo
Editor: Fahri Salam