Menuju konten utama

Kado Ultah ke-40 AHY: Gagal Cawapres

Dua tahun terakhir sang mayor gagal dalam pencapaian karier politikus paling ambisius: gubernur Jakarta & cawapres.

Kado Ultah ke-40 AHY: Gagal Cawapres
Pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno berfoto dengan Agus Harimurti Yudhoyono di gedung KPU, Jumat (10/8/2018). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

tirto.id - “Semoga kita semua senantiasa dalam keadaan baik,” ujar Agus Harimurti Yudhoyono mengawali pidatonya di teras rumah Susilo Bambang Yudhoyono di Mega Kuningan, Jakarta Selatan. "Tentunya di hari yang spesial buat saya ini. Alhamdulillah saya di usia 40 tahun,” ia menambahkan.

Jumat, 10 Agustus, AHY genap berusia 40 tahun. Berambut klimis dengan balutan jas biru dengan emblem bintang Mercy—logo Partai Demokrat, AHY menyampaikan permintaan maaf kepada "rakyat Indonesia" karena gagal berlaga dalam pemilihan presiden 2019.

“Saya telah berupaya semaksimal mungkin selama kurang lebih satu tahun terakhir,” katanya dengan cara politikus menjual omongan.

Ini pidato kedua AHY di depan wartawan setelah menyatakan kekalahan dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Jumat siang kemarin, sekitar pukul 11.30, ia meminta maaf kepada pendukungnya. Meski SBY telah melakukan pelbagai cara supaya bisa menjual putranya ke hadapan koalisi Gerindra, PKS, dan PAN, Prabowo lebih memilih Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno sebagai pendampingnya.

Koalisi pengusung Prabowo butuh waktu lama buat mendeklarasikan diri pada Kamis tengah malam, 9 Agustus, atau lima jam setelah kubu Jokowi-Ma'ruf Amin mengumumkan diri sebagai capres.

SBY dan Prabowo pernah bertemu dua kali pada bulan Juli untuk membahas koalisi penentang Jokowi. Tapi, pada Rabu malam, 8 Agustus, Demokrat nyaris berpisah dengan Prabowo terutama usai polemik yang dicuitkan Wakil Sekjen Demokrat Andi Arief yang menyebut Prabowo sebagai "jenderal kardus".

Demokrat akhirnya rujuk pada Jumat pagi, beberapa jam sebelum koalisi Prabowo-Sandiaga mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum.

Minus SBY dan hanya ditemani para elite Demokrat, AHY menyambut Prabowo-Sandiaga di Mega Kuningan. Kedatangan capres dan cawapres itu untuk mengambil surat pernyataan dukungan Demokrat terhadap koalisi tersebut. Sesudahnya, AHY menyampaikan pidato di hadapan wartawan.

“Saya mohon maaf sebesar-besarnya karena berbagai faktor, saya belum memiliki peluang menjadi cawapres sebagaimana diharapkan dan diinginkan kader Demokrat," ujar AHY. Usai pidato itu, AHY menyusul pasangan Prabowo-Sandiaga dan koalisi pengusungnya ke KPU. Ia menemani kandidat itu merayakan pendaftaran.

Penerus Tahta Cikeas

Dua tahun terakhir Agus Harimurti Yudhoyono memang disiapkan ayahnya sebagai penerus tahta keluarga Cikeas. Pada September 2016, masih sebagai mayor, dalam usia ke-38 tahun, AHY pensiun dini dari militer untuk mencalonkan diri sebagai calon gubernur DKI Jakarta, berpasangan dengan birokrat Sylviana Murni.

Usai kalah, pada September 2017, AHY diberi mandat Partai Demokrat sebagai Komando Satuan Tugas Bersama untuk "membawa Demokrat memenangi Pilkada 2018." Sering bersama ayahnya, AHY melakukan "safari politik" ke sejumlah daerah.

Menjelang tenggat capres-cawapres, nama AHY terkerek dalam katrol lembaga survei dengan elektabilitas di bawah 10 persen, di antara nama lain macam Sandiaga Uno dan Salim Segaf Al-Jufri. Nama terakhir adalah Ketua Majelis Syuro PKS yang direkomendasikan Ijtima Ulama sebagai cawapres pendamping Prabowo.

Pada 3 Agustus, Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute ini membuat panggung politik bertajuk "Muda adalah Kekuatan" di Djakarta Theater. Baliho-baliho yang menampilkan dirinya berdiri gagah bertebaran di sejumlah titik strategis jalan Ibu Kota. “Sekarang dan Masa Depan,” begitu narasi dalam baliho 'AHY SIAP' tersebut.

Toh, usaha keluarga Cikeas mengusung putra sulungnya itu gagal. Tiga puluh menit sebelum AHY genap berusia 40 tahun, Prabowo bersama parpol pengusungnya mengumumkan Sandiaga sebagai cawapres pada Pilpres 2019 di Kertanegara, Jakarta Selatan.

Esoknya, 10 Agustus, sebelum Prabowo-Sandiaga mendaftarkan diri ke KPU, Demokrat akhirnya bergabung mengusung pasangan tersebut.

"Majelis Tinggi Demokrat pada sidang pagi ini memutuskan untuk mengusung Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno," ujar E.E Mangindaan, Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, di kediaman SBY.

Keputusan itu pula yang ditegaskan AHY dalam pidatonya. "Saya dapat memahami, saya menangkap ada rasa sedih kecewa bahkan marah melihat situasi ini,” ujar AHY. “Tapi saya mengajak agar menerima realitas ini dengan ikhlas,” ujarnya menutup pidato.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Arbi Sumandoyo

tirto.id - Politik
Reporter: Husein Abdulsalam
Penulis: Arbi Sumandoyo
Editor: Fahri Salam