Menuju konten utama

Jokowi Minta Kemendag Garap Pasar Ekspor Baru

Presiden Jokowi memerintahkan agar Kemendag membantu para pelaku usaha nasional untuk menyasar sejumlah pasar ekspor baru seperti di Afrika, Timur Tengah, Euroasia dan Asia Selatan.  

Jokowi Minta Kemendag Garap Pasar Ekspor Baru
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (kiri) berjalan usai menyampaikan pidato dengan disambut Presiden Joko Widodo (kanan) dan Menko Perekonomian Darmin Nasution (kedua kanan) dalam peresmian pembukaan rapat kerja kementerian perdagangan tahun 2017 di Istana Negara, Jakarta, Selasa (21/2/2017). ANTARA FOTO/Rosa Panggabean.

tirto.id - Presiden Joko Widodo meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) membantu para eksportir dalam negeri untuk menggarap pasar-pasar baru di dunia.

"Pasar-pasar baru banyak sekali yang tidak pernah diurus, misalnya Afrika, padahal yang lain sudah masuk," kata Jokowi saat membuka Rapat Kerja Kementerian Perdagangan di Istana Negara Jakarta, pada Selasa (21/2/2017) sebagaimana dikutip Antara.

Dia mencatat potensi pasar Afrika saat ini setara dengan nilai 550 miliar dolar AS, sementara ekspor Indonesia ke kawasan ini baru senilai 4,2 miliar dolar AS per tahun. Di pasar Euroasia, yang bernilai 251 miliar dolar AS, nilai ekspor Indonesia tak sampai 1 miliar dolar AS.

Selain itu, Jokowi menambahkan, di pasar Timur Tengah, yang berpotensi 975 miliar dolar AS, ekspor Indonesia juga baru sebesar 5 miliar dolar AS per-tahun. Pasar India, dengan nilai 375 miliar dolar AS, juga baru tergarap oleh ekspor Indonesia senilai 10 miliar dolar AS. Itu pun, kata Jokowi, mayoritas baru berupa ekspor CPO dan batu bara.

Demikian pula pasar Pakistan, yang bernilai 44 miliar dolar AS, baru disasar oleh ekspor Indonesia Indonesia senilai 2 miliar dolar AS per tahun saja. Sedangkan Sri Lanka, dengan potensi 19 miliar dolar AS, baru dimanfaatkan 0,3 miliar dolar AS oleh ekspor Indonesia.

"Jangan anggap sepele pasar-pasar itu, itu gede sekali yang belum disentuh," ujar Jokowi.

Dia berpendapat biaya yang harus dikeluarkan oleh para pelaku usaha di Indonesia memang besar apabila berniat menyasar pasar-pasar ekspor baru seperti di Afrika. Tapi, biaya itu bisa ditekan serendah mungkin apabila Kemendag membantu proses penjajakan pasar baru tersebut.

"Negara lain pasti negara dulu yang hadir, ada market intelijen yang dilakukan di sana, setelah itu negara masuk melihat," ujar dia.

Jokowi menambahkan, "(Selama ini) Kita selalu berkutat pada pasar-pasar tradisional atau lama kita, ke Amerika, Jepang China, Eropa, kita (sudah) ngerti pasar itu gede dan harus dipelajari produk-produk apa yang bisa kita masukkan di pasar-pasar yang sudah ada itu."

Karena itu, Jokowi berharap perlu ada inovasi dalam pengembangan Indonesia Trade promotion center (ITPC), lembaga bentukan Kemendag yang menangani urusan promosi produk-produk dalam negeri ke pasar asing, sehingga lebih piawai dalam bernegosiasi dan bertransaksi dalam proses pembukaan pasar-pasar ekspor baru.

Sebagai catatan, data Badan Pusat Statistik (BPS) memang menyatakan Neraca Perdagangan Indonesia sepanjang 2016 mengalami surplus $8,78 Miliar. Jumlah itu lebih tinggi dari surplus 2015 lalu yang hanya $7,67 miliar. Akan tetapi, nilai total ekspor Indonesia pada 2016 menurun dibanding 2015.

Secara kumulatif, nilai ekspor Januari-Desember 2016 mencapai $144,43 miliar. Dibanding kondisi pada 2015, nilai ekspor itu menurun 3,95 persen. BPS juga mencatat ekspor nonmigas selama 2016, yang mencapai $131,35 miliar, juga menurun 0,34 persen dibandingkan data 2015 lalu.

Baca juga artikel terkait EKSPOR atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Hard news
Reporter: Addi M Idhom
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom