tirto.id - Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) mengatakan, gerakan radikalisme disebabkan oleh negara-negara Islam yang gagal berkembang sehingga konflik internal di negara tersebut menyebar ke negara lain.
Hal tersebut disampaikan Wapres dalam sambutannya di pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi Internasional Islam Moderat di Jakarta.
"Apabila kita melihat sejarah pada tahun-tahun terakhir ini, radikalisme selalu timbul dari negara-negara Islam yang gagal. Alqaeda mulai di Afghanistan yang gagal, yang berkecambuk; kemudian ISIS dari Irak dan Suriah yang kita tahu juga ada kekalutan di negara tersebut," kata Wapres, Senin (9/5/2016).
JK menjelaskan, gerakan radikalisme disebabkan oleh dua hal utama; yakni kesewenang-wenangan pemimpin di negara tersebut dan kemarahan masyarakat atas pemerintahnya.
"Kita tahu bagaimana di Afghanistan, Irak, Suriah dan di Libya, bagaimana pemimpin-pemimpin negara itu tidak menghargai rakyatnya sendiri. Sehingga negara-negara besar menyerang negara itu dengan alasan demokrasi," jelasnya.
Kehancuran negara-negara tersebut, kata JK, menyebabkan kekhawatiran penduduknya terhadap masa depan negara, sehingga memicu munculnya radikalisme yang kemudian menjadi gerakan terorisme.
Untuk mengatasi persoalan radikalisme dan terorisme tersebut, kata Wapres, negara-negara Islam perlu meningkatkan persatuan guna mencegah terjadinya hal tersebut.
Ia menambahkan, saat ini keberadaan umat Islam di dunia mencapai 1,6 miliar orang yang tersebar di 57 negara, hal tersebut, kata JK, seharusnya dapat menjadi kekuatan untuk menyebarkan kebaikan Islam.
Terlebih lagi, kata JK, kebanyakan negara Islam memiliki kekayaan alam khususnya di bidang minyak dan gas bumi. Dengan demikian, lanjut Jusuf Kalla, potensi tersebut harus dapat digunakan sebaik-baiknya.
"Tentu kita semua menginginkan negara Islam yang moderat, yang memberikan tujuan bagi kita semua karena Islam sebagai agama yang memberikan rahmat, kebaikan dan mempersatukan seluruh umatnya. Itulah tujuan dan cita-cita kita semuanya," ujarnya.
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Putu Agung Nara Indra