Menuju konten utama

Jeritan Pengguna Ojek Online di Tengah Penyesuaian Tarif Baru

Di tengah kenaikan tarif ojek online, masyarakat perlu cermat ketika melakukan mobilitas.

Jeritan Pengguna Ojek Online di Tengah Penyesuaian Tarif Baru
Seorang pengguna ojek online menunjukkan aplikasi GoRide yang tidak tersedia di Kawasan Kalisari, Jakarta Timur, Jumat (10/4/2020). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/pras.

tirto.id - Artha Uly (28 tahun), berencana merogoh isi tabungan miliknya. Perempuan asal Cilegon, Banten itu memilih untuk membeli kendaraan roda dua (motor). Sebagai pekerja lapangan, kendaraan pribadi dinilai akan lebih efektif dan efisien. Ketimbang, harus menggunakan jasa transportasi seperti ojek online (ojol).

Dalam sehari, Uly bisa mengeluarkan sedikitnya Rp50.000 untuk mobilitas pekerjaannya. Karena, dalam satu waktu minimal ia bisa pindah dari tempat satu ke tempat lain dua kali atau lebih. Pikirnya sederhana, jika terus dibiarkan ongkos pengeluaran bisa membengkak hanya untuk gunakan ojol.

“Karena kerjaan gue mobilitasnya tinggi, bisa sedikitnya Rp50.000 ribu per hari buat ojol, kalau punya motor setidaknya Rp50.000 bisa buat beli bensin yang abisnya bisa lama, mingguan," ujarnya kepada Tirto.

Keinginan Uly untuk memiliki kendaraan pribadi, sebenarnya sudah dari jauh-jauh hari. Karena ia merasa sebelum ada penyesuaian tarif ojol, kantong pribadinya sudah tercekik untuk mobilitas. Namun keinginannya membeli semakin kuat pasca pemerintah memutuskan untuk melakukan penyesuaian tarif baru ojol.

“Keberatan sejujurnya, karena sebelum kenaikan ini saja sudah berasa mahal. Rata-rata untuk jarak dekat saja dulu pasti Rp11.000 ke atas, apalagi kalau naik lagi sekarang. Itu juga yang bikin gue untuk pilih beli motor, kayaknya lebih hemat," ujarnya.

Jeritan kenaikan tarif ojol juga dirasakan Miftha. Sebagai pekerja sehari-hari menggunakan transportasi umum, ia merasa keberatan. Karena untuk menempuh lokasi tempat kerjanya dan kembali lagi ke rumahnya, tetap harus membutuhkan jasa ojol.

“Biasanya gue dari rumah ke Stasiun Parung Rp14.000 sekarang Rp15.000 naik Rp1.000 gak masalah sih. Cuma ya karena aku pakai ojeknya end to end ya, balik juga kan pakai ojek artinya bulat Rp30.000 bolak balik,” ujarnya.

Sementara Yayang, salah satu pekerja swasta, tidak mempermasalahkan kenaikan tarif baru ojol. Karena menurutnya masih bisa diakali dengan kode promo-promo. Ketimbang harus menggunakan ojek pangkalan yang secara harga bisa diketok mahal.

“Toh kalau kita naik ojol masih lebih worth it dibanding naik ojek pangkalan, setidaknya ojol suka ada promo gitu loh," kata dia.

Penyesuaian tarif ojol sendiri, sudah berlaku efektif per Minggu, 11 September 2022 pukul 00.00 WIB di seluruh Indonesia. Tarif baru berlaku berdasarkan tiga zonasi.

Zona I, mencakup wilayah Sumatera, Bali, dan Jawa selain Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi. Tarif batas bawah ojol zona I naik dari Rp1.850 menjadi Rp2.000 dan tarif batas atas naik dari Rp2.300 menjadi Rp2.500. Sementara, tarif minimal ditetapkan sebesar Rp8.000 sampai Rp10.000.

Zona II tarif batas bawah naik dari Rp2.250 menjadi Rp2.550 dan batas atas naik dari Rp2.650 menjadi Rp2.800. Tarif minimal untuk zona dua adalah Rp10.200 sampai Rp11.200. Adapun zona ini meliputi wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi/Jabodetabek.

Kemudian, zona ketiga, tarif batas bawah naik dari Rp2.100 menjadi Rp2.300 dan tarif batas atas naik dari Rp2.600 menjadi Rp2.750. Tarif minimal untuk zona ketiga adalah Rp9.200 sampai Rp11.000. Ini meliputi wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan sekitarnya, Maluku dan Papua.

Berdampak ke Jasa Pengiriman Barang

Kenaikan tarif ojol tidak hanya berdampak kepada para pengguna transportasi tersebut. Layanan lain seperti jasa pengiriman barang pun tarifnya otomatis ikut mengalami penyesuaian. Baik itu sifatnya pengiriman makanan, maupun barang antaran dipesan dari sejumlah toko online.

Salah satu pemilik toko kue, Ria mengaku tidak mau ambil pusing jika masyarakat melakukan order jarak jauh. Ia selalu memberikan pilihan kepada konsumen. Pertama, menambah biaya ongkos kirim, atau kedua justru dibebankan kepada pembeli.

"Iya harga cake belum termasuk ongkir jika dikirim," ujarnya kepada Tirto.

Ria menyebut, tidak banyak toko yang berani memberikan subsidi ongkos kirim kepada konsumen. Karena setiap konsumen memiliki jangkauan wilayah yang berbeda-beda. Sehingga jika menggunakan pengiriman via Gocar atau Gosend biayanya akan berkali-kali lipat.

Pun jika ada, memberikan subsidi mereka pasti akan menaikkan harga barang. Itu pasti dilakukan untuk menutupi subsidi daripada ongkos kirim konsumen.

Dari sisi konsumen, Siti lebih memilih untuk mengambil langsung pesanan kue ulang tahun anaknya ke toko. Meski jaraknya cukup lumayan, tapi jika menggunakan kendaraan pribadi makan akan jauh lebih hemat. Daripada harus menanggung biaya ongkos kirim tersebut.

Dia menjelaskan jarak dari rumah ke toko kue ia pesan kurang lebih sekitar 6 kilometer (Km) dari kediaman rumahnya. Jika mengambil sendiri, sekiranya cukup hanya menghabiskan satu liter Pertalite seharga Rp10.000. Dibandingkan harus menambah biaya ongkos kirim yang bisa empat kali lipatnya.

“Ongkirnya kemarin saya cek itu bisa Rp45.000-an. Mending ambil ke sana," imbuhnya.

Cara Bijak Menyiasati Kenaikan Tarif Ojol

Kehadiran transportasi ojol memang selama ini turut memudahkan mobilitas masyarakat dalam keseharian. Tak sedikit, para pekerja di Jakarta mengandalkan layanan ini untuk menembus kemacetan di jantung kota agar bisa sampai ke kantornya.

Perencana Keuangan Mitra Rencana Edukasi, Mike Rini Sutikno mengatakan, di tengah kenaikan tarif ojek online masyarakat perlu cermat ketika melakukan mobilitas. Terutama melakukan perhitungan dan perbandingan.

“Perbandingan satu optimalkan mobilitas kita. Jadi supaya tidak berlebihan," kata dia kepada Tirto, Senin (12/9/2022).

Dia mengatakan untuk para pekerja yang selalu berangkat ke kantor menggunakan ojol, masalah kenaikan tarif memang tidak bisa dihindari. Karena dampaknya kantong akan jebol.

"Kalau bisa jarak jauh, work from home (WFH) sudah pasti obat paling oke," kata dia.

Walaupun demikian, para pekerja juga mesti pintar menyiasati untuk berangkat ke kantor. Jika tujuannya adalah sekadar hanya meeting atau bertemu dengan klien baru menurutnya hal tersebut masih bisa diatur.

“Ini masih bisa diatur apakah jarak jauh, atau kah misalnya seminggu dua kali keluar itu bisa diatur. Ini nanti kenapa kok bisa meeting bolak balik sama klien karena ada proses kerjanya yang perlu diperbaiki," katanya.

Dia menambahkan, “Kemudian juga meeting bolak balik cuma sama meeting teman kantor saja, kemudian itu yang perlu diperbaiki cara kerja atau proses kerja kita yang kemungkinan bisa berdampak terhadap proses efisiensi dari mobilitas kita.”

Mike melanjutkan, untuk menekan pengeluaran biaya transportasi ojol, obat paling ampuh lainnya adalah dengan cara nebeng atau menumpang. Dia mencontohkan, jika rekan kerja memiliki tujuan arah pulang atau sama ini bisa dilakukan berdua untuk efisiensi.

“Kalau transportasi online itu bisa diatur, kita jemput siapa-siapa dulu. Jadi patungan seperti itu," imbuhnya.

Baca juga artikel terkait TARIF OJEK ONLINE atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz