Menuju konten utama

Jadwal Sidang Isbat Ramadhan 2022 & Cara Penentuan Awal Bulan Puasa

Jadwal sidang isbat Ramadhan 2022, bagaimana metode rukyatul hilal & hisab, tata cara penentuan awal bulan Hijriyah, dan sejarah penanggalan Hijriah.

Jadwal Sidang Isbat Ramadhan 2022 & Cara Penentuan Awal Bulan Puasa
Mahasiswa Universitas NU (Unisnu) belajar menggunakan teleskop untuk mengamati hilal 1 Ramadhan di Pantai Semat, Jepara, Jawa Tengah, Sabtu (10/4/2021). ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/aww.

tirto.id - Jadwal sidang isbat Ramadhan 2022 akan berlangsung pada Jumat, 1 April 2022 di Auditorium HM. Rasjidi Kementerian Agama (Kemenag), Jalan MH. Thamrin, Jakarta. Bagaimana tata cara penentuan awal bulan dalam kalender Hijriyah? Apa yang dimaksud dengan rukyatul hilal dan hisab?

Dalam sidang isbat Ramadhan 2022 yang bertepatan dengan 29 Syakban 1443 H, terdapat 3 tahapan. Yang pertama, pemaparan posisi hilal awal Ramadhan 1443 H berdasarkan hasil hisab (perhitungan astronomi. Berikutnya, adalah sidang isbat awal Ramadhan 1443 H yang digelar tertutup. Yang terakhir, telekonferensi pers hasil sidang isbat.

Mengacu pada Fatwa MUI Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah, penetapan awal bulan dalam Kalender Hijriyah, terutama Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah dilakukan berdasarkan 2 metode, yaitu rukyat dan hisab.

Metode rukyatul hilal berarti mengamati visibilitas hilal, atau penampakan bulan sabit pertama kali setelah terjadinya ijtimak (konjungsi). Ijtimak adalah peristiwa ketika bumi dan bulan ada di posisi bujur langit yang sama, melalui pengamatan dari bumi. Jika hilal terlihat, otomatis petang tersebut sudah masuk ke tanggal 1 bulan baru dalam kalender Hijriyah.

Sementara itu, metode hisab berarti menggunakan hitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan yang menandai dimulainya awal bulan dalam kalender Hijriyah. Dengan hitungan ini, dapat ditentukan kapan ijtimak terjadi. Ijtimak sendiri berlangsung setiap 29,531 hari sekali.

Kalender Hijriah berbeda dengan penanggalan Masehi yang berpatokan kepada peredaran bumi mengelilingi matahari (revolusi bumi). Kalender Hijriah berpegang kepada perputaran bulan mengitari bumi (revolusi bulan). Dengan ijtimak yang berlangsung setiap 29,531 hari, ada kemungkinan sebuah bulan berusia 29 hari atau 30 hari.

Sistem Penanggalan Hijriah

Sistem penanggalan Hijriah didasarkan kepada waktu yang diperlukan oleh bulan untuk berotasi mengelilingi bumi selama 12 kali putaran sekitar 354 11/30 hari. Hal ini yang menyebabkan penanggalan Qomariyah setiap tahunnya lebih cepat 10 atau 11 hari dari penanggalan Masehi (365 hari).

Dilansir dari laman NU Online, awal bulan baru dalam Kalender Hijriyah bergantung kepada terlihatnya hilal pada tanggal 29 setiap bulannya. Jika hilal tidak tampak, maka bulan tersebut akan dibulatkan jadi 30 hari. Jika tidak maka bulan tetap 29 hari. Satu bulan dalam Kalender Hijriyah tidak mungkin berlangsung 31 hari karena ijtimak yang berlangsung 29,53 hari seperti diterangkan di muka.

Dikutip dari buku 99 Tanya Jawab Masalah Hisab & Rukyat oleh Muhyidin Khazin (2009:48), tanggal 1 dalam Kalender Hijriyah terjadi ketika bulan sabit pertama kali dapat terlihat (the first visible crescent).

Pada tanggal 2 sampai dengan 15,cahaya bulan akan semakin membesar hingga membentuk bulatan penuh (purnama). Setelahnya itu, dari tanggal 16 sampai 29 atau 30, maka cahaya bulan semakin mengecil dan akhirnya menghilang sama sekali (bulan mati).

Pergantian hari pada bulan Hijriah ditandai dengan tenggelamnya Matahari di sebelah barat. Sebagai contoh, 1 Sya'ban 1443 H bertepatan dengan Jumat, 4 Maret 2022. Namun, secara teknis, 1 Sya'ban 1443 sudah dimulai sejak Kamis, 3 Maret 2022 malam hari.

Sejarah Penanggalan Hijriah

Penanggalan Hijriah digunakan secara resmi baru pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Pada waktu itu, Umar bin Khattab menerima sebuah surat dari Abu Musa Al-Asy’ari yang tidak dibubuhi titi mangsa dan hari pengirimannya. Dari sinilah, Umar menyadari kesulitan ketika melakukan proses pengarsipan dan seleksi urutan berkas.

Umar mulai sadar akan pentingnya penanggalan. Ia kemudian memerintahkan musyawarah bersama para ahli dan sahabat untuk menyusun kalender khusus umat Islam.

Terdapat banyak usulan terkait pemilihan waktu awal penanggalan Islam. Ada yang mengusulkan untuk menjadikan peristiwa bi’tsah Nabi Muhammad saw. sebagai awal penanggalan. Umar pun turut berpendapat mengenai awal penanggalan yang sebaiknya memilih waktu kelahiran atau pengangkatan Nabi sebagai Rasul.

Akan tetapi, usulan yang diterima saat itu adalah milik Ali bin Thalib. Beliau mengusulkan awal penggalan Hijriah mengacu kepada dimulainya hijrah Nabi Muhammad saw. dari Makkah menuju Madinah.

Umar kemudian meresmikan Kalender Hijirah pada tanggal 8 Rabi’ul Awal tahun 17 Hijriah. Sejak saat itu, penanggalan Hijriah terus digunakan bahkan hingga sekarang ini. Penanggalan Hijriah berposisi penting sebagai penentu hari-hari besar dalam agama Islam.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2022 atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fitra Firdaus