tirto.id - Investor retail terus mendominasi transaksi di pasar saham. Data Bursa Efek Indonesia menunjukkan, dalam lima hingga enam tahun terakhir ada tren kenaikan dari sisi porsi kepemilikan investor retail secara konsisten.
Saat ini, porsi investor retail sudah lebih dari dua kali jika dibanding angka pada akhir 2015 yaitu dari 6,5 persen menjadi 14,5 persen. Sementara itu, sisanya sebanyak 40,5 persen dimiliki oleh investor institusi dan 45 persen dimiliki oleh investor asing.
Dari sisi nilai transaksi, selain peningkatan yang tajam dari Rp9,2 triliun pada 2020 menjadi Rp13,5 triliun pada Juni 2021, sebanyak 59,3 persen disumbangkan oleh aktivitas transaksi investor retail dan sisanya 16,2 persen porsi investor institusi dan 24,5 persen investor asing.
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasan Fawzi mengatakan semakin meningkatnya porsi investor domestik, khususnya investor retail, dibandingkan investor asing dapat meningkatkan ketahanan pasar modal Indonesia.
"Jadi seandainya ada sudden reversal karena mungkin gejolak ekonomi di mana investor asing untuk sementara harus pull out dan lakukan penjualan saham-sahamnya, terbukti beberapa saat lalu kita lihat indeks kita tetap dapat bertahan karena ada support atau dukungan penuh dari aktivitas para investor domestik khususnya dari investor retail kita," kata Hasan, Selasa (6/7/2021), seperti dilansir Antara.
Sejak tahun lalu, kata Hasan, investor domestik yang terdiri dari investor retail dan investor institusi sudah mendominasi, dengan lebih dari 50 persen kepemilikan saham sudah dimiliki oleh investor domestik yaitu tepatnya 54,9 persen.
"Ini membesarkan hati karena kita tahu dengan dominasi porsi aktivitas transaksi oleh investor domestik ini, kita harapkan market resilience atau ketahanan pasar modal kita akan semakin kuat, semakin terjaga," ujar Hasan.
Hasan menambahkan, sumber pertumbuhan dan euforia investor retail tersebut berasal dari investor usia muda. Angka pertumbuhan tertinggi tercatat dari investor berusia 18-25 tahun atau generasi Z yang tumbuh 36 persen per Mei 2021.
Lalu disusul oleh generasi milenial atau investor dengan rentang usia 26-30 tahun dan usia 31-40 tahun yang masing-masing tumbuh 19 persen dan 22 persen. Sedangkan investor yang berusia di atas 40 tahun tumbuh 23 persen.
"Mudah-mudahan ini jadi demografi yang sangat baik yang menunjang tingkat ketahanan pasar kita pada saat misalnya terjadi gejolak sesaat atau krisis yang kita hadapi," ujar Hasan.
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti