tirto.id - Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI), bekerja sama dengan Pemerintah Kota Yogyakarta, PT Sarana Multi Infrastruktur Persero (PT SMI), dan Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Tirta Musi, menggelar acara Forum Pengelolaan Pengetahuan pada 10-11 Desember 2024 di Hotel Harper Malioboro.
Dalam acara ini, APEKSI turut meluncurkan Buku Praktik Baik, yang memaparkan pengalaman tujuh kota yang mengimplementasikan pembiayaan alternatif untuk pembangunan berkelanjutan.
Ketua Dewan Pengurus APEKSI cum Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, mengatakan ada kota besar dengan anggaran dan sumber daya yang memadai untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur serta layanan dasar bagi warganya.
Namun, ada pula kota yang anggarannya terbatas, sementara pertumbuhan populasi dan arus urbanisasi berkembang pesat. Untuk itu, pemerintah kota harus kreatif mencari solusi dan terobosan untuk mempercepat pembangunan.
"Buku Praktik Baik APEKSI ini menjadi sarana untuk memperkuat pembelajaran antarkota agar pengetahuan dan pengalaman dari berbagai sektor pembangunan dapat dimanfaatkan bersama demi kemajuan kita," kata Eri, dalam sambutannya.
Inovasi Pembiayaan Alternatif oleh pemerintah daerah bukan hanya soal pengelolaan keuangan publik, tetapi juga membuka peluang untuk reformasi dalam layanan pemerintah, pajak dan retribusi, serta kebijakan pembiayaan alternatif.
Inovasi pembiayaan alternatif dimaknai sebagai upaya untuk menutup gap anggaran sekaligus mendorong transparansi dan profesionalisme, guna mendukung pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal.
Ibarat sebuah pertandingan lari, usaha untuk memperoleh pembiayaan inovatif bukanlah "lari cepat", melainkan sebuah proses panjang yang melibatkan tahapan yang harus dijalani, melampaui kalender fiskal tahunan dan tidak terbatas pada masa periode kepemimpinan kepala daerah.
Oleh karena itu, APEKSI terus melakukan advokasi kebijakan, penguatan kapasitas, dan mengakomodasi aspirasi dari 98 kota anggota di seluruh Indonesia. Satu di antaranya dengan mendokumentasikan pengalaman tujuh kota mengakses pembiayaan alternatif dan membagikannya dalam Forum Pengetahuan atau Knowledge Management Forum (KMF).
Eri Cahyadi mengatakan, bahwa dalam membangun kota dibutuhkan percepatan, tetapi tidak bisa hanya mengandalkan APBD. Menurut Eri, pemerintah kota perlu berani mengelola fiskal, termasuk dengan melakukan pinjaman agar kekuatan fisikal dapat dimanfaatkan untuk pembangunan dan mengatasi persoalan perkotaan seperti kemiskinan.
"Daerah harus menggerakkan fisikalnya. Untuk itu butuh dukungan SMI agar tidak kasih bunga tinggi," ucap Eri di hadapan seluruh peserta.
Eri Cahyadi meyakini dengan cara demikian, kota-kota dapat membangun kemandirian fiskalnya dengan kekuatan kebersamaan. Eri juga meminta disiapkan forum khusus bagi pengurus APEKSI bertemu dengan Menteri Keuangan untuk berbagi pengalaman baik kota-kota di Indonesia, mengupayakan kemandirian fiskal dan bentuk dukungan yang dapat diberikan oleh Pemerintah.
Sejak Juli hingga November 2024, APEKSI telah mendokumentasikan praktik pembiayaan alternatif di tujuh kota, yakni Blitar, Dumai, Jambi, Makassar, Palembang, Semarang, dan Yogyakarta. Hasil pendokumentasian diluncurkan dalam Buku Praktik Baik: Inovasi Pembiayaan Alternatif Pembangunan Daerah.
Acara peluncuran itu dihadiri oleh 3 orang Wali Kota, 6 orang PJ Wali Kota, 1 orang Wakil Wali Kota, sejumlah Sekda, dan Kepala Bappeda, serta sejumlah perangkat Pemerintahan Kota. Sementara peserta berjumlah 306 orang dari 45 kota di Indonesia, termasuk perwakilan dari PT SMI, Pemerintah Kota, dan Perumda.
Forum ini dirancang dalam bentuk yang santai agar terjadi ‘horizontal learning’ dan mendorong kolaborasi dalam mencari solusi pembiayaan alternatif yang dapat diterapkan di kota-kota lain di Indonesia.
Bagi APEKSI, proses pembelajaran bisa terjadi dalam forum-forum resmi maupun interaksi informal selama rangkaian kegiatan. Dalam rangkaian acara, peserta juga melakukan kunjungan pembelajaran ke Kelurahan Giwangan, Kemantren Umbulharjo pada 10 November 2024.
Peserta melihat langsung inovasi program Gandeng Gendong yang merupakan wujud kerja sama 5K. yaitu kampung, komunitas, kampus, korporasi, dan pemerintah kota. Di antaranya transformasi wilayah kumuh menjadi area eduwisata Bendhung Lepen dan Kampung Kelengkeng, Ekonomi Sirkular yang memadukan kepedulian pada lingkungan, pengelolaan sampah organik, dan penguatan ekonomi.
Sementara, pada 11 November 2024, diadakan kegiatan Local Pride Yogyakarta, dengan menyoroti potensi kreatif Batik dan UMKM Kota Yogyakarta, sebagai contoh pemanfaatan ekonomi lokal yang berkelanjutan.
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Anggun P Situmorang