Menuju konten utama
9 Februari 2015

Ini Rinto dan Ia Memang Bukan Rambo

Segelas anggur
merah. Mengguyur lagu
bersimbah darah.

Ini Rinto dan Ia Memang Bukan Rambo
Ilustrasi Rinto Harahap. tirto.id/Gery

tirto.id - Pada 9 Februari 2015, tepat hari ini tiga tahun lalu, Rinto Harahap wafat. Setelah berjuang selama bertahun-tahun melawan stroke dan kanker otak yang menggerogoti raganya hingga dirawat di Singapura, sang maestro akhirnya menutup mata untuk selama-lamanya. Jagat musik tanah air berduka, kehilangan sosok legendaris yang sangat mungkin sulit tergantikan.

Rinto Harahap bukan seniman sembarangan. Ia adalah penguasa genre pop sejak era 1970-an. Lagu-lagu ciptaan Rinto yang sanggup meremas-remas hati dan perasaan itu cukup lama merajai industri musik nasional. Popularitas karya Rinto pernah tak terbendung, bahkan lagu-lagunya sempat dicekal lantaran dianggap cengeng dan dituding berpotensi meresahkan masyarakat serta mengancam semangat kebangsaan.

Maestro Pop Indonesia

Lahir di Sibolga,Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, pada 10 Maret 1949, Rinto Harahap mengawali karier bermusiknya dengan membentuk grup band The Mercy’s di Medan. Selain Rinto, ada juga Erwin Harahap yang tidak lain adalah kakak kandungnya, serta tiga musisi lain: Reynold Panggabean, Rizal Arsyad, dan Iskandar alias Boen.

Di Medan, The Mercy’s sengaja dibentuk sebagai band pengiring pesta dengan Rizal Arzad sebagai pemimpinnya. Rizal kelak menikah dengan Iis Sugianto, salah seorang biduan yang juga diorbitkan Rinto kemudian.

The Mercy’s merajai kancah musik nasional, terlebih setelah hijrah ke Jakarta sejak 1972. Bersama Koes Plus, D’Lloyd, Panbers, serta Favourite’s Group, The Mercy’s kala itu disebut sebagai The Big Five, pelopor pop Melayu di tanah air. The Mercy’s tercatat telah merilis 40 album sepanjang masa edarnya.

Bubarnya The Mercy’s pada 1976 tidak lantas membuat pamor Rinto meredup. Justru ia malah menjelma menjadi musisi pop paling berpengaruh selain A. Riyanto, Pance Pondaag, dan Obbie Messakh. Mereka berempat adalah godfather-nya musik pop di industri musik Indonesia.

Rinto bukan sekadar musikus dan pencipta lagu semata. Ia juga menjadi guru sekaligus bapak bagi para penyanyi pendatang baru di era 1980-an itu. Perusahaan rekaman miliknya, Lolypop Records yang diambil dari nama istrinya, Lily Kuslolita, berhasil melambungkan banyak sekali penyanyi yang membawakan lagu-lagu ciptaan Rinto.

Nama-nama tenar macam Diana Nasution, Berlian Hutauruk, Nia Daniati, Betharia Sonata, Christine Panjaitan, Iis Sugianto, Hetty Koes Endang, Broery Pesolima, Maya Rumantir, Eddy Silitonga, Mawi Purba, Maya Angela, Victor Hutabarat, Jane Susan, dan lainnya, bahkan Rano Karno, Maya Rumantir, Iyut Bing Slamet, Adi Bing Slamet, hingga Tantowi Yahya adalah hasil besutan Rinto.

Tak terhitung lagu-lagu ciptaan Rinto yang menjadi hits pada zamannya, sejak era The Mercy’s maupun selepas itu, sebut saja tembang berjudul "Ayah," "Andai Aku Punya Sayap," "Kisah Seorang Pramuria," "Gelas-gelas Kaca," "Hidupku Sunyi," "Kau yang Kusayang," "Benci tapi Rindu," "Jangan Sakiti Hatinya," dan masih banyak lagi.

Segelas anggur merah. Mengguyur lagu bersimbah darah. #Mozaik #RintoHarahap

A post shared by tirto.id (@tirtoid) on