tirto.id - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid menilai, prospek komoditas migas dan batu bara masih akan cukup baik di 2023 meski ada ancaman resesi global. Diketahui, kondisi dunia saat ini tengah berada dalam pusaran 'awan gelap'.
Sejumlah lembaga-lembaga dunia dan para menteri kabinet Indonesia maju bahkan menyebutkan ada kemungkinan terjadi badai besar atau ancaman resesi di banyak negara. Kondisi itu tidak lepas dari tensi geopolitik Rusia-Ukraina yang berdampak kepada seluruh sektor.
"Prospek komoditas migas dan batu bara diproyeksikan masih cukup baik di tahun depan," kata Arsjad kepada Tirto, Kamis (13/10/2022).
Dia tak menampik, adanya resesi memang berisiko untuk menurunkan global demand atau permintaan global terhadap barang dan jasa, termasuk pada komoditas migas. Setidaknya, terdapat 31 negara yang berpotensi resesi di tahun depan, termasuk negara tujuan ekspor batu bara dan migas Indonesia seperti Italia dan Jerman.
Namun, selama Perang Rusia-Ukraina masih berlangsung, dia meyakini Indonesia masih bisa untung. Sebab, perang menyebabkan harga sejumlah komoditas pangan dan energi melonjak hingga menyentuh rekor tertingginya dalam beberapa tahun terakhir, diantaranya adalah nikel, batu bara, emas, minyak mentah, hingga minyak sawit mentah.
Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS) Januari - Juni 2022, nilai ekspor batu bara ke negara-negara Eropa seperti Italia mencapai 111,70 juta dolar AS. Kemudian Belanda mencapai 79,20 juta dolar AS, Polandia mencapai 43,20 juta dolar AS, dan Swiss mencapai 15,50 juta dolar AS.
"Diproyeksikan masih cukup baik di tahun depan," katanya.
Lebih lanjut, Arsjad mengatakan sejauh ini sudah banyak beberapa negara yang memesan batu bara dari Indonesia. Misalnya saja, Polandia sudah memesan batu bara Indonesia sebanyak 52.230 ton. Sementara negara Eropa lainnya seperti Jerman kabarnya sedang bernegosiasi untuk memesan batu bara Indonesia sebanyak 5 - 6 juta ton.
Bahkan untuk komoditas gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) ini over demand. Negara-negara Eropa bahkan sudah melobi Indonesia untuk mengirimkan pasokan LNG.
Namun sayangnya, hingga 2023 mendatang Indonesia tidak dapat memasok kebutuhan gas alam cair atau (liquefied natural gas/LNG) untuk sejumlah negara di Eropa karena telah diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan pembeli yang sudah memiliki kontrak.
Selain pasar ekspor, pemerintah Indonesia melalui hilirisasi juga telah berkomitmen mengembangkan industri hilir migas. Investasi hilir migas 2024 diproyeksikan mencapai 10,77 miliar dolar AS.
"Hal ini menjadi peluang yang baik dalam tahun-tahun ke depan untuk komoditas migas," katanya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang