Menuju konten utama

Incar Segmen Muda, NTI Luncurkan Rokok Kretek 'Saroja'

PT Nojorono Tobacco International (NTI) meluncurkan produk rokok Sigaret Kretek Tangan (SKT) Soroja.

Incar Segmen Muda, NTI Luncurkan Rokok Kretek 'Saroja'
Managing Director PT NTI, Arief Goenadibrata saat Bincang Santai tentang Kretek Tangan dan peluncuran produk baru Saroja. (Tirto.id/Dwi Aditya Putra)

tirto.id - PT Nojorono Tobacco International (NTI) meluncurkan produk rokok Sigaret Kretek Tangan (SKT) Saroja. Rokok dengan kemasan dominan berwarna merah hadir menjawab kebutuhan atau permintaan masyarakat terhadap rokok kretek.

Managing Director PT NTI, Arief Goenadibrata menyadari, di tengah kenaikan cukai rokok tembakau untuk jenis rokok filter atau Sigaret Kretek Mesin (SKM) permintaan masyarakat terhadap rokok murah menjadi tinggi. Hal itu terbukti dari pasar SKT yang meningkat sekitar 5 persen.

"Aturan cukai terbaru SKT lebih moderat dibandingkan SKM padat modal. Ini membuat peluang SKT ditawarkan konsumen dengan harga kompetitif. Ini dilihat sebagai peluang untuk tawarkan," kata dia dalam Bincang Santai tentang Kretek Tangan sekaligus Peluncuran Saroja, di Jakarta, Selasa (16/5/2023).

Arief menuturkan dengan harga Rp10.000 per bungkus, Saroja menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan kompetitor lainnya. Mulai dari tarikan yang lebih enteng serta rasa tembakau yang lebih lembut.

"Saroja produk yang lebih disukai sejuta umat karena rasanya tidak terlalu ekstream dan bisa laris manis," ujarnya.

Brand Manager PT NTI, Christine Mirgaya menambahkan, produk baru ini ditargetkan menyasar segmen perokok dewasa atau muda. Baik di daerah urban maupun yang non urban gemar dengan rokok kretek.

"Ini kita sasarkan ke perokok muda," katanya.

Untuk diketahui, volume penjualan emiten rokok di kuartal I-2023 mengalami penurunan. Kenaikan tarif cukai hasil tembakau hingga peralihan konsumsi masyarakat ke rokok yang lebih murah atau downgrading dinilai menjadi penyebabnya.

Saat ini emiten rokok di Golongan 1 atau dengan tarif cukai rokok tertinggi, mengalami penurunan volume penjualan dan produksi. Sebaliknya, emiten yang dibebani tarif cukai lebih rendah mengalami kenaikan volume penjualan.

Baca juga artikel terkait ROKOK atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin