Menuju konten utama

Impor Pakaian Jadi dari Cina ke Indonesia Masih Tinggi

Meski secara bulanan mengalami kenaikan, impor pakaian jadi secara kumulatif, khususnya dari Cina justru tercatat turun.

Impor Pakaian Jadi dari Cina ke Indonesia Masih Tinggi
Pedagang menata pakaian bekas pakai yang dijualnya di Pasar Senen Blok 3, Jakarta Pusat, Senin (4/7/2022). ANTARA FOTO/Agha Yuninda/wsj.

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mengakui nilai impor pakaian jadi dengan Kode HS 61 dan 62 masing-masing mengalami kenaikan sebesar 55,46 persen dan 29,61 persen secara bulanan (month to month/mtm).

Dari sisi negara asal impor, komoditas HS 61 yang terdiri dari pakaian dan aksesoris rajutan banyak berasal dari Cina, Bangladesh, Turki, dan Italia.

Sementara untuk komoditas HS 62 yang terdiri dari pakaian dan aksesoris bukan rajutan lebih banyak berasal dari Cina, Bangladesh, Vietnam, Hongkong, dan Maroko.

“Memang ada kenaikan impor pakaian jadi, khususnya HS 61 pakaian dan aksesoris yang rajutan dan HS 62 pakaian dan aksesoris bukan rajutan. Secara bulanan, HS 61 ini naik 55,46 persen dan HS 62 naik 29,61 persen,” ujar Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar, dalam rilis Berita Resmi Statistik, di Kantor Pusat BPS, Jakarta Pusat, Kamis (15/8/2024).

Meski secara bulanan mengalami kenaikan, impor pakaian jadi secara kumulatif, khususnya dari Cina justru tercatat turun.

Untuk impor komoditas HS 62 misalnya, yang dalam periode Januari-Juli 2024 mengalami penurunan sebesar 1,71 persen, dengan kelompok pakaian yang mengalami penurunan cukup tinggi adalah pakaian berbahan non katun atau Kode HS 6212099.

Pada saat yang sama, komoditas HS 61 mengalami penurunan impor lebih besar yaitu mencapai 4,75 persen. Adapun komoditas terbesar yang mengalami penurunan adalah pakaian dan aksesoris yang dirajut.

“Namun perlu menjadi catatan dan perhatian, bahwa secara kumulatif impor komoditas pakaian rajutan HS 61, dari Tiongkok sepanjang Januari-Juli 2024 mengalami penurunan 4,75 persen, dengan komoditas terbesar yang mengalami penurunan adalah pakaian atau aksesoris yang dirajut dan juga selain itu HS 62 mengalami penurunan 1,71 persen,” imbuh Amalia.

Sama halnya dengan impor komoditas pakaian jadi, nilai impor alas kaki yang termasuk dalam kode HS 64 dari Cina per Juli 2024 tercatat mengalami peningkatan sebesar 3,37 persen (mtm) dan 21,54 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi senilai 50,99 juta dolar Amerika Serikat (AS).

Amalia bilang, baik pakaian jadi maupun alas kaki memang mengalami kenaikan secara bulanan. Namun, untuk melihat kinerja ekspor maupun impor suatu komoditas ada baiknya jika dilihat secara kumulatif dalam jangka waktu tertentu.

“Kalau yang bulanan itu relatif nanti dipengaruhi oleh proses waktu pengiriman, kemudian kebutuhan untuk stok yang mungkin akan berbeda tiap bulan, tapi kalau kita lihat bagaimana performance ekspor maupun impor suatu negara itu memang lebih baik kita lihat dalam angka yang sudah diakumulasikan atau angka kumulatif,” jelas Amalia.

Baca juga artikel terkait PERDAGANGAN atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Bayu Septianto