tirto.id - Nilai impor makanan ringan Indonesia pada 2025 tercatat masih cukup besar mencapai 59,3 juta dolar AS atau setara Rp967 miliar (kurs 16.321/dolar AS). Nilai impor itu menyingkap potensi besar bagi produsen lokal untuk mengisi pasar yang masih didominasi produk impor.
“Tentu saja ini menunjukkan bahwa masih besar peluang yang bisa diisi oleh produk dalam negeri sehingga kita bisa semakin memperkecil nilai impor,” kata Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, dalam peresmian pabrik pertama PepsiCo Indonesia di Cikarang, Rabu (18/6/2025).
Faisol menjelaskan, konsumsi makanan ringan di Indonesia sangat tinggi, utamanya didominasi generasi milenial dan Gen Z. Pada 2023, pasar ini bernilai 3,87 miliar dolar AS dengan pertumbuhan tahunan 8,13 persen.
Secara keseluruhan, industri makanan dan minuman (mamin) di Indonesia terus tumbuh. Per kuartal I-2025 industri ini tumbuh 6,04 persen dan menyerap investasi sebesar Rp22,64 triliun.
Industri mamin juga berkontribusi 41,15 persen untuk industri sektor non migas dan berkontribusi sebesar 7,20 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional.
“Industri makanan dan minuman Indonesia memiliki pertumbuhan yang sangat besar karena didukung oleh berbagai sumber daya alam yang berlimpah juga karena permintaan domestik yang besar,” ucapnya.
Namun demikian, dia terus mendorong industri makanan dan minuman terus tumbuh dan berkembang di dalam negeri. Karena itu Faisol mengapresiasi langkah PepsiCo untuk membangun pabrik pertamanya di Indonesia.
“Terima kasih kepada PepsiCo yang sudah Memberikan percaya kepada pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk menginvestasikan sebesar Rp3,3 triliun sehingga bisa mengembalikan kembali dan menambah bobot industri mamin di Indonesia,” ujarnya.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Dwi Aditya Putra