Menuju konten utama

Imparsial: Presiden Sudah Pertimbangkan Regenerasi Polri

Keputusan Presiden Joko Widodo untuk menunjuk Komjen Pol Tito Karnavian sebagai calon tunggal Kapolri dinilai sudah tepat. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Imparsial menilai keputusan Presiden Jokowi itu sudah mempertimbangkan soal regenerasi di tubuh Polri.

Imparsial: Presiden Sudah Pertimbangkan Regenerasi Polri
Presiden Joko Widodo didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan keterangan pers terkait calon tunggal Kapolri. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf

tirto.id - Lembaga Swadaya Masyarakat Imparsial menilai Presiden Joko Widodo telah mempertimbangkan Komisaris Jenderal Tito Karnavian sebagai calon tunggal Kapolri. Pemilihan itu dilakukan secara objektif, apalagi syaratnya sebagai orang nomor satu di Polri terpenuhi.

"Persoalan regenerasi sudah dipertimbangkan juga sama Presiden sehingga kita tidak perlu khawatir dengan persoalan itu," kata Direktur Eksekutif Imparsial, Al Araf kepada Tirto.id, Jakarta, Kamis (16/6/2016).

Menurut dia, justru regenerasi itu berjalan dengan proses pergantian dari angkatan 1982 ke angkatan 1987. Karena itu, pihaknya menilai Komjen Tito Karnavian akan mempertimbangkan angkatan lainnya untuk menduduki posisi-posisi strategis, seperti angkatan 1984, 1985 dan 1986.

Al Araf menyebut, berdasarkan rekam jejak, Tito memiliki dua aspek penting yakni kapasitas dan pengalaman. "Tito merupakan salah satu perwira polri yang memiliki jenjang S2 dan S3 di luar negeri. Ini jarang terjadi. Secara kualitas, tentu terpenuhi aspek ini," tambahnya.

Dalam aspek pengalaman, lanjutnya, ia pernah menduduki jabatan-jabatan strategis seperti Kadensus 88 Antiteror Polri, Kapolda Papua, Kapolda Metro Jaya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Pengalaman-pengalaman tersebut tentu tidak meragukan lagi.

Selain itu, yang tak kalah penting, kata Al Araf, adalah memastikan agenda-agenda perubahan yang diusung Tito ke depan untuk memperbaiki dinamika Polri.

Berdasarkan hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), tambah Al Araf, aspek terpenting dalam reformasi birokrasi Polri adalah memperbaiki aspek kultural serta bagaimana memperbaiki kultur di institusi Polri sehingga ke depan jauh akan lebih profesional. Selain itu, aspek reward dan punishment-nya harus bekerja di institusi kepolisian.

"Artinya untuk mereka yang sudah memiliki prestasi perlu berada dalam posisi-posisi strategis. Sebaliknya bagi mereka yang melakukan pelanggaran dapat punishment yang setimpal," bebernya.

Sementara itu, Pengamat Kepolisian Bambang Widodo Umar tak mempermasalah pilihan Presiden Joko Widodo kepada Tito Karnavian. Menurutnya, pertimbangan memilih Tito karena profesionalitasnya.

"Pertimbangannya adalah profesionalitas," ujar alumni Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1971 ini.

Hal berbeda diungkapkan Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S. Dia menilai Tito masih terlalu muda untuk menjabat sebagai Kapolri. Bila Tito menjadi calon tunggal Kapolri maka berpotensi merusak kaderisasi di tubuh Polri karena ada lima angkatan yang lebih senior daripada Tito.

"Keputusan Presiden (Joko Widodo) ini bisa merusak tatanan dan sistem kaderisasi di Polri," katanya seperti dikutip Antara.

Seperti diketahui, Tito melewati sejumlah seniornya yang juga diajukan sebagai calon kepala Polri seperti Irwasum Komjen Dwi Prayitno (angkatan 1982), Wakapolri Komjen Budi Gunawan (angkatan 1983), Kepala BNN Komjen Budi Waseso (angkatan 1984), dan Kabaharkam Komjen Putu Eko Bayuseno (angkatan 1984). Sementara Tito Karnavian (angkatan 1987.

Baca juga artikel terkait POLITIK atau tulisan lainnya dari Reja Hidayat

tirto.id - Politik
Reporter: Reja Hidayat
Penulis: Reja Hidayat
Editor: Agung DH