Menuju konten utama

Ide Jembatan Layang Dinilai Tak Mengatasi Kemacetan Jakarta

Jembatan layang dinilai akan membuat pengguna kendaraan bermotor semakin nyaman melintasi Jakarta.

Ide Jembatan Layang Dinilai Tak Mengatasi Kemacetan Jakarta
Pengendara sepeda motor berkendara melawan arus karena menghindari razia polisi di Jalan Layang Non Tol (JLNT) Kampung Melayu-Tanah Abang di Jakarta, Rabu (11/3/2020). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/wsj.

tirto.id - Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, menilai ide pembuatan jembatan layang (flyover) di Jakarta bukan solusi tepat mengatasi kemacetan. Ide ini dilontarkan pengusaha Jusuf Hamka yang namanya kini muncul dalam bursa cagub-cawagub di Pilkada Jakarta 2024.

Menurut Nirwono, adanya jembatan layang dinilai akan membuat pengguna kendaraan bermotor semakin nyaman melintasi Jakarta. Kemudian, kata Nirwono, titik kemacetan masih akan timbul di sisi ujung jembatan layang.

"Pembangunan jalan layang yang lebih banyak di tengah Kota Jakarta justru akan memanjakan pengguna kendaraan pribadi dan tetap akan macet juga di titik-titik naik dan turun jalan layang tersebut," tutur Nirwono melalui pesan singkat, Senin (15/7/2024).

Ia turut menilai adanya jembatan layang akan memengaruhi bentuk visual Kota Jakarta. Masyarakat disebut akan merasa pengap dengan keberadaan flyover.

"Selain itu, pembangunan jalan layang juga akan merusak lanskap visual kota, kota terasa sumpek," sebut Nirwono.

Di satu sisi, ide pembuatan jembatan layang disebut tak sejalan dengan tujuan Jakarta menjadi kota global. Nirwono menyatakan, untuk menjadi kota global, pembangunan transportasi umum yang terintegrasi dengan wilayah sekitar harus diutamakan.

Kata Nirwono, transportasi umum tersebut harus menyambungkan antara kawasan permukiman warga dengan kawasan pusat-pusat kegiatan.

"Selain itu, didukung dengan pembangunan infrastruktur pejalan kaki, trotoar, zebra cross, pelican crossing, jembatan penyeberangan atau penghubung," ucapnya.

"Sehingga warga nyaman berjalan kaki ke berbagai tempat tujuan setelah turun dari transportasi publik atau massal," imbuh dia.

Nirwono melanjutkan, selain pembangunan transportasi umum terintegrasi, peraturan terkait penggunaan kendaraan bermotor juga harus diketatkan. Misalnya, perluasan penerapan ganjil genap, jalan berbayar elektronik, parkir elektronik progresif, hingga penyediaan gedung parkir komunal.

"Tujuannya agar warga beralih ketransportasi massal dan meninggalka atau mengurangi penggunaan kendaraan pribadi," katanya.

Untuk diketahui, Jusuf Hamka mengusulkan pembangunan flyover di ruas Jalan Sudirman-Bundaran HI untuk mengatasi kemacetan. Pembangunan flyover disebut bisa dilakukan tanpa mengurangi keindahan kota.

Jusuf Hamka menilai anggaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta lebih dari cukup untuk mendirikan flyover dari Jalan Sudirman-Bundaran HI.

Baca juga artikel terkait KEMACETAN JAKARTA atau tulisan lainnya dari Muhammad Naufal

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Muhammad Naufal
Penulis: Muhammad Naufal
Editor: Bayu Septianto