tirto.id - Ketua Satgas Bencana Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kurniawan Taufiq Kadafi, menyatakan cuaca ektrem yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia akan berdampak pada kelompok rentan, termasuk anak-anak.
Kadafi, sapaan akrabnya, menyatakan bahwa cuaca ektrem seperti suhu panas yang tinggi atau suhu yang terlalu dingin dapat mengancam kesehatan anak-anak. Seperti diketahui, beberapa waktu ke belakang, Indonesia mengalami fenomena cuaca panas tak biasa.
Menurut Kadafi, kondisi ini dapat membuat aktivitas belajar anak terganggu dan butuh antisipasi dalam menghadapinya.
“Kalau perubahan iklim mengganggu aktivitas pembelajaran jelas. Kalau untuk misalnya (pelajaran) olahraga ada yang perlu diperhatikan. Di Indonesia mungkin tidak begitu terasa seperti di Thailand, tapi yang harus diantisipasi risiko dehidrasi dan lebih parah seperti heatstroke,” kata Kadafi dalam konferensi pers, diikuti secara daring, Selasa (2/5/2023).
Kadafi menyampaikan, dalam cuaca panas yang tak biasa ini, anak-anak disarankan sering minum air agar terhindar dari dehidrasi. Orang tua dan guru di sekolah harus rajin mengingatkan anak-anak untuk memenuhi kebutuhan cairan mereka.
“Anak anak disarankan sering minum, olahraga tetap bisa dilakukan. Bahayanya, bisa terjadi dehidrasi bahkan bisa terjadi pingsan saat cuaca sangat ekstrem,” lanjut Kadafi.
Ia menjelaskan, dalam kondisi cuaca normal, kebutuhan harian carian pada anak-anak minimal 100 cc dikalikan berat badan. Namun, dalam kondisi cuaca ekstrem atau panas tak biasa, kebutuhan ini bisa meningkat 10-20 persen dari biasanya.
“Kita harus tau seberapa meningkatnya suhu di sekitar kita, kalau sudah di atas rata-rata jangan lupa risiko dehidrasi pada anak anak sangat besar. Anak-anak bisa dibawakan bekal air minum lebih banyak dari biasanya,” ujar Kadafi.
Kadafi sendiri menegaskan bahwa anak-anak masih bisa beraktivitas di luar ruangan dan bahkan masih boleh berolahraga di luar. Namun, saat cuaca menjadi sangat panas, orang dewasa baik guru maupun orang tua disarankan dapat mengganti kegiatan pada anak-anak menjadi di dalam ruangan.
“Perubahan iklim ini nyata terjadi di tempat kita. Yang dibutuhkan oleh kita adalah effort nyata mengahadapi hal tersebut,” sambungnya.
Kadafi juga menyoroti bahwa cuaca ekstrem tak lepas dari perubahan iklim akhir-akhir ini yang sering terjadi. Perubahan iklim, menurut Kadafi, baik secara langsung atau tidak langsung dapat mengancam keselamatan anak-anak sebagai kelompok rentan.
Ia mencontohkan, bencana alam yang terjadi akibat perubahan iklim bisa langsung dirasakan oleh anak-anak. Misalnya, bencana seperti banjir di pesisir pantai bisa mengkontaminasi asupan air bersih masyarakat dan membuat anak-anak menjadi terancam penyakit diare atau tifus.
“Upaya yang nyata dari kita semuanya untuk mereduksi dari perubahan iklim yang ektrem ini yang coba kita pikirkan dan itu yang harus disebarkan ke semua orang. Karena anak merupakan kelompok rentan yang paling-paling terkena impact perubahan iklim tersebut,” pesan Kadafi.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Restu Diantina Putri