Menuju konten utama
Wabah Cacar Monyet

IAKMI Usul Pemerintah Perbaiki Sistem Pelacakan Kasus Cacar Monyet

Pemerintah harus lakukan penelusuran kontak erat yang transparan, seperti memberitahukan kepada masyarakat siapa saja yang terkena kasus Clades IIb.

IAKMI Usul Pemerintah Perbaiki Sistem Pelacakan Kasus Cacar Monyet
Ilustrasi Cacar Monyet. foto/Istockphoto

tirto.id - Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengusulkan agar pemerintah memperbaiki sistem pelacakan kasus cacar monyet (clade) di Indonesia khususnya varian Afrika Barat (Clades IIb).

Pemerintah juga harus segera menemukan kasusnya dengan penelusuran kontak erat (tracing) yang transparan, seperti memberitahukan kepada masyarakat siapa saja yang terkena kasus Clades IIb.

Hal ini merespons pernyataan Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman yang menegaskan bahwa pemerintah Indonesia khususnya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) jangan memandang tingkat fatalitas atau kematian (case fatality rate) akibat Clades IIb rendah, karena belum ada kasus yang melanda pada kelompok berisiko seperti anak, ibu hamil, orang dengan gangguan imunitas (immunocompromised), komorbid, atau gangguan kesehatan lainnya.

“Sebenarnya ada dua yang harus dilakukan ya, pertama kalau bagi pemerintah itu kan sistemnya harus diperbaiki ya. Kita harus segera menemukan, tracing yang mesti jelas, yang kena itu siapa, di-tracing supaya sudah diketahui sampai mana tingkat penularannya,” tutur Ketua Umum IAKMI Ede Surya Darmawan saat dihubungi Tirto, Kamis (1/9/2022).

Bagi yang berpotensi tertular Clades IIb, lanjut dia, pemerintah harus melakukan skrining dan melakukan tes untuk menentukan apakah seorang itu positif atau tidak. Hal ini perlu dilakukan pemerintah hingga ranah pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), karena clades saat ini termasuk darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).

“Yang kedua, bagi masyarakat sebenarnya prinsip dari pencegahan penyakit menular itu kan [harus] selalu kita cek. Nah ini kan penyakitnya menular dengan kontak langsung ya, kontak langsung artinya bersentuhan kulit,” kata Ede.

Oleh karena itu, dia mengimbau agar masyarakat Indonesia perlu menjaga kebersihan sebaik mungkin. Dengan cara mencuci tangan, tidak perlu melakukan kontak fisik atau bersentuhan dengan orang asing, menghindari kontak dengan hewan liar atau hewan primata apalagi saat hewan tersebut sedang sakit, menghindari mengonsumsi daging hewan liar, serta memasak daging hewan dengan baik

“Artinya, hygiene (kebersihan) kita mesti ditingkatkan ya. Dan kalau ada orang terinfeksi, berarti kan harus melakukan penjagaan dengan sebaik mungkin ya, menghindari kontak,” ucap Ede.

Dia juga menambahkan, jika ada benda-benda yang terkontaminasi dengan seseorang yang sakitnya “mencurigakan”, sebaiknya masyarakat perlu menghindarinya dan usahakan jangan tidur dengan orang tersebut. Kecuali benda-bendanya dan ruangannya sudah diberikan disinfektan.

“Satu sisi pemerintah harus segera menemukan kasus itu (Clades IIb) ada di mana, men-tracing, dan menemukannya, dibarengi melimitasi pergerakannya. Yang kedua, masyarakat memperbaiki hygine dan sanitasi dirinya, supaya terhindar dari penyakit menular itu. Utamanya itu,” tandas Ede.

Sebelumnya, Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menegaskan agar pemerintah Indonesia khususnya Kemenkes jangan memandang case fatality rate akibat Clades IIb rendah saja, karena belum ada kasus yang melanda pada kelompok berisiko.

Hal ini menanggapi pernyataan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin yang menyebut bahwa varian clade di negeri ini merupakan Varian Afrika Barat (Clades IIb) yang kurang mematikan dibandingkan Varian Afrika Tengah (Clades I).

“Jangan sampai menganggap ya sudah ini (Clades IIb) ringan. Karena belum menimpa pada kelompok [berisiko seperti] anak, ibu hamil. Angka kematiannya bisa tinggi, jadi ini yang harus dipahaminya,” tegas Dicky dia ketika dihubungi Tirto pada Rabu (31/8/2022).

Di lain kesempatan, Menkes Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa varian cacar monyet pada pasien pertama yang terkonfirmasi clade di Indonesia adalah varian Afrika Barat.

“Yang ada di Indonesia adalah varian yang dari Afrika Barat, kemarin (kasus pertama cacar monyet di Indonesia). Dan ini bisa dilihat dengan [pemeriksaan] genome sequencing biasa,” kata Budi dalam rapat dengan pendapat (RDP) dengan Komisi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), yang disiarkan langsung via kanal YouTube Komisi IX DPR RI Channel, Selasa (30/8/2022).

Baca juga artikel terkait WABAH CACAR MONYET atau tulisan lainnya dari Farid Nurhakim

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Farid Nurhakim
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri