tirto.id - Pada Januari 2021, informasi mengenai metode untuk mencegah penularan virus Corona kembali beredar di media sosial Facebook. Informasi ini muncul tak lama sejak Presiden Joko Widodo secara resmi memulai program vaksinasi nasional pada 12 Januari.
Pada unggahan dari akun bernama 'Dusty Arch', disebutkan uap air panas dapat mencegah penularan COVID-19 sekaligus membantu menyembuhkan virus tersebut. Ia mengaku informasi ini bersumber dari Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 bernama Dwiyono.
Lebih lengkap, informasi dari Dusty Arch berbunyi seperti ini:
Penelusuran Fakta
Berbagai variasi mengenai informasi ini telah beredar sejak awal pandemi 2021, melalui berbagai saluran komunikasi termasuk media sosial dan layanan pesan singkat.
Tirto telah menulis banyak artikel untuk menyanggah informasi keliru terkait berbagai metode yang diklaim dapat menyembuhkan virus Corona. Informasi keliru ini termasuk penggunaan bawang merah, campuran garam dan air hangat, hingga konsumsi air kelapa dan jeruk nipis, yang disebutkan memiliki khasiat untuk membunuh virus COVID-19.
Selama 2020, lembaga pemeriksa fakta secara terus menerus menyampaikan informasi dari World Health Organization (WHO), bahwa cara paling efektif untuk melindungi diri dari virus Corona adalah dengan sering membersihkan tangan dengan menggunakan antiseptik berbasis alkohol atau sabun.
Pertama-tama, perlu diketahui bahwa Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 bukanlah Dwiyono seperti yang disebutkan dalam unggahan Facebook tersebut, melainkan Doni Monardo, yang juga Ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Selanjutnya, informasi yang menyebutkan bahwa menghirup uap air panas bisa menghilangkan virus Corona juga tidak benar.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Eka Ginanjar, membantah bahwa menghirup uap air panas bisa mematikan virus Corona. Eka menilai tindakan ini tidak bermanfaat.
"Karena virus ini ada di dalam sel tubuh walau masuknya memang secara droplet lewat sistem pernapasan," ujar Eka, seperti yang diberitakan oleh Tempo pada 2020.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam, atau internis ini, belum ada penelitian kesehatan secara resmi yang bisa membuktikan apakah menghirup uap air panas dapat membunuh virus Corona. Sampai saat ini pun, belum ada metode resmi untuk melakukan penelitian tersebut.
Eka justru khawatir masyarakat salah paham mengenai keefektifan metode tersebut dan akhirnya tidak lagi melakukan hal penting untuk mencegah penularan virus Corona, yaitu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau dengan menggunakan hand sanitizer.
Hingga saat ini WHO belum memberikan pernyataan mengenai keefektifan terapi uap untuk menyembuhkan virus COVID-19.
Sebuah studi yang dipublikasikan pada Agustus 2020 oleh Elsevier, berjudul “Steam inhalation: More harm than good? Perspective from a UK burns centre”, bahkan menemukan terapi dengan menggunakan uap air panas merupakan penyumbang signifikan terhadap luka lepuh, baik pada anak-anak dan orang dewasa.
Sementara itu, program vaksinasi COVID-19 di Indonesia yang saat ini dilakukan ditargetkan rampung dalam waktu 15 bulan, terhitung mulai Januari 2021. Pemerintah bahkan berambisi menyelesaikan program ini dalam jangka waktu sekitar satu tahun saja.
Untuk keluar dari lingkaran pandemi ini, butuh kekebalan kelompok yang didapat dari vaksinasi 70 persen penduduk. Sesuai rencana nasional, ada sekitar 181,5 juta orang ditargetkan menerima vaksin dengan total kebutuhan vaksin mencapai 426,8 juta dosis. Berdasarkan data Satgas COVID-19 per hari Senin, 8 Maret 2021, sebanyak 3,09 juta orang telah menerima suntikan vaksin pertama.
Meski demikian, masyarakat harus menyadari bahwa vaksinasi bukan jaminan utama yang bisa mengatasi pandemi dengan seketika.
Kunci emas menghentikan penyebaran COVID-19 justru ada pada penerapan protokol kesehatan yang disiplin. Hampir semua orang tahu langkah 5M: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Namun, penerapannya nisbi belum konsisten. Begitu pula dengan penerapan 3T—testing, tracing, dan treatment.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran fakta di atas, kami menyimpulkan ap air panas tidak dapat menyembuhkan infeksi virus Corona. Pesan berantai itu terbukti salah dan menyesatkan (false & misleading).
Tirto mengundang pembaca untuk mengirimkan informasi-informasi yang berpotensi hoaks ke alamat email factcheck@tirto.id.
Apabila terdapat sanggahan ataupun masukan terhadap artikel-artikel periksa fakta maupun periksa data, pembaca juga dapat mengirimkannya ke alamat email tersebut.
Editor: Farida Susanty