Menuju konten utama

Harga Saham Emiten Pengembang Teluk Jakarta Turun

Harga saham perusahaan tercatat atau emiten yang menjadi pengembang proyek reklamasi Teluk Jakarta seperti PT Agung Podomoro Land Tbk, PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, dan PT Intiland Development Tbk terpantau bergerak turun.

Harga Saham Emiten Pengembang Teluk Jakarta Turun
Sebuah kapal melintasi lokasi yang akan dibangun Pulau G atau Pluit City dalam Reklamasi Teluk Jakarta di Pluit, Jakarta, Kamis (5/11). Meskipun menuai pro dan kontra, namun proyek Reklamasi di Teluk Jakarta terus berjalan. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

tirto.id - Harga saham perusahaan tercatat atau emiten yang menjadi pengembang proyek reklamasi Teluk Jakarta seperti PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA), dan PT Intiland Development Tbk (DILD) terpantau bergerak turun.

Penurunan emiten tersebut terkait dengan penangkapan Presiden Direktur APLN Ariesman Widjaja atas dugaan kasus suap kepada DPRD DKI oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Pada perdagangan saham sesi I hari ini atau Senin, (4/4/2016) BEI mencatat, saham APLN menurun sebesar 10 persen menjadi Rp270 per lembar, saham PJAA melemah 2,07 persen menjadi Rp1.890 per lembar, dan saham DILD turun 0,98 persen menjadi Rp505 per lembar.

"Sahamnya akan terkena imbas jika salah satu direksi perseroan atau proyeknya terkena masalah hukum," kata Analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya di Jakarta, Senin, (4/4/2016).

Ia menambahkan, setiap direksi maupun proyek yang dikerjakan perseroan yang terkena kasus hukum biasanya juga akan mempengaruhi kinerja perusahaan ke depannya, yang akhirnya dinilai negatif oleh investor di pasar saham.

Sebelumnya, pada Sabtu, (2/4/2016), Presiden Direktur APLN Ariesman Widjaja resmi ditahan KPK. Ariesman diduga memberi suap kepada Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta Mohamad Sanusi sebesar Rp2 miliar.

"Semua akan berjalan 'by system'. Tinggal menunggu penjelasan manajemen, apa yang akan dilakukan untuk mengatasi hal-hal yang berkaitan dengan kasus itu. Salah satunya mungkin mengangkat pengganti direksi sekiranya diperlukan sehingga menjaga kepercayaan investor," kata Wijaya.

Sementara itu, Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo memproyeksikan bahwa penurunan saham-saham itu cenderung bersifat jangka pendek di tengah kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEI yang sedang positif.

Satrio mengemukakan bahwa belajar dari kasus sebelumnya seperti yang pernah terjadi pada Direktur Utama PT Sentul City Tbk (BKSL), penurunan sahamnya tidak terlalu lama karena didukung kondisi pasar yang sedang bagus. (ANT)

Baca juga artikel terkait BEI atau tulisan lainnya

Reporter: Yantina Debora