Menuju konten utama

Gempa Palu: Perumahan Balaroa "Hilang" Ditelan Lumpur

Menurut saksi kejadian, rumah-rumah ambruk dan terhisap oleh lumpur dan air ke dalam perut bumi.

Gempa Palu: Perumahan Balaroa
Perumnas Balaroa, Palu, rata ditelan lumpur setelah gempa Palu pada 28 September 2018. tirto.id/Arbi Sumandoyo

tirto.id - Perumahan Nasional Balaroa di Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Palu kini rata dengan tanah akibat gempa yang terjadi pada Jumat, 28 September 2018. Sebanyak 90 orang dilaporkan hilang akibat kejadian ini.

Jum, 40 tahun, mengatakan tertelannya rumah oleh lumpur dan air terjadi begitu cepat setelah gempa. Kondisi tanah di perumahan itu mendadak bergerak ke bawah.

"Setelah goncangan tanah, [rumah] langsung amblas ke bawah. Orang teriak-teriak," ujar warga Jalan Seruni 1, Balaroa ini.

Beruntung, Jum bersama istri dan 3 orang anaknya berhasil selamat setelah naik dan berjalan di atas rumah-rumah warga yang ambruk. Rumah-rumah yang ambruk itu terhisap pusaran air dan tanah ke dalam perut bumi.

"Saya panjat tembok, kondisi gelap," kata Jum.

Suryamud, saksi mata sekaligus korban yang tinggal tepat di samping perumahan nasional Balaroa, mengatakan saat kejadian tanah di sana ambruk seketika. Ia berhasil selamat dari reruntuhan rumah setelah menahan tembok dan keluar menuju atap rumah.

"Itu tanah berputar seperti air. Semua orang teriak minta tolong, tapi saya tidak bisa menolong," ujarnya.

Akibat kejadian ini, sampai berita ini diturunkan ada 26 orang meninggal dunia dan 90 orang dinyatakan hilang. Diperkirakan masih banyak korban yang belum dievakuasi yang terkubur di antara reruntuhan rumah, lumpur, dan air di lokasi kejadian.

Camat Balaroa, Rahmatsyah, mengatakan di Perumnas Balaroa tercatat ada 400 kepala keluarga berisi sekitar 4.000 jiwa yang terdapat di 17 RT dan 3 RW di perumahan tersebut.

"Kami belum bisa memastikan berapa banyak korban yang tertimbun. Kalau yang melaporkan hilang sudah 90 orang. Yang sudah kami kuburkan 26 orang," kata Rahmatsyah.

Sementara itu, Vivi Yanti Banseng, 25 tahun, yang tinggal di Kecamatan Tatanga, Palu, mengatakan di tempat tinggalnya ada pengungsi dari Balaroa.

"Korbannya ada beberapa ngungsi di sini. [Mereka] cuma [membawa] pakaian di badan. Butuh pakaian mereka," kata Vivi, kepada reporter Tirto Husein Abdulsalam.

Baca juga artikel terkait GEMPA PALU DAN DONGGALA atau tulisan lainnya dari Arbi Sumandoyo

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Arbi Sumandoyo
Penulis: Arbi Sumandoyo
Editor: Maulida Sri Handayani