Menuju konten utama

Gempa Lombok: Jumlah Korban Bertambah Jadi 91 Orang per Senin Siang

Jumlah korban gempa Lombok yang meninggal menjadi 91 orang, 209 luka-luka, ribuan rumah rusak, dan puluhan ribuan mengungsi.

Gempa Lombok: Jumlah Korban Bertambah Jadi 91 Orang per Senin Siang
Warga mengangkat sepeda motornya dari reruntuhan rumah pascagempa di Desa Wadon, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Senin (6/8/2018). ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi.

tirto.id - Usai gempa 7 SR yang melanda Lombok, NTB, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan jumlah korban meninggal akibat gempa pada Minggu (5/8/2018) petang tersebut telah bertambah menjadi 91 orang.

Total jumlah korban meninggal menjadi 91 orang, 209 luka-luka, ribuan rumah rusak, dan puluhan ribuan mengungsi.

"Ini data sementara, kemungkinan bisa bertambah karena pendataan masih dilakukan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam rilis yang diterima Tirto, Senin (6/8/2018).

Ia menambahkan korban meninggal kebanyakan karena tertimpa bangunan yang roboh karena gempa. Namun ada pula yang meninggal setelah terjatuh dan mengalami stroke saat berlari menyelamatkan diri ketika gempa terjadi.

Korban meninggal segera dibawa ke rumah sakit untuk diidentifikasi dan akan mendapat santunan sebesar Rp15 juta dari Kementerian Sosial, sedangkan yang terluka segera dirawat di rumah sakit dan mendapat santunan Rp2,5 juta.

Dampak gempa yang terjadi pukul 18.46 WIB, berpusat pada kedalaman 15 kilometer dan berlokasi pada 8.37 Lintang Selatan dan 116.48 Bujur Timur ini masih dalam pendataan.

Menurut Sutopo, hingga saat ini masih terus didata mengingat belum seluruh wilayah terdampak dapat dijangkau oleh tim gabungan SAR.

Saat gempa 7 SR mengguncang Lombok, ia mengatakan ada 10.000 masyarakat yang masih mengungsi di berbagai titik pengungsian pascagempa berkekuatan 6,4 SR yang terjadi 29 Juli 2018. Jumlah pengungsi diperkirakan bertambah melebihi angka pengungsi sebelumnya menjadi sekitar 20.000 orang.

"Pendataan otomatis diulang lagi dari awal, karena ada rumah warga yang kondisinya retak pascagempa 6,4 SR sekarang roboh," ujar Sutopo.

Banyak masyarakat yang tidak paham status level "Waspada Tsunami" (tsunami dengan ketinggian maksimal 50 cm) yang dikeluarkan BMKG sehingga, menurut dia, masyarakat masih banyak yang mengungsi di perbukitan atau daerah lebih tinggi meski status tersebut sudah dicabut sejak Minggu (5/8/2018) malam.

"Meski demikian banyak pula dari mereka yang memilih mengungsi hanya di depan rumah masing-masing sambil menjaga harta bendanya," tutupnya.

Baca juga artikel terkait GEMPA NTB atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri