Menuju konten utama

Gempa Ekuador Tewaskan 262 Jiwa

Gempa 7,8 Skala Richter mengguncang pantai Pasifik di Ekuador pada Minggu (17/4) petang waktu setempat atau Senin (18/4/2016) dini hari tadi waktu Jakarta. Laporan terbaru dari pemerintah Ekuador menyebutkan sebanyak 262 orang tewas dan 2.500 orang terluka.

Gempa Ekuador Tewaskan 262 Jiwa
Polisi menarik jenazah korban gempa bumi Pantai Pasifik Ekuador, di lingkungan Tarqui di Manta, Minggu (17/4). Antara Foto/Reuters/Guillermo Granja

tirto.id - Gempa 7,8 Skala Richter mengguncang pantai Pasifik di Ekuador pada Minggu (17/4) petang waktu setempat atau Senin (18/4/2016) dini hari tadi waktu Jakarta. Laporan terbaru dari pemerintah Ekuador menyebutkan sebanyak 262 orang tewas dan 2.500 orang terluka.

Hingga kini korban selamat berupaya menguburkan orang-orang terdekat mereka. Di tempat perlindungan sebagian warga Ekuador antre mendapatkan bantuan air dan selimut.

Pihak berwenang mengatakan setidaknya lebih dari 160 gempa susulan terjadi setelah gempa besar mengguncang, terutama di daerah Pedernales.

Sementara itu, Presiden Ekuador Rafael Correa bergegas kembali dari perjalanannya ke Italia untuk melakukan koordinasi penanganan keadaan darurat. "Prioritas segera adalah menyelamatkan orang-orang dari reruntuhan," katanya di Twitter.

"Semua bisa dibangun kembali tapi nyawa tidak bisa dikembalikan dan itu yang paling melukai," kata Correa kepada radio pemerintah.

Pemerintah Ekuador juga telah mengumumkan kondisi darurat di enam provinsi.

Gempa itu juga memperparah ekonomi negara anggota OPEC terkecil itu, yang sudah terguncang akibat harga minyak yang rendah dan pertumbuhan ekonominya tahun ini mendekati nol.

Kondisi Korban Selamat

Sebagaimana dikutip dari Antara Senin (18/4/2016) area-area pesisir di dekat pusat gempa kondisinya paling parah, khususnya Pedernales, pedesaan wisata dengan pantai-pantai dan nyiur kondisinya hancur.

Warga selamat menceritakan guncangan keras dengan diikuti dengan ambruknya bangunan-bangunan membuat orang-orang terjebak dalam reruntuhan. "Kau bisa mendengar orang berteriak dari reruntuhan," kata Agustin Robles, warga Ekuador yang ikut antre mendapatkan air di luar satu stadion di Pedernales.

"Ada apotek yang meruntuhi orang dan kami tidak bisa berbuat apa-apa."

Saat hari mulai gelap dan hujan turun, para korban selamat berkumpul menghabiskan malam di dekat puing-puing rumah-rumah mereka. Banyak di antara mereka ikut mengantre untuk mendapatkan makanan, air dan selimut di luar stadion.

Di dalam stadion biru putih itu, tenda-tenda menjadi tempat menampung korban tewas dan tempat perawatan tim medis dari ratusan korban selamat (penyintas).

Menurut Kepala Polisi Jenderal Milton Zarate, sekitar 91 orang meninggal dunia di Pedernales dan sekitar 60 persen rumah rusak .

"Kami mendengar peringatan, sangat beruntung kami sedang berada di jalan karena semua rumah runtuh. Kami tidak punya apa-apa," kata Ana Farias (23), ibu dari anak kembar berusia 16 bulan, saat mengambil air, makanan dan selimut dari petugas penyelamat.

"Kami harus tidur di luar hari ini," katanya.

Para korban selamat ini kemudian menempati tempat-tempat penampungan di lahan-lahan kosong.

Sementara itu, polisi setempat berpatroli di tengah gelap gulita kota karena listrik masih dimatikan sementara untuk proses pencarian dan penyelamatan korban.

Penduduk lokal menggunakan traktor kecil untuk memindahkan puing-puing dan mencari orang-orang yang terjebak di reruntuhan.

Baca juga artikel terkait GEMPA

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Reporter: Agung DH
Penulis: Agung DH