Menuju konten utama

Gempa Dini Hari Tadi, Pusat Gempa Majene, Bangunan di Mamuju Roboh

Guncangan gempa dirasakan di Majene dalam skala intensitas IV-V di Majene, III di Palu dan II di Makasar.

Gempa Dini Hari Tadi, Pusat Gempa Majene, Bangunan di Mamuju Roboh
Ilustrasi gempa bumi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Gempa dengan magnitudo 6,2 mengguncang wilayah Majene hingga Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat (15/1/2021) pukul 01:28:17 WIB.

Melansir laman resmi BMKG, episenter gempa tersebut terletak pada koordinat 2.98 LS 118.94 BT dan berada di darat 6 kilometer Timur Laut Majene.

Guncangan gempa dirasakan di Majene dalam skala intensitas IV-V di Majene, III di Palu dan II di Makasar.

Sejumlah bangunan bertingkat di Kota Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat dikabarkan roboh dan rusak berat akibat gempa tersebut.

"Kami semua sudah berlari ke gunung, karena bangunan berlantai tiga di lingkungan kami telah ambruk ke tanah, masyarakat takut tsunami," kata Yahya, salah seorang warga di lingkungan Kasiwa, daerah padat penduduk Kota Mamuju seperti dilansir dari Antara.

Sebelumnya, Kamis, 14 Januari 2021 pukul 13.35.49 WIB wilayah Majene, Sulawesi Barat juga diguncang gempa tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa ini memiliki magnitudo 5,9.

Menurut Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, episenter terletak pada koordinat 2,99 LS dan 118,89 BT tepatnya di darat pada jarak 4 km arah BaratLaut Majene, Sulawesi Barat pada kedalaman 10 km.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif," kata Daryono.

Diduga kuat pemicu gempa ini adalah Sesar Naik Mamuju (mamuju thrust). Terbukti bahwa hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

Guncangan gempa dirasakan di Polewali dalam skala intensitas V-VI MMI, sedangkan Mamuju, Majene IV MMI, Mamuju Utara dan Mamuju Tengah III-IV MMI, dan Toraja dan Mamasa III MMI, serta di Pinrang, Poso, Pare-pare dan Wajo II-III MMI.

"Banyak warga lari berhamburan keluar rumah karena terkejut guncangan kuat yang terjadi secara tiba-tiba. Melihat peta shakemap hasil analisis BMKG tampaknya gempa ini berpotensi merusak," kata Daryono.

Hingga hari pukul 14.00 WIB siang kemarin, hasil monitoring BMKG menunjukkan 2 aktivitas gempabumi susulan ( aftershock ) dengan magnitudo maksimum M 4,9.

Sementara itu, Skala MMI (Skala Mercalli) adalah satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Satuan ini diciptakan oleh seorang vulkanologis dari Italia yang bernama Giuseppe Mercalli pada 1902. Skala MMI lalu dimodifikasi oleh ahli seismologi Harry Wood dan Frank Neumann pada 1931.

Skala MMI terbagi menjadi 12 kategori dampak guncangan gempa bumi. Petunjuk soal dampak gempa yang dimaksudkan pada setiap kategori skala MMI adalah sebagai berikut:

Skala I MMI: Getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luarbiasa oleh beberapa orang

Skala II MMI: Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

Skala III MMI: Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.

Skala IV MMI: Getaran dirasakan banyak orang di dalam rumah, di luar rumah oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi.

Skala V MMI: Getaran dirasakan hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang dan barang besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti.

Skala VI MMI: Getaran dirasakan oleh semua penduduk. Kebanyakan semua terkejut dan lari keluar, plester dinding jatuh dan cerobong asap pada pabrik bisa rusak, kerusakan ringan.

Skala VII MMI: Setiap orang keluar rumah. Kerusakan ringan pada rumah-rumah dengan bangunan dan konstruksi yang baik. Sedangkan pada bangunan yang konstruksinya kurang baik terjadi retak-retak bahkan hancur. Cerobong asap pecah. Getaran dirasakan oleh orang yang naik kendaraan.

Skala VIII MMI: Kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi kuat. Retak-retak pada bangunan degan konstruksi kurang baik, dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen-monumen bisa roboh. Air menjadi keruh.

Skala IX MMI: Kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka-rangka rumah menjadi tak lurus, banyak retak. Rumah tampak agak berpindah dari pondamennya. Pipa-pipa dalam rumah putus.

Skala X MMI: Bangunan dari kayu yang kuat rusak, rangka rumah lepas dari pondamennya, tanah pun terbelah, rel melengkung, tanah longsor di tiap-tiap sungai dan di tanah-tanah yang curam.

Skala XI MMI: Bangunan-bangunan hanya sedikit yang tetap berdiri. Jembatan rusak, terjadi lembah. Pipa dalam tanah tidak dapat dipakai sama sekali, tanah terbelah, rel melengkung sekali.

Skala XII MMI: Hancur sama sekali, Gelombang tampak di permukaan tanah. Pemandangan menjadi gelap. Benda-benda terlempar ke udara.

Baca juga artikel terkait GEMPA BUMI atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH