Menuju konten utama

Sejarah Hari Pendidikan Nasional yang Diperingati Setiap 2 Mei

Sejarah dan penjelasan tentang Hari Pendidikan Nasional yang diperingati setiap tahunnya pada tanggal 2 Mei. 

Sejarah Hari Pendidikan Nasional yang Diperingati Setiap 2 Mei
Ki Hadjar Dewantara. FOTO/Wikicommon

tirto.id - Hari Pendidikan Nasional diperingati masyarakat Indonesia setiap tahunnya pada tanggal 2 Mei.

Peristiwa 2 Mei tersebut juga bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hajar Dewantara, pahlawan nasional yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional.

Dilansir situs Kabupaten Pati, peringatan Hardiknas atau hari pendidikan nasional di pertama kalinya dicetuskan pada tanggal 28 November 1959, setelah adanya Surat Keputusan Presiden RI No. 305 Tahun 1959 di tanggal itu.

Berikut adalah rangkuman Hari Pendidikan nasional hingga latar belakang penjelasan peristiwa apa yang terjadi pada tanggal 2 mei 1889.

Rangkuman Sejarah Peristiwa Hari Pendidikan Nasional

Ki Hajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat.

Ia berasal dari lingkungan keluarga Kadipaten Pakualaman di Yogyakarta, yang merupakan salah satu kerajaan pecahan Dinasti Mataram selain Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, dan Kadipaten Mangkunegaran.

Beliau menamatkan sekolah di ELS (Sekolah Dasar Belanda), lalu melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) meski tidak ia tamatkan akibat sakit yang dideritanya.

Di masa mudanya, Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai aktivis sekaligus jurnalis pergerakan nasional yang pemberani.

Ia menjadi wartawan di beberapa surat kabar seperti Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.

Sementara itu, ia sempat bergabung dengan Boedi Oetomo (BO) di Batavia (Jakarta) pada 20 Mei 1908, kemudian keluar dan mendirikan Indische Partij (IP) bersama Cipto Mangunkusumo serta Ernest Douwes Dekker atau Tiga Serangkai pada 25 Desember 1912.

Melalui tulisan-tulisannya lah, beliau menyampaikan kritik terkait pendidikan di Indonesia yang kala itu hanya boleh dinikmati oleh para keturunan Belanda dan orang kaya saja.

Dikutip dari buku Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswa dalam Sejarah Indonesia Modern (1986) karya Abdurrachman Surjomihardjo, Tiga Serangkai diasingkan ke Belanda sejak 1913 karena tulisannya yang dianggap menghina pemerintah.

Melalui Ki Hajar Dewantara, kata “Indonesia” dipakai di kancah internasional untuk pertama kalinya. Hal itu ia lakukan saat mendirikan kantor berita dengan nama Indonesische Persbureau di Den Haag.

Di sisi lain, ia juga bergabung dengan Indische Vereeniging (IV) ketika di Belanda. Indische Vereeniging (IV) merupakan organisasi pelajar Indonesia di Belanda.

Pada 6 September 1919, beliau dipulangkan ke tanah air.

“Kini, saya telah memperoleh kembali kebebasan saya tanpa suatu janji atau pernyataan apapun juga dari saya. Ini berarti kemenangan bagi saya,” tulis Ki Hajar Dewantara mengenai kepulangannya.

Setelahnya, beliau mendirikan lembaga pendidikan Taman Siswa di Yogyakarta.

Setelah Indonesia merdeka, beliau diangkat menjadi menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Pengajaran Indonesia di kabinet pertama di bawah pemerintahan Ir. Soekarno.

Ia juga mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1957.

Namun, dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa ini, tepatnya pada tanggal 28 April 1959, beliau wafat di Yogyakarta.

Apa Tujuan dari Hari Pendidikan Nasional?

Dikutip laman resmi Universitas Brawijaya, salah satu tujuan dari peringatan Hardiknas adalah sebagai momen refleksi tantang betapa pentingnya pendidikan bagi kehidupan bangsa dan negara.

Literasi Hari Pendidikan Nasional juga dapat dijadikan momentum terbaik agar masyarakat bisa bersama-sama berpikir untuk memajukan pendidikan bangsa.

Selain itu, atas perjuangan Ki Hajar Dewantara seperti dijelaskan di atas, beliau mendapat julukan bapak pendidikan Indonesia.

Lalu untuk mengenang jasa-jasanya tersebut, setiap tanggal kelahirannya, yakni pada 2 Mei, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Makna Semboyan Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara juga telah mengajarkan filososi yang terkenal di dunia pendidikan yakni “Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani”.

Berikut penjelasan 3 makna semboyan di atas:

1. Ing ngarso sung tulodoyang artinya "Di depan memberi teladan"; Filosofi ini bermakna bahwa pemimpin atau pendidik, merupakan seseorang yang harus memberikan contoh yang baik bagi orang lain agar bisa diikuti. Ini menekankan pentingnya kepemimpinan yang bertanggung jawab dan menginspirasi.

2. Ing madyo mangun karsoartinya: "Di tengah memberi bimbingan"; Maknanya adalah mengajarkan pentingnya memberikan dukungan dan semangat kepada orang-orang di sekitar kita, baik sebagai teman, rekan, atau murid. Seseorang harus menjadi sumber inspirasi dan pendorong bagi orang lain untuk mencapai tujuan mereka.

3. Tut wuri handayaniyang berarti "Di belakang memberi dorongan”. Jika dimaknai maka mengajarkan pentingnya para pendidik untuk memberikan bimbingan dan dorongan kepada murid-muridnya agar mereka dapat mencapai potensi maksimalnya.

Baca juga artikel terkait HARI PENDIDIKAN NASIONAL atau tulisan lainnya dari Dinda Silviana Dewi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Dinda Silviana Dewi
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Dhita Koesno
Penyelaras: Dhita Koesno